Bareksa.com - Dana kelolaan (asset under management/AUM) industri reksadana mencapai Rp558,16 triliun pada Oktober 2021 atau meningkat 1,15 persen dari bulan sebelumnya. Namun di balik peningkatan dana kelolaan tersebut, reksadana saham dan exchange traded fund (ETF) justru mengalami penurunan.
Berdasarkan data OJK, dana kelolaan reksadana saham menurun 1,52 persen dari bulan sebelumnya menjadi Rp127,6 triliun. AUM reksadana ETF bahkan turun lebih tajam, 2,46 persen menjadi Rp15,03 triliun. Sementara reksadana jenis lainnya menunjukkan peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya.
Head of Investment PT Avrist Asset Management Ika Pratiwi Rahayu menjelaskan, sepanjang Oktober 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), LQ45 dan IDX30 kompak menguat dibandingkan bulan sebelumnya. Bahkan IHSG hampir menyentuh level all-time high pada pertengahan bulan.
Namun peningkatan indeks saham ini tidak berdampak kepada reksadana saham dan ETF karena adanya redemption akibat profit taking dan realisasi keuntungan di tengah menguatnya pasar dan potensi koreksi indeks pada November 2021.
"Pada November, pergerakan IHSG akan cenderung bervariasi sebelum diperkirakan kembali menguat pada akhir tahun," kata dia di Jakarta, Kamis (18/11).
Saham perbankan, teknologi, komoditas, konsumer, properti dan konstruksi masih menarik untuk dicermati hingga akhir tahun ini. Di samping itu, maraknya rencana aksi korporasi seperti penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham dan rights issue juga akan mempengaruhi pergerakan IHSG.
Di tengah penurunan reksadana saham, reksadana pasar uang terus menguat dan menembus level tertinggi yakni Rp107,99 triliun pada Oktober 2021.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayatna menjelaskan, peningkatan dana kelolaan reksadana pasar uang ini disebabkan oleh kenaikan penempatan dana investor pemula dan dari investor institusi yang kelebihan likuiditas.
"Pada akhir tahun ini, dana kelolaan reksadana pasar uang bisa menembus Rp109 triliun apabila tidak ada switching besar-besaran ke reksadana saham," jelas dia.
Sementara sampai akhir tahun ini, dana kelolaan industri reksadana diprediksi bisa mencapai Rp550-560 triliun. Dana kelolaan ini sedikit menurun 2,36 persen apabila dibandingkan realisasi pada akhir 2020 yang sebesar Rp573,54 triliun.
Wawan menjelaskan, penurunan dana kelolaan ini disebabkan oleh penurunan reksadana terproteksi yang cukup tajam. Penurunan reksadana terproteksi ini karena adanya kebijakan pajak obligasi.
Dengan adanya penurunan reksadana terproteksi itu, Wawan berharap jenis reksadana lain seperti reksadana saham, reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang bisa bertumbuh. Pertumbuhan dari ketiga jenis reksadana ini yang diharapkan bisa memperkecil penurunan dana kelolaan tahun ini.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.