Pasar Bergejolak Akibat Pidato Powell, Reksadana Berbasis Obligasi Korporasi Prospektif
Yield SBN 10 tahun naik menembus level psikologis 7% akibat pernyataan Powell
Yield SBN 10 tahun naik menembus level psikologis 7% akibat pernyataan Powell
Bareksa.com - Pasar modal global dan dalam negeri bergejolak akibat pelaku pasar khawatir kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) akan semakin agresif. Sebab Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan suku bunga acuan AS (Fed Rate) mungkin perlu naik lebih tinggi untuk waktu lebih lama. Hal ini memicu kekhawatiran potensi kenaikan Fed Rate lebih besar pada rapat FOMC 21-22 Maret 2023 mendatang.
“Data ekonomi terbaru menunjukkan angka lebih kuat dari yang diharapkan, sehingga menunjukkan tingkat suku bunga akhir kemungkinan akan lebih tinggi dari yang diantisipasi sebelumnya," kata Powell dalam sambutannya kepada Komite Urusan Perbankan, Perumahan dan Perkotaan Senat AS pada Selasa (7/3/2023) waktu setempat, dilansir CNBC Indonesia.
"Jika data menunjukkan pengetatan yang lebih cepat diperlukan, maka kami akan siap untuk meningkatkan laju kenaikan suku bunga," ungkap Powell.
Promo Terbaru di Bareksa
Pernyataan ini sontak membuat pasar bergejolak. Indeks utama Bursa Saham Amerika Serikat (AS) Wall Street pada Selasa (7/3/2023) waktu AS atau Rabu dinihari WIB, anjlok. Senada harga minyak mentah WTI juga merosot 3,6% dan emas turun 1% pada Selasa.
Adapun pasar saham Tanah Air yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), setelah melemah 0,59% pada Selasa akibat aksi jual asing, pada Rabu (8/3/2023) berhasil bangkit dengan ditutup naik tipis 0,14% di level 6.776,37. Namun sepekan terakhir, IHSG merosot 1,09%.
Menurut Tim Analis Bareksa, sentimen pernyataan Powell juga mengakibatkan ekspektasi imbal hasil (yield) acuan Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun naik menembus level psikologis 7%. Suku bunga AS bakal bisa naik lebih tinggi dari perkiraan awal karena untuk meredam laju inflasi. Jika nantinya inflasi sulit diredam, maka suku bunga AS bisa bertengger di posisi tinggi untuk jangka waktu lebih lama.
Kecemasan pasar ini mengakibatkan dolar AS makin perkasa dan rupiah kian melemah di kisaran Rp15.400 per dolar AS. Kondisi ini menandakan dana asing keluar (capital outflow) dari pasar modal Indonesia. Menurut data CNBC Indonesia, yield SBN 10 tahun pada Rabu (8/3/2023) pukul 15.39 WIB di level 6,994% atau menguat 0,021 poin. Sepanjang perdagangan Rabu, yield SBN di kisaran 6,979% - 7,022%.
Rencanakan Investasimu di Reksadana, Klik di Sini
Prospek Reksadana Berbasis Obligasi Korporasi
Tim Analis Bareksa menilai pasar saham dan SBN yang tengah bergejolak akibat kebijakan Bank Sentral AS, hal ini justru bisa mendorong prospek cerah reksadana berbasis obligasi korporasi. Sebab reksadana ini menawarkan imbal hasil menarik, dengan risiko fluktuasi lebih moderat dari reksadana berbasis saham dan SBN.
Obligasi Korporasi adalah obligasi atau surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan swasta nasional, termasuk badan usaha milik negara (BUMN) dan daerah (BUMD).
Beberapa produk reksadana berbasis obligasi korporasi yang bisa dipertimbangkan investor dalam kondisi gejolak pasar saat ini ialah :
No | Reksadana | Imbal Hasil 1 tahun | Dana Kelolaan |
1 | 12,56% | Rp170,19 miliar | |
2 | 6,74* | Rp1,25 triliun | |
3 | 7,78% | Rp2,81 triliun | |
4 | 6,24% | Rp2,92 triliun | |
5 | 5,84% | Rp12,87 triliun |
Sumber : Bareksa, kinerja per 7 Maret 2023, *imbal hasil TFIP sudah termasuk dividen
Setahun terakhir, 5 reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi di Bareksa berhasil mencatatkan imbal hasil antara 5,84% hingga 12,56% setahun terakhir (per 7 Maret 2023). Imbalan tertinggi dicatatkan STAR Stable Income Fund, disusul Syailendra Pendapatan Tetap Premium dan Trimegah Fixed Income Plan.
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi,atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Raih Financial Freedom dengan Investasi di Reksadana, Klik di Sini
(Christian Halim/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.