Bareksa.com - Kinerja pasar modal Tanah sepanjang September 2022 tak ceria. Sebab kinerja pasar saham, yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi tajam hingga 1,9% ditutup di level 7.041. Dalam 22 hari perdagangan, IHSG berhasil menguat 12 hari dan terkoreksi 10 hari.
Dilansir CNBC Indonesia (3/10/2022), beberapa sentimen utama yang membayangi pasar sepanjang September 2022 di antaranya Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) yang kembali agresif menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin atau 0,75% ke level 3-3,25% pada Rabu (21/9) waktu AS.
Tren pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral tersebut kemudian disusul Bank of England (BOE) dan Swiss National Bank (SNB) yang juga kompak menaikkan suku bunganya masing-masing 50 bps dan 75 bps di hari yang sama.
Pengetatan moneter global yang dilakukan mayoritas bank sentral berbagai negara di dunia membuat takut investor di seluruh pasar keuangan. Ketatnya kebijakan moneter merupakan langkah yang diambil untuk mengekang inflasi yang sudah lama bergerak liar dan memperlemah daya beli masyarakat.
Namun, upaya intervensi artifisial dari sisi permintaan tersebut berpotensi menyebabkan resesi global apabila tidak dikendalikan dengan baik. Hal itu merupakan ketakutan utama investor yang menjadi pendorong utama aksi jual di pasar modal belakangan ini.
Meski begitu, secara kuartalan IHSG masih mampu mencatatkan kinerja positif dan merupakan indeks acuan yang berkinerja terbaik tidak hanya di Asia Tenggara, namun juga Asia Pasifik tahun ini. Secara year to date, IHSG berhasil menguat 6,98%.
Senasib, rupiah sepanjang bulan September 2022, juga terkoreksi tajam 2,6% dan menjadi pelemahan terbesar secara bulanan sejak Maret 2022 atau 2,5 tahun terakhir. Terkoreksinya rupiah dipicu oleh keperkasaan dolar AS di pasar spot. Indeks dolar AS yang mengukur kinerja greenback terhadap 6 mata uang dunia terpantau melesat 3,14% pada September 2022.
Keperkasaan dolar AS tersebut turut ditopang kenaikan suku bunga acuan The Fed. Meski begitu, Bank Indonesia (BI) langsung bertindak cepat dan menaikkan suku bunga 50 bps jadi 4,25% pada September 2022.
Seiring pelemahan di pasar saham, kinerja mayoritas indeks reksadana reksadana juga melemah. Tercatat 6 dari 8 indeks reksadana di Bareksa mencatatkan penurunan, yang mayoritas merupakan instrumen dengan profil risiko moderat hingga agresif. Penurunan terdalam dicatatkan indeks reksadana saham dan indeks reksadana saham syariah yang masing-masing minus 1,39% pada September 2022. Kemudian disusul indeks reksadana campuran yang terkoreksi 0,94%, indeks reksadana pendapatan tetap minus 0,79%, indeks reksadana pendapatan syariah berkurang 0,59%, serta indeks reksadana campuran syariah turun 0,53%.
Hanya dua indeks reksadana dengan profil risiko konservatif, yakni indeks reksadana pasar uang dan indeks reksadana pasar uang syariah yang berkinerja positif masing-masing naik 0,18% dan 0,12%.
Sumber : Bareksa
Meskipun secara industri kinerja reksadana dengan profil risiko agresif mencatatkan penurunan kinerja terdalam pada September 2022, namun dari sisi produk dengan cuan tertinggi justru didominasi oleh jenis produk ini.
Sumber : Bareksa
Berdasarkan daftar reksadana yang tersedia di Bareksa, 10 reksadana yang berhasil meraih cuan tertinggi pada September 2022, 4 di antaranya diisi oleh produk reksadana indeks atau index fund, kemudian reksadana saham dan reksadana campuran masing-masing 3 produk.
Baik reksadana indeks, reksadana saham dan reksadana campuran merupakan instrumen investasi berbasis saham yang cocok bagi investor dengan profil risiko moderat dan agresif.
10 reksadana cuan tertinggi tersebut di antaranya Reksa Dana UOBAM Indeks Bisnis-27, Reksa Dana Indeks BNP Paribas Sri Kehati, Reksa Dana Indeks Syailendra MSCI Indonesia Index Fund Kelas A, Reksa Dana Indeks Allianz SRI KEHATI Index Fund, Schroder Dana Prestasi, Schroder Dana Prestasi Plus, Principal Balanced Strategic Plus, Schroder Dynamic Balanced Fund, Simas Saham Bertumbuh dan Cipta Dinamika.
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.