Bareksa.com - Ada kabar gembira buat para pengusaha usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), nelayan dan petani yang terimbas krisis keuangan 1998 dan 2008 dan tercatat masih punya utang. Sebab Presiden Prabowo Subianto berencana menghapusbukukan atau memutihkan utang 6 juta UMKM, nelayan dan petani tersebut.
Kabar ini disampaikan oleh adik Prabowo yakni Hashim Djojohadikusumo, yang berbicara dalam sebuah forum ekonomi yang diselenggarakan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin). Mengutip CNN Indonesia (24/10), rencananya Peraturan Presiden untuk pemutihan utang UMKM tersebut akan terbit pekan depan.
Hashim mengatakan utang petani, nelayan dan UMKM ke perbankan itu berkisar Rp10 juta hingga Rp20 juta, yang merupakan utang di era krisis 1998 dan 2008. Meskipun semua utang itu sebenarnya telah dihapusbukukan sejak lama dan ditanggung asuransi perbankan, namun hak tagih bank belum dihapus. Akibatnya para petani, nelayan dan UMKM itu tidak bisa lagi mendapatkan kredit perbankan, dan terjebak rentenir atau utang ke pinjaman online (pinjol). Penerbitan Perpres bertujuan untuk membuka kembali akses kredit tersebut.
Riset BRI Danareksa Sekuritas (24/10), menyebutkan kebijakan pemutihan utang UMKM, nelayan dan petani tersebut ada beberapa hal yang perlu dicermati dampaknya ke kinerja emiten perbankan. Sebab, peraturan tersebut akan memastikan bank tidak lagi melakukan penagihan atas utang yang telah diselesaikan oleh asuransi. Hal ini dampaknya akan relatif terkendali, sebab akan mengurangi potensi biaya penagihan yang dibagi dengan perusahaan asuransi.
Namun, karena peraturan ini belum difinalisasi, maka skenario dampak yang lebih besar terhadap bank masih mungkin terjadi. Pertama, jika riwayat kredit buruk dalam Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) dihapus, maka hal itu bisa memengaruhi pencairan kredit di masa mendatang, yang menyebabkan bank menjadi lebih berhati-hati. Hal ini bisa mengakibatkan pertumbuhan pinjaman yang lebih lambat dan kemungkinan biaya kredit (CoC) yang lebih tinggi karena pinjaman baru lebih berisiko.
Kedua, jika peraturan itu juga berlaku untuk pinjaman di masa mendatang, yaitu, tidak ada penagihan ganda dari asuransi dan penagihan utang macet, maka hal itu bisa memengaruhi strategi pengelolaan utang bermasalah (NPL), sehingga mengalihkan fokus lebih ke arah restrukturisasi dan penyesuaian premi asuransi. Analis BRI Danareksa Sekuritas menilai, catatan positif dari kebijakan ini ialah dapat mendorong lebih banyak ekspansi ekonomi di segmen UMKM, serta memfasilitasi pemulihan lebih cepat di sektor berpenghasilan menengah ke bawah.
BRI Danareksa Sekuritas masih mempertahankan status overweight untuk saham perbankan namun tidak merinci rekomendasi terkait kebijakan penghapusan utang UMKM ini. Meski begitu, beberapa saham perbankan yang dicover BRI Danareksa Sekuritas di antaranya PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan target harga Rp12.400. Kemudian saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan target harga Rp7.600, serta PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) target harga Rp8.200. Ketiga saham bank ini direkomendasi beli oleh BRI Danareksa Sekuritas.
Senada, riset RHB Sekuritas menilai kebijakan ini bisa menjadi jalan menuju pemulihan keuangan dan akses kredit yang lebih luas. RHB menilai, dalam jangka pendek, dampak kebijakan penghapusan utang UMKM, nelayan dan petani ini terhadap sistem perbankan diharapkan netral karena ini adalah utang buruk warisan, terutama dari krisis tahun 1998 dan 2008, dan telah ditanggung oleh asuransi perbankan.
Namun dalam jangka panjang, menurut RHB Sekuritas, inisiatif ini kemungkinan bisa berdampak positif dengan memperluas kelompok calon debitur. Sebab, petani dan nelayan, yang sebelumnya mengalami kesulitan keuangan selama krisis, tetapi saat ini telah berada dalam posisi keuangan yang lebih baik, maka bisa mendapatkan kembali akses ke pinjaman bank. Langkah ini juga akan membantu mengurangi dampak negatif dari suku bunga tinggi di platform pinjaman online.
RHB juga tetap mempertahankan status overweight di saham perbankan dengan rekomendasi saham secara berurutan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan target harga Rp5.900, BBNI target harga Rp6.220, BMRI target harga Rp8.100 dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dengan target harga Rp1.990 per saham.
Super app investasi, Bareksa telah meluncurkan fitur Bareksa Saham bekerja sama dengan PT Ciptadana Sekuritas Asia pada Kamis (9/11/2023), di Jakarta. Fitur investasi saham ini melengkapi pilihan produk investasi di Bareksa sebelumnya, yakni reksadana, Surat Berhaga Negara hingga emas. Peluncuran fitur saham seiring target Bareksa mewujudkan misi menjadi satu aplikasi untuk semua investasi.
Dengan begitu, nasabah atau investor Bareksa bisa berinvestasi di beragam instrumen investasi dalam satu genggaman tangan di layar ponsel melalui aplikasi Bareksa. Pengguna bisa berinvestasi sesuai kebutuhan dan profil risikonya guna mencapai target keuangan atau kemerdekaan finansialnya.
(Sigma Kinasih/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.