Bareksa.com - Perdagangan pasar modal Indonesia semester I 2022 telah resmi berakhir pada Kamis (30/6/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai indeks acuan pasar saham Tanah Air harus rela ditutup di bawah level psikologis 7.000, tepatnya berada di level 6.911,58.
Dengan level tersebut, IHSG mencatatkan kinerja positif dengan kenaikan 5,02 persen year to date (YTD) jika dibandingkan dengan penutupan akhir 2021 di level 6.581,48.
Capaian tersebut menghantarkan indeks saham kebanggaan Indonesia tersebut menjadi indeks saham dengan imbal hasil (return) terbaik di kawasan Asia Pasifik. Ranking IHSG dibandingkan indeks saham global lainnya juga terbilang baik. IHSG sukses menduduki peringkat kelima terbaik dunia dari sisi return.
Seperti dilansir CNBC Indonesia, sejak awal tahun sentimen negatif untuk aset berisiko datang bertubi-tubi mulai dari inflasi yang membuat ekonomi overheat dan terancam stagflasi, perang Rusia-Ukraina hingga pengetatan moneter.
Dolar AS yang terus menguat juga membuat nilai tukar rupiah menjadi tumbal. Sepanjang tahun ini rupiah telah terdepresiasi lebih dari 4 persen.
Imbal hasil (yield) SBN 10 tahun juga naik lebih dari 50 basis poin (bps). Kenaikan yield mencerminkan harga aset pendapatan tetap yang terkoreksi.
Dengan pelemahan rupiah dan harga SBN, memang patut disyukuri IHSG masih tangguh dengan kinerja positif. Kinerja IHSG yang moncer tak terlepas dari banjir dana asing yang masuk ke pasar saham. Data perdagangan mencatat asing net buy Rp52,29 triliun di pasar reguler sepanjang tahun ini.
Padahal di saat yang sama aset berupa SBN cenderung dilepas oleh asing dengan net sell jumbo mencapai lebih dari Rp100 triliun.
Secara makro, Indonesia memang diuntungkan dengan kenaikan harga komoditas terutama batu bara dan minyak sawit mentah (CPO).
Kenaikan harga komoditas menjadi katalis positif untuk kinerja keuangan emiten komoditas. Peningkatan harga jual rata-rata (Average Selling Price/ASP) dan laba bersih hingga nilai dividen jumbo yang dibagikan memantik inflow dan kenaikan valuasi saham-saham komoditas.
Di sisi lain kabar baik datang dari kinerja sektor perbankan yang solid dengan pertumbuhan kredit dan perbaikan kualitas aset serta peningkatan tajam dari sisi laba bersih.
Kondisi ekonomi domestik yang tetap tangguh dan berhasil mencatatkan pertumbuhan 5 persen di kuartal I-2022 meski didera gelombang ketiga Covid-19 juga menjadi katalis lain yang mendorong asing getol belanja saham di Indonesia.
Itulah beberapa faktor utama yang menyebabkan IHSG masih bisa memberikan imbal hasil positif ketika mayoritas indeks saham global terbenam di zona merah.
Kinerja IHSG yang menorehkan kenaikan cukup baik sepanjang semester I 2022, secara umum justru tidak sejalan dengan kinerja reksadana berbasis ekuitas.
Sumber : Bareksa
Berdasarkan data Bareksa,indeks reksadana saham harus rela mengalami koreksi 0,16 persen YTD yang membawanya di peringkat ketiga. Di bawahnya atau posisi terakhir, ada indeks pendapatan tetap yang melemah 1,03 persen.
Adapun di peringkat pertama dan kedua diraih oleh indeks reksadana campuran dan indeks reksadana pasar uang dengan kenaikan masing-masing sebesar 1,35 persen dan 0,96 persen.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.