Bareksa.com - Sepanjang tahun berjalan ini, pasar saham bergerak volatil sehingga kinerja investasi berbasis saham seperti reksadana saham juga kurang melesat. Namun, masih ada harapan positif pemulihan ekonomi bisa mendorong pasar saham dan reksadana saham kembali menguat di akhir tahun.
Presiden Direktur Sucor Asset Management Jemmy Paul Wawointana menjelaskan sepanjang tahun berjalan ini (year to date/YTD), banyak manajer investasi yang kinerja produk reksadananya kalah atau underperform dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Alasannya, kinerja saham-saham berkapitalisasi besar dan berfundamental baik (blue chip) yang dipegang para fund manager masih bergerak mendatar.
"Banyak fund managers underperform karena blue chip yang lagging. Sekitar 80 persen MI underperform kecuali mereka pegang saham small cap dan tech," ujar Jemmy dalam acara Sucor Scoop yang diselenggarakan secara virtual, 10 Juni 2021.
Data Bursa Efek Indonesia yang dikompilasi Bareksa menunjukkan IHSG menguat 2,15 persen sepanjang tahun ini hingga 10 Juni 2021, dan indeks LQ54 yang berisikan blue chip turun 3,15 persen. Sementara itu, Indeks Reksadana Saham Bareksa dan Indeks Reksadana Saham Syariah Bareksa justru turun masing-masing minus 2,51 persen dan minus 5,35 persen.
Grafik Perbandingan IHSG, LQ45 dan Indeks Reksadana Saham dan Saham Syariah Bareksa
Sumber: Bursa Efek Indonesia, Bareksa
Menurut data yang dikompilasi dari Bursa Efek Indonesia, sepanjang tahun berjalan hingga 10 Juni 2021, saham penggerak IHSG lebih banyak dari sektor teknologi dan telekomunikasi, seperti saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) dan saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK). Hanya saham PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM) dan saham PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dari golongan blue chip yang masuk di top 10 leaders atau pendorong IHSG tahun ini.
Tabel Saham Pendorong (Leader) dan Penahan (Laggard) IHSG YTD
Sumber: Bursa Efek Indonesia
Sementara itu, saham blue chip lainnya seperti saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), saham PT Astra International Tbk (ASII) dan saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) justru jadi penahan (laggard) gerakan IHSG di secara YTD.
Berkaitan dengan strategi yang diusung oleh Sucor AM, Jemmy mengatakan saat ini masih memilih saham blue chip untuk jangka panjang karena alasan fundamentalnya yang baik. Namun, seiring dengan aliran dana ke sektor saham teknologi, Sucor AM juga akan ikut apalagi akan ada penawaran perdana (IPO) jumbo dari unicorn seperti Gojek-Tokopedia (GoTo).
"Menurut saya blue chip banyak yang murah tetapi karena rotation ke tech sector, banyak (MI) yang butuh cash untuk IPO itu. Maka, blue chip dijual sehingga tertekan demi positioning cash yang banyak untuk antisipasi IPO jumbo," jelasnya.
Untuk tahun ini, Sucor AM masih percaya IHSG akan kembali menguat dan saham blue chip juga bangkit dengan target optimis IHSG di 6.700. Ekspektasinya, reksadana saham yang dikelola Sucor AM akhir tahun bisa mengalahkan IHSG dan menguat 9-15 persen dari saat ini.
"Mudah-mudahan akhir tahun, kalau ekspektasi kami benar, fund kami bisa outperform," tegasnya.
Reksadana saham adalah reksadana yang mayoritas portofolionya adalah aset saham sehingga bisa berfluktuasi jangka pendek tetapi berpotensi memberi imbal hasil tinggi jangka panjang. Reksadana saham disarankan untuk investor agresif dengan tujuan jangka panjang di atas 5 tahun.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.