Bareksa.com - Baru saja gejolak pasar akibat tumbangnya bank besar Amerika Serikat (AS) Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank mulai mereda, namun kini pasar modal global dan nasional kembali diguncang gonjang-ganjing bank asal Eropa, Credit Suisse.
Dalam beberapa hari terakhir, pasar saham Tanah Air yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan ditutup melemah. Pada sesi I perdagangan Kamis (16/3/2023) IHSG ditutup melemah 0,75% di level 6.578. Sepekan terakhir, IHSG longsor 3,01%.
Kondisi pasar modal yang bergejolak tentu bisa berdampak pada aset-aset yang jadi portofolio investasi produk reksadana. Terutama untuk reksadana berbasis saham, seperti reksadana saham, reksadana indeks dan reksadana campuran.
Adapun untuk reksadana jenis lainnya seperti reksadana pendapatan tetap yang berbasis obligasi dan reksadana pasar uang berbasis deposito dan surat utang jangka pendek, tentu lebih minim terdampak gejolak pasar.
Reksadana STAR Stable Income Fund ialah salah satu produk reksadana pendapatan tetap yang mayoritas asetnya berfokus di obligasi korporasi. Reksadana kelolaan Surya Timur Alam Raya Asset Management berhasil mencatatkan imbal hasil 12,27% setahun terakhir (per 15/3/2023) dan 0,65% sebulan terakhir.
Investasi di Reksadana STAR Stable Fund, Klik di Sini
Reksadana yang memiliki dana kelolaan Rp266,8 miliar per Februari 2023 ini mampu mengungguli kinerja tolok ukurnya dalam 5 tahun terakhir.
Sumber : fund fact sheet Februari 2023
Bagaimana dengan prospek kinerjanya saat pasar bergejolak seperti saat ini? Susanto Chandra, Chief Investment Officer STAR AM mengatakan STAR Stable Income Fund relatif aman dari dampak gejolak pasar saat ini. Sebab, Silicon Valley Bank (SVB) difokuskan untuk membiayai dan jadi tempat penyimpanan dana perusahaan-perusahaan startup di AS, sehingga tidak berdampak langsung ke emiten yang jadi underlying aset STAR Stable Income Fund.
“Dengan kejadian ini para pelaku pasar melihat Bank Sentral AS akan memperlambat kenaikan suku bunga, sehingga akan jadi sentimen baik bagi obligasi, di mana ketika ekspektasi imbal hasil (yield) menurun, maka berarti harga obligasi naik,” ujar Susanto kepada Bareksa.
Menurut fund fact sheet periode Februari 2023, portofolio investasi reksadana ini adalah deposito PT Bank CIMB Niaga Tbk, Obligasi Berkelanjutan II Merdeka Copper Gold Tahap I Tahun 2021 seri B, Obligasi Berkelanjutan II Sinarmas Multiartha Tahap II Tahun 2022 seri C dan Obligasi Berkelanjutan IV Medco Energi Internasional Tahap I Tahun 2021 seri B,
Kemudian, Obligasi Berkelanjutan IV Summarecon Agung Tahap I Tahun 2022, Obligasi Berkelanjutan II Sinarmas Multifinance Tahap I Tahun 2020 seri B, Obligasi II Pindo Deli Pulp and Paper Mills Tahun 2022 seri B, Obligasi II Pindo Deli Pulp and Paper Mills Tahun 2022 seri C, Obligasi OKI Pulp & Paper Mills II Tahun 2022 seri B dan Sukuk Mudharabah Lontar Papyrus Pulp & Industry I Tahun 2018 seri B.
Reksadana STAR Stable Income Fund bisa dipertimbangkan sebagai bagian diversifikasi investasi di tengah gejolak pasar saat ini. Reksadana ini cocok buat investor dengan profil risiko moderat untuk jangka waktu investasi menengah (1-3 tahun). Smart Investor bisa membeli reksadana ini di super app investasi Bareksa dengan modal mulai hanya Rp10.000.
Investasi di Reksadana STAR Stable Fund, Klik di Sini
(Sigma Kinasih/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.