Bareksa.com - Perdagangan pasar modal Indonesia tak terasa telah sampai akhir kuartal III 2021. Di penghujung kuartal III tepatnya Kamis (30/9/2021), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melesat 2,02 persen ke level 6.286,94.
Aktivitas perdagangan terlihat sangat ramai dengan nilai transaksi yang menyentuh Rp23,89 triliun. Selain itu, investor asing juga sangat bernafsu memborong aset berisiko Tanah Air dengan catatan nilai beli bersih (net buy) senilai Rp1,94 triliun di pasar reguler.
Dengan torehan tersebut, alhasil kineja IHSG sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini telah naik 5,15 persen sepanjang tahun berjalan (year to date/YtD) jika dibandingkan dengan penutupan akhir 2020 di level 5.979,07.
Sumber : BEI
Jika dibandingkan dengan bursa saham lain di kawasan Asia Tenggara, performa indeks saham Tanah Air menempati urutan 4 dari 6 negara. Sementara di Kawasan Asia Pasifik, kinerja pasar saham Tanah Air juga hanya berada urutan 9 dari 13 negara.
Torehan IHSG khususnya di kuartal III 2021 sebenarnya terbilang cukup baik, di mana jika dilihat hingga paruh pertama tahun ini, IHSG baru mencatatkan kenaikan tipis 0,11 persen. Artinya Sepanjang Juli September IHSG berhasil naik 5,04 persen.
Padahal belakangan terakhir, sentimen negatif cukup banyak menghantui pasar keuangan domestik maupun global, terutama akibat kecemasan investor akan gagal bayarnya raksasa properti Evergrande dari China. Di sisi lain, investor juga masih wait and see mengenai keputusan tapering off oleh The Fed.
Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia tetap menjaga suku bunga acuannya di level 3,5 persen yang dianggap menjadi level optimal untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Kinerja IHSG yang berhasil menorehkan hasil positif sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, secara umum berbanding terbalik dengan kinerja reksadana berbasis ekuitas yang justru mencatatkan kinerja paling buruk dibandingkan reksadana jenis lainnya.
Sumber: Bareksa
Berdasarkana data Bareksa, indeks reksadana saham menorehkan kinerja paling tertinggal dibandingkan jenis lain dengan -1,94 persen YtD, sekaligus menjadi satu-satunya yang saat ini masih dalam kinerja negatif.
Adapun indeks reksadana pasar uang justru memimpin sejauh ini dengan kenaikan 2,29 persen, disusul indeks reksadana pendapatan tetap dan indeks reksadana campuran yang masing-masing bertambah 1,22 persen dan 0,64 persen.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.