Bareksa.com - Mengakhiri pekan ketiga di Juni 2021, bursa saham Tanah Air mengalami tekanan hebat hingga harus rela ditutup lebih rendah secara mingguan.
Dalam sepekan perdagangan mulai dari 14 hingga 18 Juni, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang didominasi dengan pelemahan sebanyak 4 kali dan hanya mampu menguat 1 kali, di mana IHSG mengakumulasi penurunan 1,45 persen ke level 6.007,12.
Di sisi lain, sepanjang pekan lalu investor asing terlihat cenderung melepas aset berisiko Tanah Air yang tercermin dari adanya aksi jual bersih (net foreign sell) senilai Rp702,27 miliar di keseluruhan pasar.
Pada pekan lalu, sejatinya terdapat sentimen positif berupa rilis neraca perdagangan Mei 2021 yang surplus US$2,37 miliar. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor Indonesia US$16,6 miliar, turun 10,25 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month on month/MoM), tetapi melonjak 58,76 persen dari Mei 2020 (year on year/YoY).
Sementara nilai impor Indonesia pada Mei 2021 adalah US$14,23 miliar, turun 12,16 persen MoM tetapi melejit 66,68 persen YoY.
Adapun sentimen positif berikutnya juga datang dari Bnk Indonesia (BI) yang memutuskan tetap mempertahankan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG).
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 16-17Juni 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate 3,5 persen, suku bunga Deposit Facility 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility 4,25 persen," sebut Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam konferensi pers usai RDG, Kamis (17/6/2021).
Namun di sisi lain, terdapat kabar buruk dari dalam negeri seputar penanganan pandemi. Per Kamis (17/6/2021), Kementerian Kesehatan melaporkan total pasien positif corona di Tanah Air mencapai 1.950.276 orang, bertambah 12.624 orang dari hari sebelumnya, menjadi kenaikan harian tertinggi sejak 30 Januari 2021.
Perkembangan ini membuat rata-rata tambahan pasien positif dalam 14 hari terakhir menjadi 8.082 orang per hari. Melonjak dibandingkan rata-rata 14 hari sebelumnya yaitu 5.588 orang setiap harinya. Fasilitas Kesehatan di Indonesia pun diprediksi bisa tumbang dalam waktu 2-4 minggu. Ini dapat terjadi jika pengendalian pandemi tanah air tidak diperketat.
Jika kondisinya tak terkendali, maka pemerintah berpeluang melakukan pengetatan aktivitas masyarakat, yang bakal berujung pada tersendatnya kembali aktivitas ekonomi dan memicu kontraksi berkelanjutan pada kuartal II 2021.
Kondisi pasar saham Indonesia yang melemah pada pekan lalu, secara umum ikut menekan kinerja reksadana yang berbasis ekuitas. Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham menorehkan kinerja terburuk pada pekan lalu dengan anjlok -3,21 persen.
Sumber: Bareksa
Sementara itu di peringkat dua terbawah, indeks reksadana campuran juga mengalami kinerja negatif dengan -1,82 persen, Kemudian indeks reksadana pendapatan tetap ikut terkoreksi -0,42 persen.
Alhasil hanya indeks reksadana pasar uang yang mampu bertahan di teritori positif pada pekan lalu dengan kenaikan tipis 0,05 persen.
Adapun jika dilihat lebih rinci, berdasarkan reksadana yang tersedia di Bareksa, produk reksadana yang terlihat mendominasi return mingguan tertinggi pada pekan lalu cukup beragam.
Berikut top 10 reksadana yang berhasil mencatatkan kenaikan kinerja dengan imbal hasil (return) tertinggi pada pekan lalu.
Sumber: Bareksa
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat top 10 reksadana dengan imbal hasil tertinggi di Bareksa pada pekan lalu dikuasai oleh produk reksadana saham sebanyak 5 produk, kemudian disusul 4 produk reksadana campuran yang memang juga memiliki alokasi pada aset saham, dan 1 lainnya produk reksadana pendapatan tetap.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.