Bareksa.com - Robo Advisor Bareksa kembali mencatatkan performa menarik selama periode 01 Januari - 18 April 2023, khususnya untuk profil risiko Moderat yang mencatatkan kinerja hingga 2,64%.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi yang berada di 2,08%.
Kinerja Bareksa Robo Advisor Berdasarkan Profil Risiko vs Reksadana Pendapatan Tetap
Profil Risiko | Imbal Hasil 1 Januari - 18 April 2023 | Nama RDPT | Imbal Hasil 1 Januari - 18 April 2023 |
Sangat Konservatif | 1.60% | RDPT A | 2.02% |
Konservatif | 1.61% | RDPT B | 2.20% |
Moderat | 2.64% | RDPT C | 1.62% |
Agresif | 2.57% | RDPT D | 2.02% |
Sangat Agresif | 2.46% | RDPT E | 2.56% |
Sumber : Tim Analis Bareksa, Data Hingga 18 April 2023
Di samping itu, kinerja Bareksa Robo untuk profil risiko agresif juga cukup memuaskan untuk jangka periode yang sama. Sebab, sudah bisa mengalahkan pasar saham Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang hanya menguat 2,08%.
Hal tersebut menunjukan solusi dari diversifikasi, penentuan bobot alokasi yang dinamis investasi dan rekomendasi produk dari Robo Advisor Bareksa menjadi kunci utama keberhasilan Robo selama 2023 ini.
Menurut data Bareksa, 8 dari 10 pengguna Robo Bareksa yang melakukan realokasi investasi (rebalancing) aset mereka berhasil meningkatkan imbal hasil investasi hingga 35% dibandingkan pengguna yang tidak melakukan rebalancing.
Mulai Investasi Pakai Robo Advisor di Bareksa
Beberapa bulan mendatang Tim Analis Bareksa masih cukup optimistis Robo Advisor Bareksa akan terus mencatatkan kinerja positif. Satu strateginya adalah perlahan kembali meningkatkan porsi saham dan obligasi pada portofolio nasabah investor, khususnya yang memiliki profil agresif.
Di sisi lain, peningkatan porsi saham dan obligasi di Robo Advisor sejalan dengan kondisi pasar saat ini. Tim Analis melihat investor asing mulai mengalihkan dana ke pasar saham dan obligasi domestik. Hal ini seiring dengan ekspektasi pasar terhadap kebijakan bank sentral yang akan mulai menghentikan dan memangkas kenaikan suku bunga dalam waktu dekat.
Obligasi negara Indonesia masih memberikan imbal hasil (yield) yang menarik dibandingkan dengan obligasi negara maju seperti AS (US Treasury). Hal ini terlihat dari selisih imbal hasil (yield spread) yang tetap terjaga antara obligasi Indonesia dan US Treasury.
Indonesia sendiri saat ini dinilai masih menjaga yield spread tetap atraktif meskipun rupiah menguat belakangan ini ke bawah level Rp15.000 per dolar AS. Hal ini juga akan mendorong pasar obligasi menguat, dengan proyeksi bisa bertahan pada level 6,3-6,4% pada akhir tahun ini.
Klik untuk Investasi Pakai Robo Advisor
(Ariyanto Dipo Sucahyo/hm)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak menjamin kinerja masa depan. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.