Bareksa.com - Presiden Direktur Syailendra Capital Fajar R Hidayat memprediksi tahun ini pertumbuhan industri reksadana akan kembali mulai normal. Ia memperkirakan, pertumbuhan industri reksadana pada tahun ini akan berada di kisaran 5-10 persen.
"Jenis reksadana yang berpotensi tumbuh paling optimal adalah reksadana saham, kemudian reksadana indeks, reksadana pendapatan tetap, lalu reksadana pasar uang," kata Fajar dalam keterangannya Rabu (14/4/2021).
Menurut Fajar, positifnya kinerja reksadana tahun ini akan ditopang oleh membaiknya perekonomian. Program vaksinasi yang terus berjalan, sehingga diharapkan dapat menjinakkan pandemi. Sehingga ekonomi bisa meningkat. Salah satu indikator meningkatnya ekonomi adalah bursa saham.
"Kami melihat potensi upside Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih cukup besar. Syailendra memperkirakan pada akhir tahun IHSG akan berada di level 6.900,” ungkapnya.
Bahkan, Fajar menyebut IHSG pada level tertingginya bisa saja bergerak ke level 7.000 - 7.200. Ia memproyeksikan level ini justru akan terjadi pada kuartal III 2021. Sebelum akhirnya perlahan terkoreksi dan bergerak ke arah 6.900 pada akhir tahun.
Menurutnya, pada kuartal III 2021, pergerakan pasar saham juga akan mengalami perubahan. Sejauh ini pasar saham masih digerakan oleh sentimen maupun berita saja. Sehingga, ketika ada sentimen positif, maka pasar akan menguat, begitu pun sebaliknya.
"Namun, memasuki semester II 2021, pasar lebih akan didorong oleh fundamental saham-saham. Kinerja emiten sebenarnya sejauh ini belum bisa dinilai, karena laporan keuangan full year 2020 ataupun kuartal I 2021 masih sangat dipengaruhi pandemi dan masa transisi. Tapi, untuk laporan keuangan kuartal II 2021, baru terlihat hasil dari konsistensi strategi masing-masing perusahaan dalam menyiasati dampak pandemi,” Fajar menjelaskan.
Bergairahnya industri reksadana juga ditopang oleh lonjakan jumlah investor. Pandemi telah mendorong jumlah investor pasar modal naik signifikan tahun lalu. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Desember 2020 jumlah investor pasar modal mencapai 3,88 juta. Angka tersebut melonjak 56,45 persen dibandingkan 2019 yang sebanyak 2,48 juta.
"Yang menarik, sebanyak 54,8 persen adalah investor di bawah 30 tahun alias milenial. Padahal akibat pandemi, kinerja portofolio investasi banyak yang jeblok. OJK mewasapadai, peningkatan jumlah investor tersebut, apakah sudah melek informasi di pasar modal atau sekadar ikut-ikutan," ujarnya.
Fajar menyatakan fenomena tersebut juga harus menjadi perhatian pelaku pasar modal agar menjaga kondisi pasar modal tetap sehat. Nah, jika investasi saham dianggap terlalu berisiko, investor bisa mencoba masuk ke reksadana.
Menurut Fajar, Syailendra memiliki empat produk reksadana yang disiapkan, yakni reksadana pendapatan tetap, campuran dan reksadana indeks. Perseroan menyiapkan beberapa produk baru reksadana berbasis ritel tahun ini.
Produk ini dibentuk untuk menangkap peluang pertumbuhan investor ritel yang cukup pesat belakangan ini. Untuk reksadana indeks, perusahaan menyiapkan beberapa produk reksadana indeks.
Fajar menambahkan, saat ini pasar reksadana indeks masih punya ruang yang sangat besar untuk terus tumbuh. Fajar mengatakan, reksadana indeks menawarkan transparansi yang akan memudahkan investor.
Dengan berbagai produk reksadana baru yang sudah disiapkan ini, Fajar optimistis Syailendra bisa mencatatkan pertumbuhan dana kelolaan sebesar 5-10 persen dibandingkan tahun lalu.
Beberapa produk reksadana Syailendra di antaranya reksadana campuran Syailendra Balance Opportunity Fund berhasil mencetak imbal hasil 35,92 persen setahun terakhir. Kinerja itu jauh melampaui kinerja indeks reksadana campuran di Bareksa yang hanya naik 14,19 persen.
Sumber : Bareksa
Di sisi lain Syailendra juga terus memperluas channel distribusi terdiri dari direct channel yakni Syailendra Retail & Institutional Sales Representative.
Sementara pada semester II, pembelian secara online melalui aplikasi syailendra juga bisa dilakukan. Selain itu, ada juga indirect channel melalui bank, sekuritas, financial technology seperti Bareksa dan ecommerce seperti Tokopedia.
Syailendra Capital merupakan salah satu pemain besar di industri reksadana. Dari total dana kelolaan alias asset under management, Syailendra masuk 10 besar di industri reksadana.
Dana Kelolaan Syailendra
Sementara itu menurut Laporan Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report March 2021yang mengolah data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Syailendra berada posisi ke-8 dari 20 manajer investasi dengan dana kelolaan reksadana terbesar pada Maret.
Dana kelolaan reksadana Syailendra tercatat Rp23,88 triliun pada Maret 2021, tumbuh 16 persen secara year on year/YoY. Syailendra menguasai pangsa pasar industri reksadana nasional 4 persen.
Pada akhir tahun lalu, dana kelolaan Syailendra mencapai Rp23,43 triliun. Sementara per akhir Februari 2021, dana kelolaan Syailendra tumbuh 4,35 persen menjadi Rp24,45 triliun. Jumlah tersebut tidak termasuk reksadana penyertaan terbatas (RDPT) dan kontrak pengelolaan dana (KPD), yang merupakan urutan ke-9 di industri aset manajemen Indonesia.
"Jika termasuk semua jenis reksadana, maka total dana kelolaan Syailendra Rp26,14 triliun. Saat ini Syailendra menguasai 4,15 persen market share dari seluruh dana kelolaan industri manajer investasi," pungkas Fajar.
(Martina Priyanti/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.