Bareksa.com - Ada kabar baik dari dua lembaga pemeringkat internasional yakni Rating and Investment Information Inc (R&I) dan Standard and Poor’s (S&P). Keduanya mempertahankan peringkat (rating) kredit Indonesia yakni tetap pada posisi BBB+ outlook stable oleh R&I serta, BBB outlook negative oleh S&P.
Kementerian Keuangan melalui Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan, Rahayu Puspasari menyampaikan pemberian afirmasi peringkat kredit Indonesia merupakan bentuk pengakuan stakeholder internasional atas stabilitas makroekonomi dan prospek ekonomi jangka pendek maupun jangka menengah Indonesia.
"Keputusan R&I dan S&P ini sekali lagi memberikan konfimasi bahwa langkah penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi di Indonesia berjalan on-track," kata Rahayu dalam keterangannya (23/4/2021)
Lalu, bagaimana dampak dipertahankannya peringkat atau rating utang Indonesia oleh R&I dan S&P pada industri reksadana nasional dan juga Surat Berharga Negara (SBN)?.
"Pengaruhnya ke reksadana secara tidak langsung, yaitu kinerja reksadana pendapatan tetap yang akan terpengaruh dari pergerakan pasar SBN," kata Pjs Head of Investment Avrist Asset Management, Ika Pratiwi Rahayu kepada Bareksa, Jumat malam (23/4/2021).
Ia melanjutkan meski berita mengenai peringkat kredit Indonesia tetap pada posisi BBB+ outlook stable oleh R&I, dan BBB outlook negative oleh S&P merupakan berita yang baik namun tidak serta merta menjadi sinyal bagus bagi pasar SBN.
"Secara historikal, bulan Mei merupakan bulan yang berkinerja buruk untuk SBN," ucapnya.
Menurut Ika kinerja buruk di bulan Mei disebabkan oleh tren outflow karena repatriasi dividen oleh perusahaan asing yang ada di Indonesia. Secara jangka pendek, faktor eksternal juga berpengaruh negatif untuk kinerja SBN.
Ia berpendapat penurunan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat dalam beberapa minggu terakhir hanya bersifat sementara. Kemudian, ke depan diperkirakan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat masih akan bergerak naik kembali karena pemulihan ekonomi Amerika Serikat yang diperkirakan sangat baik di kuartal kedua tahun ini.
Disamping itu, lebih lanjut ia menjelasakan, faktor internal yang mendukung kurang kondusifnya pasar obligasi pemerintah Indonesia.
"Supply obligasi dan sukuk pemerintah yang diperkirakan masih cukup tinggi namun tidak didukung dengan demand yang setara seperti terlihat dari demand lelang obligasi dan sukuk pemerintah yang terus mengalami penurunan di bawah target sehingga Bank Indonesia (BI) harus menyerap sisa pasokan melalui lelang greenshoe," paparnya.
Ia mengatakan ke depannya, jika terlihat hasil lelang yang sesuai target, itu bisa menjadi pertanda untuk berubah menjadi bullish pada SBN.
(Martina Priyanti/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.