BI Dinilai akan Tahan Suku Bunga
Bank Indonesia memperkirakan tingkat inflasi Indonesia tetap berada dalam kisaran target BI sebesar 1,5% hingga 3,5% sejak Juli 2023
Bank Indonesia memperkirakan tingkat inflasi Indonesia tetap berada dalam kisaran target BI sebesar 1,5% hingga 3,5% sejak Juli 2023
Bareksa.com - Bank sentral Indonesia atau Bank Indonesia/BI, dinilai kemungkinan akan mempertahankan suku bunga acuan untuk pertemuan kelima berturut-turut, karena stabilitas rupiah masih menjadi perhatian utama. Menurut ke-15 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg, memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) tidak berubah pada angka 6%, pada hari Rabu (20/3/2024) menyusul kenaikan mengejutkan pada bulan Oktober tahun lalu.
"Kami masih memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga hingga akhir kuartal kedua. Tidak ada ruang bagi BI untuk melakukan pemotongan sampai The Fed memutuskan mengambil langkah pertama," kata Irman Faiz, Ekonom Bank Danamon, Senin (18/3/2024).
Lebih lanjut Irman Faiz menyampaikan meski tekanan terhadap rupiah mereda, mata uang tersebut masih rentan terhadap volatilitas. Ketidakpastian seputar arah suku bunga The Fed terus membayangi mata uang negara-negara berkembang, yang sebagian besar melemah terhadap dolar AS.
Promo Terbaru di Bareksa
Menurutnya kebijakan suku bunga tersebut membebani neraca perdagangan Indonesia akibat depresiasi nilai tukar rupiah. Namun, nilai tukar rupiah, yang melemah sekitar 1,3% terhadap dolar AS sejak awal tahun ini, memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan banyak negara-negara lain di kawasan.
Sementara itu ekspor yang lesu dan defisit transaksi berjalan yang lebih besar pada tahun ini dapat semakin mengikis dukungan terhadap rupiah sehingga memerlukan kewaspadaan bank sentral. Bulan lalu, surplus perdagangan Indonesia berjumlah sekitar US$870 juta, surplus perdagangan terkecil dalam sembilan bulan karena impor lebih tinggi dari perkiraan, sementara ekspor merosot.
Adapun tingkat inflasi Indonesia tetap berada dalam kisaran target BI sebesar 1,5% hingga 3,5% sejak Juli 2023, dan siklus kenaikan suku bunga BI sebesar 250 basis poin antara Agustus 2022 dan Oktober 2023 membantu mengendalikan tekanan harga. Negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara mencatat inflasi sebesar 2,75%, pada bulan Februari tahun ini.
Meskipun harga-harga konsumen secara keseluruhan masih berada dalam target, pemerintah mengantisipasi risiko inflasi yang masih ada karena harga pangan kini sedang meningkat. Beberapa ekonom memperingatkan berlanjutnya gangguan pasokan akibat El Nina, serta meningkatnya permintaan akibat musim puasa Ramadan, dapat meningkatkan harga pangan dan membahayakan target inflasi tahun ini.
Lebih lanjut para ekonom juga mencatat beberapa risiko negatif yang berpotensi mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia dan stabilitas rupiah. "Ketegangan geopolitik yang berkepanjangan dan lebih luas, melemahnya permintaan dari China dan Jepang terutama untuk komoditas batu bara dan minyak sawit mentah, serta laju disinflasi yang lebih lambat di AS yang dapat menunda waktu penurunan suku bunga The Fed dan akibatnya BI mulai melakukan penurunan suku bunga siklus," kata ekonom UOB dalam catatannya baru-baru ini.
Secara terpisah, dalam forum bisnis awal bulan ini, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan perekonomian Indonesia kuat namun tetap waspada karena ketidakpastian global. Ia telah berulang kali mengatakan bahwa Indonesia memiliki ruang untuk melonggarkan kebijakan moneter, kemungkinan besar pada paruh kedua tahun ini, karena ketidakpastian global mulai mereda dan Bank Sentral AS juga diperkirakan akan menurunkan suku bunga pada saat itu.
(IQPlus/07743644/mp)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.