Bareksa.com - Pasar saham Tanah Air yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan pasar obligasi sumringah pada Agustus 2024. Menurut Investment Specialist Schroders Indonesia, Rizky Hidayat, moncernya pasar modal karena ditopang derasnya arus masuk dana asing dan dukungan investor lokal.
“Pada bulan Agustus, IHSG mencatatkan kenaikan 5,72% secara bulanan (MOM) dengan arus masuk asing Rp28,8 triliun. Indeks mencetak rekor tertinggi baru (new all-time high),” ungkap Rizky dalam risetnya Highlight Monthly Commentary dipublikasi Rabu (11/9).
Menurut Rizky, rupiah yang kuat memberikan sentimen positif ke pasar saham Indonesia. Para investor selama ini dinilai seakan menutup mata dan telinga terhadap kegaduhan politik Tanah Air. Antisipasi pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) juga memberikan harapan bagi para investor, meskipun saat ini sebagian pelaku pasar meramal persentase pemangkasan lebih kecil seiring pertumbuhan ekonomi Negara Paman Sam yang lebih tangguh.
Pasar AS ditutup menguat pada bulan Agustus 2024. Sentimen yang membayangi di antaranya rilis data pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) AS pada kuartal II 2024 direvisi naik menjadi 3% dari sebelumnya 2,3%, seiring peningkatan belanja konsumen yang juga direvisi naik jadi 2,9%. Indeks harga belanja personal (PCE) Negara Adidaya tetap 2,5% hingga Juli, atau sama dengan catatan Juni. Angka pengangguran AS naik jadi 4,3% pada Juli seiring tingkat perekrutan tenaga kerja baru yang melambat. Penjualan ritel AS naik 1% secara bulanan (MOM) pada Juli, melebihi ekspektasi.
Adapun pasar saham Asia beragam pada bulan Agustus 2024 dengan sentimen di antaranya data Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur China turun menjadi 49,1 di bulan Agustus, meskipun PMI non-manufaktur Negara Panda naik menjadi 50,3, didorong oleh peningkatan konsumsi selama liburan musim panas. Indeks Harga Konsumen (CPI) China meningkat 0,5% secara tahunan (YOY) pada Juli, atau naik 0,3% dibandingkan Juni.
Di Jepang, PMI manufaktur naik menjadi 49,8 pada Agustus, dibandingkan dengan 49,1 pada Juli. Selain itu, inflasi inti Jepang meningkat jadi 2,7% YOY pada Juli, naik dari 2,6% pada Juni. Di India, pertumbuhan PDB kuartal II 2024 mencapai 6,7%, sedikit di bawah ekspektasi dan 1,5% lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Rizky menjelaskan dengan sentimen dari dalam negeri dan global tersebut, IHSG berhasil pulih dan mencapai level tertinggi sepanjang masa pada Agustus. Namun dia memberikan catatan bahwa kinerja perusahaan sejauh ini belum begitu memuaskan. Sementara itu sebagian investor kini mulai memperhatikan perkembangan dari sisi politik. Karena itu, pemilihan saham menjadi kunci untuk strategi investasi saat ini atau pada bulan September.
Menurut Rizky, pada bulan Agustus, pasar obligasi global terus mencatat reli kenaikan, seiring meningkatnya angka pengangguran dan perlambatan pertumbuhan upah. Pidato Ketua The Fed, Jerome Powell di simposium Jackson Hole, Wyoming, AS beberapa waktu lalu membawa optimisme akan pemangkasan suku bunga. Sebab pimpinan dari bank sentral terkuat di dunia itu menyatakan saatnya telah tiba untuk memangkas suku bunga, meskipun dia tidak menyebutkan besaran pemotongan.
Sentimen itu mendorong pasar Obligasi Negara AS reli dengan imbal hasil (yield) acuan Obligasi Pemerintah AS tenor 10 tahun menjadi 3,86% pada bulan Agustus 2024. Di dalam negeri, Rizky melihat posisi net obligasi yang dimiliki oleh investor asing meningkat Rp38,2 triliun, dengan persentase kepemilikan naik dari 14% menjadi 14,5%. Pasar Obligasi Negara RI (IndoGB) juga mengalami flattening yield, di mana yield SBN acuan tenor 10 tahun turun 28 basis poin (bps) dan yield SBN 2 tahun berkurang 6 bps.
Menurut Rizky, fundamental ekonomi Indonesia tetap baik, meskipun saat ini merupakan periode transisi pemerintahan baru hasil Pemilu 2024 yang bisa membawa ketidakpastian kebijakan pada jalur fiskal (fiscal trajectory). “Dalam hal valuasi, tingkat imbal hasil obligasi IndoGB tenor 10 tahun 6,61% pada basis absolut mulai terlihat mahal kembali, setelah mengalami reli signifikan 2 bulan terakhir,” dia menjelaskan.
Rizky menambahkan baik pasar saham dan obligasi sudah reli cukup kencang. Secara fundamental, Indonesia masih menarik baik untuk saham maupun obligasi, namun investor perlu tetap waspada akan potensi koreksi teknikal karena aksi ambil untung, serta noises dari sisi politik dalam jangka pendek.
"Tetap perlu diingat juga bahwa pemilihan instrumen investasi harus disesuaikan dengan tujuan dan profil risiko investasi masing-masing investor," dia menyarankan.
Untuk diketahui, beberapa sentimen makro ekonomi sepanjang Agustus 2024, di antaranya Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan di 6,25% seperti perkiraan. Pertumbuhan PDB Indonesia pada kuartal II 2024 mencapai 5,05% YOY, melambat dari kuartal sebelumnya 5,11%.
Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) meningkat pada 24 Juli menjadi Rp93,4 triliun atau 0,41% dari PDB. Neraca dagang Indonesia mencatatkan surplus pada Juli 2024 senilai US$472 juta. Serta, defisit transaksi berjalan (CAD) pada kuartal II 2024 mencapai US$3,02 miliar atau 0,9% dari PDB. Nilai itu melebar dari kuartal I 2024 yang senilai US$2,4 miliar atau 0,7% dari PDB.
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.