Bareksa.com - Kinerja pasar saham Tanah Air yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang semester I 2023 kurang menggembirakan. Sebab di periode 6 bulan pertama tahun ini IHSG minus 2,76% ditutup di 6.662.
Kurang bergairahnya pasar saham dalam negeri, seiring gejolak pasar modal global, utamanya akibat kebijakan agresif kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve guna memerangi lonjakan inflasi Negara Paman Sam.
Meskipun kinerja IHSG memerah di paruh pertama tahun 2023, namun kinerja saham-saham blue chip dalam indeks LQ45 cukup menggembirakan. Hal ini terbukti indeks LQ45 berhasil naik 1,14% di semester I 2023 di tengah tekanan IHSG.
Senada dengan IHSG yang tertekan, kinerja indeks reksadana saham dan reksadana saham syariah di super app investasi Bareksa juga melemah. Tercatat indeks reksadana saham dan indeks reksadana saham syariah masing-masing minus 1,02% dan 4,55% di semester I 2023. Kinerja dua indeks reksadana saham tersebut turun lebih dalam dari IHSG.
Meski begitu, 6 indeks reksadana lainnya mencatatkan kinerja positif. Tertinggi dibukukan indeks reksadana pendapatan tetap syariah dengan kenaikan 3,3%. Kemudian disusul indeks reksadana pendapatan tetap 3,27%, indeks reksadana pasar uang syariah 1,68%, indeks reksadana pasar uang 1,65%, indeks reksadana campuran syariah 1,08% dan indeks reksadana campuran 0,97%.
Sumber : Bareksa
Meski kinerja IHSG tak moncer di semester I 2023, namun kinerja produk reksadana berbasis saham ternyata cukup memuaskan. Hal ini seiring positifnya kinerja indeks LQ45, di mana saham-saham dalam deretan penghuni indeks tersebut jadi portofolio sebagian reksadana saham.
Tim Analis Bareksa menilai kinerja reksadana saham dan indeks pada semester pertama 2023 cemerlang seiring kepercayaan investor asing maupun domestik terhadap pemulihan ekonomi Indonesia yang terus bertumbuh dengan baik. Kinerja keuangan perusahaan atau emiten diprediksi akan bertumbuh dengan baik hingga akhir 2023.
Menurut Tim Analis Bareksa, meningkatnya konsumsi masyarakat dan pemerintah yang berhasil menjaga stabilitas harga dengan inflasi dalam negeri mendorong kepercayaan pasar. Pencabutan status pandemi Covid-19 (21/6) juga mendorong masyarakat bisa bebas kembali beraktivitas, baik sosial maupun perdagangan.
Reksadana | Dana Kelolaan | Imbal Hasil | |
1 Tahun | Periode 1 Januari - 27 Juni 2023 | ||
Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A | Rp 743,78 Miliar | 12,89% | 10,76% |
Trim Kapital Plus | Rp 168,59 Miliar | 7,48% | 9,76% |
Trim Kapital | Rp 255,83 Miliar | 7,92% | 9,6% |
Majoris Saham Alokasi Dinamik Indonesia | Rp 33,38 Miliar | 3,59% | 9,22% |
BNP Paribas Sri Kehati | Rp 2,35Triliun | 13,03% | 9,04% |
Sumber: Tim Analis Bareksa, imbal hasil per 27 Juni 2023, kelolaan per Juni 2023
Tim Analis Bareksa memproyeksikan reksadana saham masih akan terus jadi pilihan utama hingga akhir tahun, di tengah prospek positif ekonomi didorong pelaksanaan kontestasi Pemilu 2024, yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi 0,2-0,3% pada 2023. Hal tersebut juga bisa mendorong naik kinerja perusahaan, terutama yang berkaitan dengan sektor konsumen, perbankan dan ritel.
Beli Reksadana Indeks Syailendra MSCI di Sini
Beli TRIM Kapital Plus di Sini
Beli BNP Paribas Sri Kehati di Sini
(Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.