Penggalangan Dana Pasar Modal Tembus Rp255 Triliun, Reksadana Saham Prospektif
OJK sudah mengeluarkan pernyataan efektif untuk 126 emisi dengan nilai total Rp255,45 triliun
OJK sudah mengeluarkan pernyataan efektif untuk 126 emisi dengan nilai total Rp255,45 triliun
Bareksa.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, penggalangan dana di pasar modal melalui penawaran umum sudah mencapai Rp255,45 triliun. Penggalangan dana ini sudah melampaui target awal yang dipatok OJK yang sebesar Rp150 triliun hingga Rp180 triliun. Meningkatnya penawaran umum ini menjadi sentimen yang positif bagi produk reksadana berbasis saham.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen menjelaskan sampai saat ini, OJK sudah mengeluarkan pernyataan efektif untuk 126 emisi dengan nilai total Rp255,45 triliun. "Sebanyak 38 dari 126 emisi itu berasal dari emiten baru. Penambahan jumlah emiten baru ini juga tercatat masih tertinggi di kawasan Asia Tenggara," jelas Hoesen dalam Sambutannya pada acara Public Expose (Pubex) Live, Senin (6/9).
Seiring dengan meningkatnya pasokan di pasar modal ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga perlahan menguat dan mencoba bertahan di level 6.000. Penguatan ini seiring dengan mulai pulihnya kondisi ekonomi nasional.
Promo Terbaru di Bareksa
Hoesen mencatat per 31 Agustus 2021, IHSG berada pada posisi 6.150,07 atau naik 2,86 persen dibandingkan akhir 2020. Sementara itu, nilai kapitalisasi pasar juga meningkat 6,13 persen secara year to date (YtD) atau sepanjang tahun berjalan dari Rp6.968,94 triliun per 30 Desember 2020 menjadi Rp7.395,89 triliun per 31 Agustus 2021.
Hoesen juga melihat jumlah investor pasar modal yang terus bertumbuh secara signifikan. Sampai Agustus 2021, jumlah Single Investor Identification (SID) mencapai 6,09 juta atau meningkat 56,95 persen secara year to date. Peningkatan jumlah investor ini didominasi oleh kaum milenial dan generasi Z yang mencapai 58,45 persen dari total Investor.
Pandemi Bukan Penghalang IPO
Di sisi lain, Direktur PT Avere Mitra Investama Teguh Hidayat berpendapat pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini bukan menjadi penghalang bagi emiten maupun calon emiten untuk menggalang dana dari pasar modal. Justru, pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini menjadi momentum yang tepat untuk menghimpun dana dari bursa saham maupun obligasi.
Menurut Teguh, likuiditas di pasar modal saat ini sedang tinggi-tingginya. Sebab suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7 days Reverse Repo Rate berada di level rendah, yakni 3,5 persen. Dengan suku bunga rendah tersebut, masyarakat jadi enggan menempatkan dananya di deposito.
Sementara apabila dana digunakan sebagai modal membuat bisnis, akan sulit untuk mendapatkan keuntungan, di saat banyak usaha yang jatuh bangkrut diterjang pandemi berkepanjangan.
"Sehingga jalan keluar untuk mendapatkan cuan dengan ditempatkan di pasar modal atau segala usaha yang sifatnya trading atau investasi. Namun yang cukup populer memang saham dan momen ini yang dimanfaatkan oleh emiten untuk menggalang dana dari pasar modal," kata dia.
Menurut Teguh, kesuksesan calon emiten dalam menggalang dana ini sudah dibuktikan oleh PT Bukalapak.com Tbk (BUKA). Emiten e-commerce itu berhasil menggalang dana melalui penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham Rp21,9 triliun.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga sedang menggalang dana melalui rights issue yang cukup besar, yakni Rp95,92 triliun. Penggalangan dana ini menunjukkan likuiditas di pasar modal cukup tinggi dan investor bisa menyerapnya.
Geliat investor ini, lanjut Teguh berasal dari investor baru yang muncul pada masa pandemi Covid-19 ini. Investor baru ini hadir akibat edukasi yang masif dari regulator dan juga sekuritas, sekaligus platform saham elektronik yang memudahkan calon investor membuka rekening dana nasabah (RDN).
Prospek Reksadana Saham
Membaiknya kondisi pasar modal ini tentunya menjadi sentimen positif bagi reksadana berbasis saham. Berdasarkan data Bareksa, dari 80 reksadana saham yang tersedia di aplikasi reksadana terbaik tersebut, mayoritas membukukan kinerja positif setahun terakhir (per 3 September 2021).
Top 10 reksadana saham dengan imbalan tertinggi mampu mencatatkan imbalan 21,65 persen hingga 64,04 persen. Peringkat pertama ditempati reksadanaManulife Greater Indonesia Fund dengan return 64,04 persen.
Disusul reksadanaManulife Saham Andalan dengan imbal hasil 57,88 persen, Sucorinvest Sharia Equity Fund 48,51 persen, Shinhan Equity Growth 31,61 persen dan TRIM Kapital Plus membukukan imbalan 31,61 persen.
Top 10 Reksadana Saham Imbalan Tertinggi 1 Tahun (per 3 September 2021)
Sumber : Bareksa
Perlu diingat, apapun produk reksadana pilihan kamu, selalu sesuaikan dengan tujuan investasi dan profil risiko kamu ya!
(K09/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.