Bareksa.com - Bursa Efek Indonesia menyatakan, dalam sepekan di periode 23-27 Oktober 2023, pasar saham Indonesia yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,32% menjadi 6.758,793, dari 6.849,168 pekan lalu. Rata-rata frekuensi transaksi harian Bursa juga turun 11,31% menjadi 1.192.431 kali transaksi, dari 1.344.504 kali transaksi pada pekan sebelumnya.
Rata-rata nilai transaksi harian Bursa pekan ini turun 23,38% menjadi Rp9,05 triliun dari pekan sebelumnya Rp 11,81 triliun. Rata-rata volume transaksi harian Bursa juga turun 29,03% jadi 17,04 miliar lembar dari 24 miliar lembar saham. Kapitalisasi pasar Bursa pekan ini juga turun 0,84% menjadi Rp10.530 triliun, dari pekan sebelumnya Rp10.619 triliun.
Investor asing pada penutupan perdagangan Jumat (27/10) mencatatkan nilai jual bersih Rp540,54 miliar, dan sepanjang tahun 2023 investor asing telah mencatatkan nilai jual bersih Rp11,61 triliun.
Para analis menilai salah satu penyebab utama tertekannya IHSG akibat melesatnya imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun yang bahkan mencapai 5% di awal pekan ini. Saat ini yield Surat Utang Negara Amerika Serikat (AS) 10 tahun di kisaran 4,97%, tertinggi sejak Juli 2007. Kenaikan yield US Treasury 10 tahun dianggap sebagai tempat berlindung aman di tengah ketidakpastian global.
Ketua Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell, pekan lalu menyatakan mungkin perlu mempertahankan kenaikan suku bunga untuk mengembalikan inflasi ke tingkat target 2%. Hal itu mengindikasikan The Fed bisa mempertahankan kebijakan moneter agresif dan suku bunga tinggi bisa bertahan lebih lama dari perkiraan.
Di tengah kondisi pasar yang bergejolak, daftar reksadana unggulan Bareksa Barometer pekan ini, pekan terakhir Oktober dan jelang pekan I November 2023 juga mengalami perubahan. Pekan ini tidak ada reksadana pendatang baru di Bareksa Barometer, namun ada perubahan posisi seiring perbedaan skor Barometer Point dibandingkan pekan sebelumnya.
Misalnya reksadana Prospera Bijak memimpin Top 5 Reksadana Saham Unggulan Bareksa Barometer pekan ini meraih Barometer Point 5, dibandingkan pekan lalu skornya hanya 4,5. Senada, Capital Fixed Income Fund yang berada di posisi teratas Top 5 Reksadana Pendapatan Tetap Unggulan Bareksa Barometer pekan ini juga meraih Barometer Point 5 dari pekan lalu 4,5.
Adapun pemimpin di daftar Top 5 Reksadana Indeks Unggulan Bareksa Barometer masih diisi oleh reksadana dan Barometer Point yang sama yakni BNP Paribas Sri Kehati dengan skor 3,5. Senada posisi teratas di Top 5 Reksadana Pasar Uang Unggulan Bareksa Barometer masih diisi oleh Capital Money Market Fund dengan Barometer Point 5, sama dengan pekan lalu.
Namun pemimpin di daftar Top 5 Reksadana Campuran Unggulan Bareksa Barometer ada pergeseran posisi, pekan ini diisi oleh Setiabudi Dana Campuran dengan Barometer Point 4. Pekan lalu, posisi puncak diisi oleh Manulife Dana Campuran II dengan Barometer Point 4,5.
Selengkapnya daftar top 5 Reksadana Unggulan Bareksa Barometer pekan ini sebagai daftar berikut:
Reksadana Saham | AUM September 2023 | Barometer Point Pekan Ini | Barometer Point Pekan Lalu | Imbal Hasil 3 Tahun |
Prospera Bijak | Rp116,62 miliar | 5 | 4,5 | 32,82% |
TRIM Kapital Plus | Rp192,82 miliar | 4,5 | 4,5 | 52,58% |
Syailendra Equity Opportunity Fund Kelas A | Rp328,22 miliar | 4,5 | 4,5 | 27,32% |
BNP Paribas Ekuitas | Rp1,06 triliun | 4 | 4 | 25,35% |
Eastspring Investments Alpha Navigator Kelas A | Rp289,43 miliar | 4 | 4 | 31,93% |
Sumber : Tim Analis Bareksa, kinerja per 27/10/2023
Investasi Trim Kapital Plus di Sini
Investasi BNP Paribas Ekuitas di Sini
Top 5 Reksadana Indeks Unggulan Bareksa Barometer
Reksadana Indeks | AUM September 2023 | Barometer Point Pekan Ini | Barometer Point Pekan Lalu | Imbal Hasil 3 Tahun |
BNP Paribas Sri Kehati | Rp3,2 triliun | 3.5 | 3,5 | 34,65% |
Allianz SRI KEHATI Index Fund | Rp233,46 miliar | 3 | 3 | 32,95% |
Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A | Rp740,1 miliar | 3 | 3 | 30,45% |
BNP Paribas IDX Growth30 | Rp114,1 miliar | 3 | 3 | - |
Trimegah FTSE Indonesia Low Volatility Factor Index | Rp32,13 miliar | 3 | 3 | - |
Sumber : Tim Analis Bareksa, kinerja per 27/10/2023
Investasi Allianz Sri Kehati di Sini
Investasi BNP Paribas Sri Kehati di Sini
Investasi Syailendra MSCI Indonesia Value di Sini
Top 5 Reksadana Pendapatan Tetap Unggulan Bareksa Barometer
Reksadana Pendapatan Tetap | AUM September 2023 | Barometer Point | Barometer Point Pekan Lalu | Imbal Hasil 1 Tahun |
Capital Fixed Income Fund | Rp108,18 miliar | 5 | 4,5 | 9,18% |
STAR Stable Income Fund | Rp3,22 triliun | 5 | 4,5 | 7,24% |
Trimegah Dana Tetap Syariah | Rp149,17 miliar | 4.5 | 4,5 | 5,9% |
Trimegah Fixed Income Plan | Rp4,95 triliun | 4.5 | 4 | 6,13% |
Majoris Sukuk Negara Indonesia | Rp287,55 miliar | 4.5 | 4,5 | 5,88% |
Sumber : Tim Analis Bareksa, kinerja per 27/10/2023, kinerja TFIP termasuk dividen per 29/9/2023
Investasi Capital Fixed Income di Sini
Investasi STAR Stable Income Fund di Sini
Investasi Trimegah Fixed Income Plan di Sini
Top 5 Reksadana Pasar Uang Unggulan Bareksa Barometer
Reksadana Pasar Uang | AUM September 2023 | Barometer Point | Barometer Point Pekan Lalu | Imbal Hasil 1 Tahun |
Capital Money Market Fund | Rp470,31 miliar | 5 | 5 | 5,21% |
Capital Sharia Money Market | Rp47,82 miliar | 4 | 4 | 4,63% |
Mega Dana Kas | Rp378,94 miliar | 4 | 4 | 4,72% |
Majoris Pasar Uang Syariah Indonesia | Rp333,18 miliar | 4 | 4 | 4,43% |
Shinhan Money Market Fund | Rp477,5 miliar | 4 | 4 | 4,72% |
Sumber : Tim Analis Bareksa, kinerja per 27/10/2023
Investasi Capital Money Market di Sini
Investasi Majoris Pasar Uang Syariah di Sini
Top 5 Reksadana Campuran Unggulan Bareksa Barometer
Reksadana Campuran | AUM September 2023 | Barometer Point | Barometer Point Pekan Lalu | Imbal Hasil 3 Tahun |
Setiabudi Dana Campuran | Rp61,82 miliar | 4 | 4 | 52,94% |
TRAM Alpha | Rp110,83 miliar | 4 | 4 | 29,77% |
Manulife Dana Campuran II | Rp127,84 miliar | 4 | 4,5 | 17,2% |
Schroder Dana Kombinasi | Rp680,95 miliar | 4 | 3,5 | 12,54% |
Trimegah Balanced Absolute Strategy Kelas A | Rp305,6 miliar | 3,5 | 3,5 | 48,25% |
Sumber : Tim Analis Bareksa, kinerja per 27/10/2023
Investasi Schroder Dana Kombinasi di Sini
Bareksa Barometer yang biasa dijadikan acuan oleh investor dalam berinvestasi reksadana jadi makin paten, seiring pembaruan metodologinya. Dengan inovasi ini, investor jadi punya panduan lebih mantap guna mencapai target investasinya dalam meraih cuan. Menurut Tim Analis Bareksa, inovasi terbaru Bareksa Barometer ialah dari sisi penilaian kinerja reksadana berdasarkan jangka waktunya.
