BeritaArrow iconReksa DanaArrow iconArtikel

Investasi di Reksadana Saham Saat Market Crash Maret 2020, Sekarang Jadi Berapa?

Abdul Malik30 Maret 2021
Tags:
Investasi di Reksadana Saham Saat Market Crash Maret 2020, Sekarang Jadi Berapa?
Ilustrasi perempuan investor yang gembira karena berhasil meraih keuntungan dari hasil investasinya di reksadana dan SBN. (Shutterstock)

Misalkan kita berinvestasi di reksadana Manulife Greater Indonesia Fund baik sekaligus ataupun berkala, maka hasilnya seperti dalam ulasan berikut ini

Bareksa.com - Akibat pandemi Covid-19, pasar saham nasional sempat terjun dalam dan mengalami market crash pada tahun lalu. Level terendah IHSG pada 2020 ialah pada 24 Maret di level 3.938.

Secara year to date (YtD) atau sepanjang tahun berjalan, IHSG anjlok hingga 37,5 persen secara year to date pada 24 Maret 2020 dari akhir 2019 ditutup di level 6.300.

Ambrolnya IHSG turut menyeret kinerja reksadana. Tercatat dari 8 indeks reksadana di Bareksa, 6 di antaranya mencatatkan kinerja negatif dan hanya 2 indeks reksadana yang membukukan kinerja positif pada 24 Maret tahun lalu. Indeks reksadana saham turun terdalam mencapai 35,74 persen YtD.

Promo Terbaru di Bareksa

Kini setelah setahun berlalu, IHSG telah melompat 58,79 persen setahun per 23 Maret 2021 di level 6.253. Seiring lompatan IHSG, indeks reksadana juga semuanya membukukan kinerja cemerlang. Lonjakan tertinggi dibukukan indeks reksadana saham dengan kenaikan 41,98 persen.

10 Reksadana Imbalan Tertinggi Setahun Terakhir

Seiring melesatnya IHSG dan indeks reksadana, mayoritas reksadana yang tersedia juga mencetak kinerja cemerlang setahun terakhir per 23 Maret 2021. Tercatat dari sebanyak 203 produk reksadana yang tersedia di aplikasi reksadana Bareksa, sebanyak 200 di antaranya membukukan kinerja positif.

Bahkan 10 produk di aplikasi reksadana Bareksa membukukan imbalan antara 69,1 persen hingga 127,3 persen. Top 10 reksadana imbalan tertinggi setahun terakhir, semuanya diisi oleh reksadana saham.

Top 10 Reksadana Imbalan Tertinggi 1 Tahun (per 23 Maret 2021)

Illustration

Sumber : Bareksa

Tiga besar reksadana imbalan tertinggi setahun terakhir di aplikasi reksadana Bareksa, diisi oleh produk kelolaan Manulife Aset Manajemen Indonesia yakni Manulife Greater Indonesia Fund dengan imbalan 127,3 persen, Manulife Saham SMC Plus 117,1 persen dan Manulife Saham Andalan 94,24 persen.

Berikutnya di peringkat empat ditempati reksadana BNP Paribas Solaris dengan imbalan 92,85 persen, Sucorinvest Sharia Equity Fund 90,97 persen, Shinhan Equity Growth 82,3 persen, Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS 75,74 persen, Sucorinvest Equity Fund 72,3 persen, Manulife Syariah Sektoral Amanah Kelas A 70,76 persen, serta Eastspring Investments Value Discovery Kelas A dengan imbalan 69,71 persen.

Simulasi Investasi Reksadana

Andaikan kita mulai berinvestasi di reksadana saham pada 24 Maret 2020, berapa imbalannya sekarang. Untuk mensimulasikannya, mari kita gunakan dua metode yakni dollar cost averaging (berkala) investasi Rp1 juta per bulan dan lump sum (sekaligus) Rp12 juta, yang kemudian kita gunakan tools Simulasi Investasi Reksadana yang tersedia di Bareksa.

Misalkan kita berinvestasi di reksadana Manulife Greater Indonesia Fund, yang secara rutin kita berinvestasi Rp1 juta per bulan sejak 24 Maret 2020. Maka hasilnya akan tampak seperti berikut ini :

Illustration
Illustration

Sumber : Bareksa

Dari hasil simulasi, jika berinvestasi secara berkala Rp1 juta per bulan di Manulife Greater Indonesia Fund sejak 24 Maret 2020, maka pada 23 Maret 2021 sudah tumbuh jadi Rp16,65 juta.

Dari nilai itu rinciannya Rp12 juta merupakan dana pokok investasi dan Rp4,65 juta merupakan imbal hasil investasinya atau mencapai 38,81 persen.

Sedangkan jika kita memiliki dana Rp12 juta pada 24 Maret 2020, kemudian langsung kita investasikan sekaligus di reksadana saham Manulife Greater Indonesia Fund, maka setahun lagi hasilnya akan jadi seperti berikut ini :

Illustration
Illustration

Sumber : Bareksa

Dari hasil simulasi, dana investasi kita yang semula hanya Rp12 juta telah bertumbuh mencapai Rp27,47 juta. Dengan rincian Rp12 juta merupakan dana pokok investasi, sedangkan Rp15,47 juta merupakan imbal hasil investasi atau 128,94 persen.

Dari hasil simulasi, metode lump sum tampak lebih menguntungkan ketimbang metode investasi secara berkala.

Meski begitu, harus dicatat, tidak ada seorangpun baik analis, pengamat bahkan pakar pasar modal yang mampu memprediksi secara akurat kapan tepatnya waktu pasar saham anjlok di level terendah (bottom) dan kapan di level tertinggi. Sehingga yang bisa kita lakukan adalah memprediksinya yang tentu saja tidak 100 persen akurat.

Mempertimbangkan hal tersebut, baik metode investasi reksadana secara berkala ataupun sekaligus, seyogyanya disesuaikan dengan kemampuan, kebutuhan dan tujuan investasi kita.

Selain itu, apapun instrumen investasi pilihan kita, harus selalu sesuaikan dengan profil risiko kita masing-masing ya!

***

​​Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

DISCLAIMER​
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,96

Up0,58%
Up4,31%
Up7,57%
Up8,73%
Up19,20%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.094,08

Up0,44%
Up4,48%
Up7,05%
Up7,51%
Up2,61%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,18

Up0,60%
Up3,97%
Up7,04%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,13

Up0,53%
Up3,89%
Up6,64%
Up7,38%
Up16,99%
Up40,43%

Insight Renewable Energy Fund

2.269,81

Up0,81%
Up3,87%
Up6,51%
Up7,19%
Up20,23%
Up35,64%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua