Bareksa.com - Mengakhiri perdagangan pekan pertama di paruh kedua tahun ini, bursa saham domestik terpantau masih mengalami tekanan meskipun dengan koreksi yang relative terbatas.
Dalam perdagangan yang berlangsung dari 4 hingga 8 Juli 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejatinya hanya melemah sebanyak dua hari dan tiga hari lainnya menguat. Namun apa daya, pelemahan dua hari tersebut ternyata cenderung lebih besar dibandingkan dengan penguatannya.
Alhasil secara mingguan IHSG mencatatkan koreksi 0,8 persen dengan berakhir di level 6.740,22. Di sisi lain, sepanjang pekan lalu investor asing terlihat lebih dominan keluar dari pasar saham Tanah Air dengan catatan aksi jual bersih (net sell) yang mencapai Rp2,56 triliun di pasar reguler.
Volatilnya IHSG pada pekan lalu disebabkan oleh kondisi makroekonomi global yang masih belum menentu, sehingga investor tidak akan mempertahankannya dalam waktu yang lebih lama.
Pada pekan lalu, beberapa data ekonomi di dalam negeri sudah dirilis. Data yang pertama yakni cadangan devisa (cadev). Bank Indonesia (BI) pada Kamis lalu melaporkan cadangan devisa per akhir bulan lalu berada di US$136,4 miliar. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$135,6 miliar.
Cadangan devisa merupakan "amunisi" bagi BI untuk melakukan intervensi terhadap pergerakan rupiah jika mengalami tekanan yang besar. Semakin besar cadangan devisa, "amunisi" BI juga semakin banyak, yang bisa memberikan kepercayaan pasar terhadap stabilitas nilai tukar.
BI memiliki kebijakan triple intervention, yakni intervensi di pasar spot, obligasi, dan domestic non-deliverable forward (NDF).
"Peningkatan posisi cadangan devisa pada Juni 2022 antara lain dipengaruhi oleh penerbitan global bond pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa," sebut keterangan tertulis BI.
Sedangkan kedua, yakni data indeks keyakinan konsumen (IKK). BI pada Jumat kemarin juga merilis hasil survei konsumen. Hasilnya, IKK pada Juni 2022 berada di 128,2, sedikit menurun dibandingkan sebelumnya yakni 128,9.
Pada IKK Mei 2022, survei IKK yang bertepatan pada Hari Raya Idulfitri berada di 128,9, naik tajam dan menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah. Pada Juni, IKK tetap berada pada level optimis.
"Keyakinan konsumen yang tetap terjaga tersebut ditopang oleh menguatnya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan terutama terhadap penghasilan dan lapangan kerja," tulis keterangan resmi bank sentral, Jumat (8/7/2022) kemarin.
Adapun rata-rata IKK selama periode triwulan II 2022 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Rata-rata IKK triwulan II 2022 tercatat sebesar 123,4, lebih tinggi dari 114,6 pada triwulan I 2022.
Peningkatan tersebut didorong oleh optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, baik terhadap aspek penghasilan, ketersediaan lapangan kerja maupun ketepatan waktu dalam membeli barang tahan lama.
Sejalan dengan meningkatnya optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan juga mengalami peningkatan pada semua aspek, yaitu ketersediaan lapangan kerja, kegiatan usaha, dan penghasilan.
Kondisi pasar saham yang mengalami koreksi pada pada pekan lalu, secara umum turut menekan kinerja reksadana yang memiliki saham dalam portofolionya ikut mencatatkan penurunan.
Sumber: Bareksa
Berdasarkan data Bareksa,indeks reksadana saham menjadi yang paling tertinggal pada pekan lalu dengan pelemahan 0,38 persen, disusul oleh indeks reksadana campuran yang ikut terkoreksi 0,02 persen.
Sementara itu, dua reksadana dengan risiko yang lebih yakni indeks reksadana pendapatan tetap dan indeks reksadana pasar uang berhasil mengalami pertumbuhan masing-masing 0,04 persen.
Sumber: Bareksa
Kemudian di sisi lain, top 10 produk reksadana yang berhasil mencatatkan imbal hasil (return) mingguan tertinggi pada pekan lalu ternyata masih mampu didominasi oleh reksadana yang bersifat high risk, di mana reksadana campuran sebanyak 7 produk, dan 3 produk lainnya merupakan reksadana saham.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.