Bareksa.com - Selain tetap membidik investor institusi, investor ritel juga menjadi incaran manajer investasi (MI) untuk mendongkrak kinerja industri reksadana maupun dana kelolaannya. Karena itu, sekalipun dana kelolaan industri reksadana pada bulan lalu turun, prospek industri reksadana nasional diyakini masih positif.
Laporan Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market – Monthly Report March 2021 menyebutkan dana kelolaan reksadana pada Maret 2021 turun 1,34 persen atau berkurang Rp7,4 triliun jadi Rp565,9 triliun, jika dibandingkan Desember 2020 atau sepanjang tahun berjalan (YtD).
Sumber : Laporan Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market – Monthly Report March 2021
Sepanjang kuartal I tahun ini kelolaan reksadana ini naik turun. Pada Feburuari 2021, kelolaan reksadana tercatat Rp571,7 triliun dan Januari Rp571,2 triliun. Dengan begitu, secara bulanan (MoM) kelolaan reksadana Maret turun 1 persen atau berkurang Rp5,8 triliun.
Presiden Direktur BNI Asset Management, Putut Endro Andanawarih mengatakan meski secara industri dana kelolaan sedikit tergerus, namun keinginan investor untuk berinvestasi di reksadana akan terus bertumbuh.
"Berdasarkan jumlah investor dan nominal investasi pada agen penjual reksadana di kelas aset saham justru meningkat dan angka ini juga akan berdampak kepada pertumbuhan pada reksadana kelas aset pendapatan tetap," kata Putut dilansir Bisnis.com (11/4/2021).
Ia menyampaikan BNI AM fokus memperluas kanal distribusi ke agen penjual efek reksadana (APERD) serta kepada institusi yang memiliki portofolio dan strategi investasi ke produk investasi sesuai dengan profil risiko dari masing-masing investor.
"Tentunya juga dengan berinovasi kepada produk baru maupun alternatif di pasar modal yang sesuai dengan kebutuhan investor," imbuhnya.
Investor Ritel
Putut mengatakan dari sisi investor, baik investor ritel maupun investor institusi menjadi prioritas perseroan saat ini karena keduanya memiliki karakteristik masing-masing. Menurutnya investor ritel termasuk ke dalam kategori sticky dan mempunyai horizon investasi jangka panjang yang tentunya dengan strategi investasi diversifikasi dan cost averaging akan membuat hasil investasinya lebih optimal.
"Pertumbuhan nasabah ritel yang cukup pesat membuat industri reksadana saat ini semakin menarik, mengingat jumlah nasabah ritel yang besar akan mencetak pertumbuhan dari sisi pendapatan dan AUM industri reksadana ke depannya," kata Putut.
Di sisi lain untuk nasabah institusi, ia melihat kebutuhan akan cash management baik untuk produk yang spesifik dengan target imbal hasil yang beragam tentunya diperlukan agar kebutuhan akan produk tersebut dapat terpenuhi.
(Martina Priyanti/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.