Jika sebelumnya jangka waktu yang dinilai hanya 4 periode yakni 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun dengan bobot masing-masing 25%, kini ditambah menjadi 5 periode yakni 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan dan 1 tahun dengan bobot penilaian masing-masing 20%. Metode baru ini semakin meningkatkan kualitas penilaian Bareksa Barometer. Karena itu penilaian atas kinerja suatu produk reksadana jadi semakin maksimal dan handal.
Periode | 1 tahun | 9 bulan | 6 bulan | 3 bulan | 1 bulan |
---|---|---|---|---|---|
Bobot | 20% | 20% | 20% | 20% | 20% |
Sumber : Tim Analis Bareksa
Selain itu, dari sisi benchmark atau acuan atas kinerja produk reksadana, Bareksa Barometer kini hanya mengacu pada kinerja 8 Indeks Reksadana Bareksa. Sebelumnya, penilaian juga menyertakan indeks LQ45 untuk reksadana konvensional dan Jakarta Islamic Index (JII) untuk reksadana syariah.
Ini karena Bareksa Fund Index mengukur kinerja rata-rata seluruh produk reksadana yang ada di Indonesia dari per jenis reksadana, yakni reksadana saham, campuran, pendapatan tetap dan pasar uang.
Kini penilaian kinerja suatu produk reksadana saham konvensional akan mengacu pada Indeks Reksadana Saham Bareksa dan reksadana saham syariah akan dibandingkan dengan Indeks Reksadana Saham Syariah Bareksa.
Demikian juga penilaian kinerja produk reksadana pendapatan tetap konvensional akan mengacu pada Indeks Reksadana Pendapatan Tetap Bareksa dan reksadana pendapatan tetap syariah mengacu pada Indeks Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Bareksa.
Sebelumnya, inovasi juga telah dilakukan Bareksa Barometer. Yakni Tim Analis Bareksa memaksimalkan penilaian Bareksa Barometer dari sisi momentum pergerakan pasar. Model ini dipilih karena Tim Analis Bareksa mempertimbangkan beberapa peristiwa penting yang sangat berdampak ke pasar modal.
Di antaranya beberapa kasus di industri pasar modal, pandemi Covid-19, hingga ancaman resesi global akibat kenaikan agresif suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS). Akibat beberapa peristiwa itu, pergerakan pasar saham dan obligasi menjadi sangat fluktuatif dan bergejolak, sehingga membuat investor ragu untuk berinvestasi ke aset yang lebih berisiko atau produk selain reksadana pasar uang.
Padahal, dengan strategi dan momentum yang tepat, dinamika pasar itu justru bisa dimanfaatkan untuk meraih cuan optimal. Karena itulah, Tim Analis Bareksa menyesuaikan model penilaian Bareksa Barometer guna menangkap peluang tersebut.
Meski begitu, penilaian dari sisi tata kelola yang baik (GCG) tidak mengalami perubahan dalam metode penilaian Bareksa Barometer.
(Romainah/Christian Halim/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.