Bareksa.com - Pasar saham Indonesia mengalami tekanan cukup hebat pada pekan lalu hingga harus terlempar dari level psikologis 7.100. Dalam perdagangan yang berlangsung pada 6 - 10 Juni 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lebih banyak berakhir di zona merah sebanyak 3 kali, yang akhirnya membawa indeks saham kebanggaan Indonesia ini mengakumulasi penurunan 1,34 persen ke level 7.086,65.
Namun di sisi lain, investor asing justru masih bersemangat dalam memburu saham-saham Tanah Air dengan catatan aksi beli bersih (net buy) senilai Rp478,42 miliar di pasar reguler. Pada pekan lalu, sentimen pelaku pasar memang sedang memburuk terutama pasca rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) pada Jumat (10/6).
Data terbaru menunjukkan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) pada Mei 2022 melesat 8,6 persen year on year (yoy). Inflasi tersebut naik dari bulan sebelumnya 8,3 persen (YOY) dan menjadi rekor tertinggi sejak 1981. Kemudian inflasi inti yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan naik 6 persen (YOY). Secara bulanan (month on month/MOM) inflasi naik 1 persen dan inflasi inti 0,6 persen (mom).
Harga energi berkontribusi besar terhadap kenaikan inflasi. Sepanjang Mei harga energi naik 3,9 persen dari bulan sebelumnya. Sementara dibandingkan Mei 2021, harga energi melonjak hingga lebih dari 34 persen. Dengan harga minyak mentah yang masih tinggi saat ini, ada kekhawatiran inflasi masih akan terus meninggi.
Ketika inflasi akan terus menanjak, maka konsumsi rumah tangga, salah satu tulang punggung perekonomian, berisiko terpukul. Guna meredam inflasi, bank sentral menaikkan suku bunga dengan agresif, hal ini bisa menghambat ekspansi dunia usaha, begitu juga konsumsi rumah tangga. Alhasil. perlambatan ekonomi tak bisa dihindari yang membuat risiko resesi semakin tinggi.
Kondisi pasar saham yang mengalami koreksi pada pada pekan lalu, secara umum turut memberikan tekanan kepada kinerja mayoritas jenis reksadana, di mana yang berbasis saham mencatatkan kinerja terburuk.
Sumber: Bareksa
Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham menjadi yang paling parah pada pekan lalu dengan anjlok 1,8 persen, disusul oleh indeks reksadana campuran dengan pelemahan 1,05 persen.
Tidak berbeda, indeks reksadana pendapatan tetap juga ikut terkoreksi 0,25 persen. Alhasil hanya indeks reksadana pasar uang yang mampu tumbuh positif pada pekan lalu dengan kenaikan 0,03 persen.
Sumber: Bareksa
Kemudian di sisi lain, top 10 produk reksadana yang berhasil mencatatkan imbal hasil (return) mingguan tertinggi pada pekan lalu didominasi oleh reksadana pendapatan tetap sebanyak 4 produk, sementara sisanya ditempati oleh reksadana campuran dan reksadana saham masing-masing sebanyak 3 produk.
Reksadana campuran STAR Balanced II berhasil meraih cuan tertinggi sepanjang pekan lalu dengan imbalan 3,64 persen. Kemudian disusul reksadana campuran Syailendra Balanced Opportunity Fund Kelas A dengan cuan 2,03 persen, Semesta Dana Maxima imbal hasil 1,6 persen, serta reksadana saham Semesta Dana Saham dan Sucorinvest Sharia Equity Fund masing-masing mencatatkan return 1,1 persen dan 0,97 persen.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.