Bareksa.com - Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah menggodok peraturan short selling yang dinilai bisa meningkatkan transaksi saham. Aturan ini akan dirilis dalam waktu dekat. Namun kebijakan ini menuai polemik. Salah satunya Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang mengganjar fatwa haram atas transaksi short selling dalam perdagangan saham di BEI karena dinilai mengandung unsur spekulasi.
Short selling adalah transaksi jual beli saham, di mana investor tidak memiliki saham tersebut untuk bertransaksi. Praktik perdagangan saham seperti ini risikonya tinggi dan kerap dilakukan oleh investor berpengalaman. Sebab diperlukan prediksi yang tepat dalam melakukan short selling. Secara sederhana, short selling adalah strategi investasi di mana investor meminjam saham dari broker dan kemudian menjualnya di pasar. Investor berharap harga saham akan turun di masa depan, sehingga mereka dapat membelinya kembali dengan harga yang lebih rendah dan mengembalikannya kepada broker untuk mendapatkan keuntungan.
Polemik soal short selling salah satunya karena dinilai jadi salah satu penyebab utama Bursa Saham China dan Korea Selatan.Meski begitu, short selling bukan satu-satunya penyebab ambruknya bursa saham kedua negara tersebut, karena ada beberapa faktor lain yang juga berperan. Contoh lainnya juga adalah kerugian besar di saham GameStop yang tercatat di New York Stock Exchange (NYSE), Amerika Serikat (AS) mencapai US$838 juta pada awal 2021 akibat short selling.
GameStop adalah perusahaan ritel video game yang mengalami kesulitan keuangan dan diprediksi akan bangkrut. Menurut penelusuran Tim Riset Bareksa, banyak investor institusi, seperti hedge fund, melakukan short selling di saham GameStop, dengan keyakinan harga sahamnya akan terus turun. Namun, pada Januari 2021, sekelompok investor ritel yang berkumpul di platform media sosial Reddit membeli saham GameStop. Aksi ini menyebabkan lonjakan signifikan harga saham, karena para investor ritel ini bertujuan untuk "memeras" para short seller.
Para investor ritel ini membeli saham GameStop dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga yang diprediksi oleh para short seller. Hal ini mengakibatkan para short seller rugi besar, dan beberapa hedge fund bahkan terpaksa menutup posisinya dengan membeli kembali saham GameStop dengan harga yang tinggi. Lonjakan harga saham GameStop menjadi fenomena global dan menarik perhatian banyak media. Hal ini semakin mendorong minat investor ritel untuk membeli saham GameStop, sehingga memperparah tekanan kepada para short seller.
Pada akhirnya, para short seller terpaksa menutup posisinya, yang menyebabkan lonjakan harga saham GameStop yang lebih tinggi lagi. Harga saham GameStop mencapai puncaknya di US$489,7 pada 28 Januari 2021, atau melesat lebih dari 1.700% dari harga terendah 52 minggu sebelumnya. Meskipun kemudian turun drastis, namun crash di harga saham GameStop menunjukkan kekuatan investor ritel dan dampak signifikan dari short selling di pasar saham.
Beberapa langkah yang telah diambil oleh Bursa Efek New York (NYSE) dan Securities and Exchange Commission (SEC) di Amerika Serikat untuk meminimalisir dampak short selling seperti yang terjadi pada GameStop ialah sebagai berikut:
NYSE meningkatkan margin requirement untuk short selling di saham yang fluktuatif, termasuk GameStop. Artinya, investor perlu menyetorkan lebih banyak uang untuk meminjam saham sebelum melakukan short selling. Hal ini bertujuan untuk membatasi jumlah saham yang dapat dishort sell dan mengurangi potensi tekanan jual
NYSE melarang sementara short selling di beberapa saham yang sangat fluktuatif, termasuk GameStop, pada saat-saat tertentu. Hal ini dilakukan untuk menenangkan pasar dan mencegah aksi jual panik
Securities and Exchange Commission (Komisi Sekuritas dan Bursa) AS meminta broker untuk mengungkapkan lebih banyak informasi tentang aktivitas short selling, seperti jumlah saham yang dishort sell dan identitas investor yang melakukan short selling. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi pasar dan memudahkan pengawasan
SEC meninjau kembali aturan short selling secara keseluruhan untuk menentukan apakah perlu ada perubahan untuk mencegah kejadian seperti GameStop terulang kembali.
SEC dan NYSE meningkatkan upaya edukasi investor tentang risiko short selling dan pentingnya berinvestasi secara bertanggung jawab. Langkah-langkah ini diharapkan dapat membantu untuk meminimalisir dampak short selling dan menjaga stabilitas pasar saham.
Perlu diingat short selling adalah strategi investasi yang legal dan dapat menjadi alat yang berharga bagi investor untuk mengelola risiko. Penting untuk memiliki regulasi yang tepat untuk menyeimbangkan antara kebutuhan investor dalam melakukan short selling dengan kebutuhan untuk melindungi investor lain dari potensi manipulasi pasar. Soal kelebihan dan kekurangan short selling, selengkapnya bisa kamu baca di sini.
(Adam Rizky Nugroho/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.