Bareksa.com - Pasar saham nasional sepanjang 2021 memang berhasil mencatatkan kinerja kece. Menurut catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), beragam catatan prestasi mengesankan berhasil dibukukan pasar modal nasional sepanjang tahun lalu.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso menyatakan di pasar modal, pertumbuhan di 2021 mencapai angka di luar perkiraan seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tumbuh 10,08 persen, jumlah investor yang melonjak sangat tinggi serta penghimpunan dana yang mencapai rekor tertinggi selama ini.
"Per 30 Desember 2021, IHSG berada di level 6.581,48 atau meningkat 10,08 persen secara year to date (Ytd) atau sepanjang tahun berjalan. Sementara itu, kapitalisasi pasar saham mencapai Rp8.256 triliun atau naik 18,45 persen dibandingkan posisi akhir tahun 2020 yakni Rp6.970 triliun," ungkap Wimboh dalam keterangannya (3/1/2022).
Aktivitas perdagangan juga mencatatkan rekor-rekor baru, di antaranya frekuensi transaksi harian tertinggi terjadi pada tanggal 9 Agustus 2021 yang mencapai 2,14 juta kali transaksi, volume transaksi harian tertinggi yang mencapai 50,98 miliar saham di 9 November 2021, dan kapitalisasi pasar tertinggi yang mencapai Rp8.354 triliun di 13 Desember 2021.
Dari sisi supply, pada 2021 OJK telah menerbitkan 53 surat efektif bagi perusahaan yang akan melakukan penawaran umum perdana saham dengan fund raised mencapai Rp61,66 triliun. Adapun pertumbuhan IPO di Indonesia akan terus bertumbuh seiring keberadaan 43 calon perusahaan yang masih dalam proses penawaran umum (Data per 31 Desember 2021).
Dari sisi demand, terjadi peningkatan jumlah investor pasar modal secara signifikan sepanjang tahun 2021. Per 30 Desember 2021, jumlah investor sebanyak 7,49 juta atau meningkat 92,99 persen dibandingkan akhir tahun 2020 yang tercatat hanya sebesar 3,88 juta. Jumlah ini meningkat hampir tujuh kali lipat dibandingkan akhir tahun 2017.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), peningkatan jumlah investor ini didominasi oleh investor domestik yang berumur di bawah 30 tahun yang mencapai sekitar 59,98 persen dari total Investor.
Nilai pengelolaan investasi di pasar modal juga mengalami peningkatan. Hingga 30 Desember 2021, terdapat peningkatan nilai aktiva bersih (NAB) atau dana kelolaan reksadana 0,85 persen dari sebelumnya pada akhir tahun 2020 tercatat Rp573,54 triliun naik menjadi Rp578,44 triliun. Nilai dana kelolaan reksadana tersebut juga merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Sementara itu, pada periode yang sama, total asset under management (AUM) gabungan antara reksadana, reksadana penyertaan terbatas (RDPT), kontrak pengelolaan dana (KPD), kontrak investasi kolektif (KIK) dana investasi real estate (DIRE), KIK dana investasi infrastruktur (DINFRA), KIK efek beragun aset (EBA), dan KIK efek beragun aset surat partisipasi (EBA-SP) juga mengalami peningkatan 2,63 persen dari sebelumnya Rp827,43 triliun per 30 Desember 2020 menjadi Rp849,23 triliun pada akhir Desember 2021.
Jumlah total produk RDPT, KIK DIRE, KIK DINFRA, KIK EBA, KIK EBA-SP, ETF dan KPD per 30 Desember 2021 sebanyak 774 dengan jumlah total nilai dana kelolaan Rp285,56 triliun.
Sementara dari industri pasar modal syariah, per 30 Desember 2021, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) ditutup pada 189,02 poin atau meningkat sebesar 6,5 persen dibandingkan indeks ISSI pada 30 Desember 2020 sebesar 177,48 poin.
Baca : Kolaborasi PT Pegadaian - Bareksa, Hadirkan Tabungan Emas Online untuk Investasi Terintegrasi
Moncernya kinerja pasar modal, yang didalamnya termasuk pasar saham nasional, lantas bagaimana kinerja indeks reksadana? Sebagai informasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi tolok ukur kinerja pasar saham Indonesia mencatatkan kenaikan 10,08 persen sepanjang 2021 dengan berakhir di level 6.581,48.
Sementara itu, menurut data , marketplace reksadana terbaik Bareksa kinerja reksadana saham yang diharapkan tumbuh tinggi setidaknya mendekati pertumbuhan IHSG, kenyataannya berbanding terbalik. Indeks reksadana saham justru menorehkan kinerja paling tertinggal.
Sumber: Bareksa
Berdasarkan data Bareksa, reksadana saham menjadi yang paling rendah pertumbuhannya dengan kenaikan hanya 0,32 persen. Satu tingkat di atasnya, reksadana pendapatan tetap tercatat bertambah 2,01 persen.
Adapun di peringkat kedua terbaik diraih oleh reksadana campuran dengan kenaikan 2,68 persen. Alhasil yang menjadi juara pada tahun lalu justru
ditorehkan oleh reksadana pasar uang yang tumbuh 2,93 persen.
Baca juga : Investasi Reksadana di Bareksa dapat OVO Poin dan Voucher GrabFood
Kenapa kinerja reksadana saham justru memble berbanding terbalik dengan kinerja pasar saham yang kece sepanjang tahun lalu?
Menurut analisis Bareksa, sejak awal hingga pertengahan tahun 2021, pertumbuhan indeks saham Tanah Air utamanya lebih banyak ditopang oleh saham-saham di sektor ekonomi baru (new economy), seperti saham emiten teknologi maupun bank digital.
Adapun saat itu, saham-saham tersebut tidak banyak dikoleksi oleh manajer investasi dalam mengelola reksadananya. Kondisi itu membuat kinerja indeks reksadana saham tertinggal dibandingkan indeks acuannya yakni IHSG.
Meski begitu pada periode 3-6 bulan terakhir di 2021, baru kemudian saham-saham berkapitaliasi pasar besar (big caps) yang banyak dikoleksi oleh reksadana saham mulai mencatatkan kenaikan, seiring meredanya sentimen pandemi Covid-19 varian Delta dan optimisme investor terhadap pemulihan ekonomi nasional.
Kinerja IHSG dan Indeks Sektor Sepanjang 2021
Sumber : Tim Riset Bareksa
Analisis Bareksa melihat, jika ekonomi kembali pulih, maka sektor saham penopang ekonomi di IHSG seperti perbankan, manufaktur dan lainnya yang mayoritas berkapitalisasi besar (big caps), serta memiliki fundamental baik akan ikut naik kinerja sahamnya. Dengan begitu, kinerja reksadana saham yang memiliki portofolio di saham-saham tersebut akan ikut terdongkrak.
Baca : Bareksa Raih Pendanaan Seri C dari Grab, Kukuhkan Sinergi Grab - Bareksa - OVO
(Sigma Kinasih/Abdul Malik)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.