Stock Pick : IHSG Naik Tipis, Stimulus China Berpotensi Kerek Saham INCO, MBMA dan ADRO

Abdul Malik • 27 Sep 2024

an image
Pengolahan nikel di kawasan Taman Industri Morowali Indonesia. (Shutterstock)

Saham BBRI mencatat transaksi terbesar mencapai Rp4,3 triliun, atau menyumbang 24,7% dari total transaksi IHSG Rp17,4 triliun

Bareksa.com - Pasar saham Tanah Air berhasil menguat tipis kemarin setelah sehari sebelumnya melemah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik tipis 0,04% menjadi 7.744 pada Kamis (26/9), dengan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatat transaksi terbesar mencapai Rp4,3 triliun, atau menyumbang 24,7% dari total transaksi IHSG Rp17,4 triliun. Meski begitu, saham BBRI ditutup turun signifikan 5,16% menjadi Rp5.050 seiring rilis kinerja kuangan di mana pendapatan bunga per Agustus 2024 turun 0,5% secara bulanan. 

Menurut Tim Analis Bareksa, investor asing diduga mulai mengurangi porsi di saham BBRI karena China baru merilis stimulus untuk mendongkrak ekonomi Negara Panda yang melambat. Sehingga, aliran dana asing mulai beralih ke pasar saham China. Meski begitu, bagi investor dengan orientasi jangka panjang bisa manfaatkan momentum ini untuk melakukan akumulasi bertahap di saham BBRI. 

Adapun untuk investor dengan tujuan investasi jangka pendek (trading) bisa mencermati saham-saham komoditas yang berpotensi terkerek akibat stimulus jumbo Negeri Tirai Bambu. Di antaranya seperti saham INCO, MBMA dan ADRO yang jadi rekomendasi stock pick atau saham pilihan Tim Analis Bareksa hari ini, Jumat (26/9). 

Beli Saham di Sini

Stock Pick

INCO

MBMA

ADRO

Last Price

Rp4.020

Rp575

Rp3.780

Recommendation

Trading Buy

Trading Buy

Trading Buy

Entry Range

Rp4.020

Rp575

Rp3.780

Rp3.940

Rp555

Rp3.690

Target Price (TP) 1

Rp4.100

Rp600

Rp3.850

Target Price (TP) 2

Rp4.200

Rp625

Rp4.000

Stop Loss

Rp3.840

Rp530

Rp3.650

Sumber : Tim Analis Bareksa, last price per 26/9/2024

Beli Saham di Sini

INCO : last price Rp4.020

Harga saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menguat 1,26% atau bertambah 50 poin menjadi Rp4.020 pada Kamis (26/9). Tim Analis Bareksa merekomendasikan trading buy saham INCO di rentang harga Rp3.940 hingga Rp4.020, dengan target harga ambil untung Rp4.100 dan Rp4.200, serta stop rugi di Rp4.200. 

Stimulus China dinilai berpotensi menguntungkan emiten komoditas Tanah Air, seperti perusahaan nikel, batu bara dan tembaga. INCO yang merupakan perusahaan tambang dan pengolahan nikel berpeluang meraih angin segar. INCO mencatat laba bersih US$37,28 juta di semester I 2024, merosot 82% dan pendapatan juga turun 27,3% menjadi US$478,75 juta. Meski begitu, untuk kuartal II laba INCO naik jadi US$31,1 juta dan EBITDA US$72,4 juta. Per 25/9, harga nikel untuk kontrak 3 bulan ke depan naik 0,45% menuju US$16.750 per ton. Hal ini juga bisa jadi sentimen positif buat INCO. 

Beli Saham di Sini

MBMA : last price Rp575

Harga saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) melonjak 4,55% atau bertambah 25 poin menjadi Rp575 pada Kamis (26/9). Tim Analis Bareksa merekomendasikan trading buy saham MBMA di kisaran harga Rp555 hingga Rp575, dengan target harga ambil untung di Rp600 dan Rp625, serta stop rugi di Rp530. 

MBMA yang juga perusahaan pengolahan nikel itu dinilai bisa meraih sentimen positif dari stimulus China. MBMA mencatat laba bersih di kuartal I 2024 senilai US$3,66 juta setara Rp59,26 miliar, usai mencatat rugi bersih di kuartal I 2023, utamanya ditopang pendapatan usaha US$444,22 juta atau setara Rp7,12 triliun, meroket 190%. Tahun ini MBMA menargetkan pertumbuhan produksi nikel dalam matte maupun nikel dalam NPI naik 54%. MBMA menargetkan produksi nikel total mencapai 147.000 ton sepanjang 2024.

Beli Saham di Sini

ADRO : last price Rp3.780

Harga saham PT Adaro Energy Indonesia TBK (ADRO) naik 2,44% atau bertambah Rp90 menjadi Rp3.780 pada Kamis (26/9). Tim Analis Bareksa merekomendasikan trading buy saham ADRO di rentang harga Rp3.690 hingga Rp3.780, dengan target harga ambil untung di Rp3.850 dan Rp4.000, dengan stop rugi di Rp3.650. 

Emiten tambang batu bara milik konglomerat Garibaldi (Boy) Thohir mengumumkan rencana spin off atau pemisahan anak usaha dengan menjual seluruh kepemilikan saham PT Adaro Andalan Indonesia (AAI) senilai US$2,45 miliar atau sekitar Rp37,97 triliun. Transaksi itu setara dengan 31,8% dari total ekuitas ADRO. Langkah ini seiring upaya ADRO untuk mendukung pemerintah mencapai net-zero emission di 2060 atau lebih awal. Perseroan membidik 50% total pendapatan dari bisnis non batu bara termal di 2030. Pemisahan ini akan membantu ADRO mendapatkan lebih banyak akses terhadap sumber pembiayaan, utamanya pada proyek-proyek ramah lingkungan.

Beli Saham di Sini

Investasi Saham di Bareksa

Super app investasi, Bareksa telah meluncurkan fitur Bareksa Saham bekerja sama dengan PT Ciptadana Sekuritas Asia pada Kamis (9/11/2023), di Jakarta. Fitur investasi saham ini melengkapi pilihan produk investasi di Bareksa sebelumnya, yakni reksadana, Surat Berhaga Negara hingga emas. Peluncuran fitur saham seiring target Bareksa mewujudkan misi menjadi satu aplikasi untuk semua investasi.

Dengan begitu, nasabah atau investor Bareksa bisa berinvestasi di beragam instrumen investasi dalam satu genggaman tangan di layar ponsel melalui aplikasi Bareksa. Pengguna bisa berinvestasi sesuai kebutuhan dan profil risikonya guna mencapai target keuangan atau kemerdekaan finansialnya.

Beli Saham di Sini

(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/Christian Halim/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store​
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER​​​​​

Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.