Bareksa.com - Mengakhiri pekan keempat di Januari 2022, kinerja pasar saham Indonesia terpantau mengalami volatilitas cukup hebat hingga harus rela mengalami penurunan.
Dalam perdagangan yang berlangsung mulai dari 24 hingga 28 Januari 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok di 2 hari pertama perdagangan, sebelum akhirnya rebound di 3 hari perdagangan berikutnya.
Namun sayangnya karena penurunan di 2 hari tersebut lebih dalam sementara kenaikan di 3 hari berikutnya tidak seberapa, alhasil secara mingguan IHSG mengakumulasi pelemahan 1,20 persen ke level 6.645,51.
Di sisi lain, sepanjang pekan lalu investor asing ternyata masih cenderung menambah kepemilikan saham mereka dengan catatan aksi beli bersih (net buy) senilai Rp73,76 miliar di pasar reguler.
Meningkatnya volatilitas pasar saham global turut memperberat kinerja IHSG pada pekan lalu, di mana investor masih mengkhawatirkan potensi pengetatan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS).
Pekan lalu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengadakan rapat pembuat kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC) yang berlangsung selama dua hari dimulai pada Selasa hingga Rabu waktu AS.
Pada Rabu siang waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed mengumumkan hasil rapatnya, di mana bank sentral paling berpengaruh di dunia itu sepakat untuk menaikan suku bunga acuannya pada Maret mendatang.
Hal ini dilakukan oleh The Fed untuk mengekang kenaikan inflasi, di mana inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) pada Desember 2021 sudah berada di angka 7 persen. Investor global juga masih tetap waspada dengan sikap The Fed yang semakin hawkish ke depannya.
Kondisi pasar saham yang mengalami gejolak pada pada pekan lalu, secara umum membuat kinerja berbagai jenis reksadana ikut tertekan, di mana yang berbasis saham mencatatkan kinerja terburuk.
Sumber: Bareksa
Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham menjadi yang paling rendah pada pekan lalu dengan kinerja -1,04 persen, disusul oleh indeks reksadana campuran dan reksadana pendapatan tetap masing-masing -0,47 persen dan -0,02 persen.
Alhasil, hanya indeks reksadana pasar uang berhasil menorehkan kinerja positif pada pekan lalu dengan kenaikan 0,05 persen.
Namun di sisi lain, top 10 produk reksadana yang berhasil mencatatkan imbal hasil (return) mingguan tertinggi pada pekan lalu ternyata masih mampu ditempati oleh jenis reksadana yang medium high-risk, di mana reksadana campuran mendominasi dengan 6 produk, disusul reksadana saham dengan 2 produk, dan 1 lainnya adalah produk reksadana pendapatan tetap.
Sumber: Bareksa
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.