Avrist AM : Kuartal II 2021, Reksadana Pendapatan Tetap dan Saham akan Positif
Reksadana pendapatan tetap dinilai sangat menarik karena secara valuasi cukup murah didorong volatilitas imbal hasil US Treasury
Reksadana pendapatan tetap dinilai sangat menarik karena secara valuasi cukup murah didorong volatilitas imbal hasil US Treasury
rekBareksa.com - Pjs Head of Investment Avrist Asset Management, Ika Pratiwi Rahayu menyampaikan memasuki bulan April 2021 yang merupakan awal triwulan II, reksadana pendapatan tetap dan reksadana saham berpotensi tumbuh positif.
"Reksadana pendapatan tetap sangat menarik karena secara valuasi cukup murah akibat volatilitas yang disebabkan kenaikan imbal hasil US Treasury. Reksadana saham juga akan bisa kembali tumbuh seiring April – Mei merupakan periode rilis laporan keuangan tahun 2020 serta periode bagi dividen," jelas Ika kepada Bareksa, kemarin.
Menurut Ika, potensi pertumbuhan reksadana pasar uang pada triwulan kedua cukup terbatas. Sebab imbal hasil reksadana pasar uang tahun ini akan lebih rendah dibanding tahun lalu mengikuti suku bunga deposito perbankan yang terus menurun karena penurunan suku bunga Bank Indonesia 7 Day Reverse Repo Rate (BI 7DRR).
Promo Terbaru di Bareksa
Untuk diketahui, menutup perdagangan terakhir di kuartal I 2021, bursa saham Tanah Air mengalami turbulensi sangat parah hingga ditutup di bawah level psikologis 6.000. Pada perdagangan Rabu (31/3/2021), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 1,42 persen ke level 5.985,52.
Di sisi lain, investor juga terlihat berlomba-lomba melepas aset berisiko mereka yang tercermin dari masifnya aksi jual bersih (net foreign sell) senilai Rp1,03 triliun di pasar reguler.
Anjloknya IHSG disebabkan adanya kombinasi sentimen negatif yang terjadi secara berbarengan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Sentimen negatif dari dalam negeri muncul dari wacana pengurangan investasi saham dan reksadana oleh BPJS Ketenagakerjaan (BP Jamsostek).
Seperti diketahui BPJS merupakan salah satu investor institusi raksasa di bursa saham Tanah Air, sehingga apabila porsi investasi mereka dikurangi maka ada potensi capital outfow dari pasar modal dalam jumlah cukup besar.
Sementara dari luar, risiko capital outflow juga muncul akibat tekanan jual seiring dengan kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun ke posisi tertinggi selama 14 bulan yakni di atas level 1,7 persen.
Ambrolnya IHSG di hari perdagangan terakhir kuartal I 2021 membuat kinerja indeks saham kebanggaan Indonesia tersebut sepanjang tiga bulan pertama tahun ini hanya mencatatkan pertumbuhan 0,11 persen.
Seiring gejolak di pasar saham, mayoritas kinerja indeks reksadana membukukan kinerja negatif. Berdasarkan data Bareksa, tercatat 6 dari 8 indeks reksadana mencatatkan kinerja negatif.
Penurunan kinerja terdalam dicatatkan indeks reksadana saham syariah yang minus hingga 5,36 persen, kemudian disusul indeks reksadana saham negatif 4 persen, indeks reksadana pendapatan tetap berkurang 2,19 persen, indeks reksadana campuran tertekan 1,78 persen. indeks reksadana pendapatan tetap syariah melemah 1,39 persen dan indeks reksadana campuran syariah -1,06 persen.
Hanya ada dua indeks reksadana yang membukukan kinerja positif yakni indeks reksadana pasar uang meningkat 0,82 persen dan indeks reksadana pasar uang syariah yang naik 0,75 persen.
Sumber: Bareksa
Produk Avrist AM
Di sisi lain Ika menjelaskan mengenai produk reksadana terbitan Avrist AM yang direkomendasikan bagi investor pada saat ini adalah Reksadana Indeks Avrist Indeks IDX30 untuk reksadana saham dan Reksadana Avrist Bond Fund untuk reksadana pendapatan tetap.
"Avrist Indeks IDX30 adalah reksadana yang dikelola secara pasif dan kinerjanya mengacu kepada indeks saham IDX30," imbuhnya.
Ia menjelaskan per 26 Februari 2021, Avrist Indeks IDX30 secara YTD lebih baik dibandingkan IDX30 yaitu 0,41 persen vs 0,25 persen, dengan tracking error yang terjaga di level 1,19 persen sejak peluncuran.
"Dalam kondisi volatilitas yang tinggi di pasar obligasi saat ini dapat dipertimbangkan posisi konservatif, dengan cara investasi sementara pada pasar uang atau obligasi durasi pendek (obligasi pemerintah jangka pendek)," jelasnya.
Ika menyampaikan Avrist Bond Fund memiliki durasi yang rendah karena portofolio yang berisi obligasi pemerintah seri benchmark tenor 5 tahun.
(Martina Priyanti/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.