Ekonomi Fase Pemulihan, Begini Prediksi Imbalan Reksadana Saham di 2021
Pada 2021 IHSG diperkirakan bisa mencapai level 6.800, dibandingkan penutupan tahun 2020 di level 5.979
Pada 2021 IHSG diperkirakan bisa mencapai level 6.800, dibandingkan penutupan tahun 2020 di level 5.979
Bareksa.com - Pada 2021 ini, Indonesia tengah memasuki fase pemulihan ekonomi setelah sempat terpuruk akibat pandemi Covid-19. Momentum positif ini diprediksi akan berlanjut beberapa tahun ke depan serta akan terefleksikan juga ke pasar saham domestik.
Program vaksinisasi dan stimulus fiskal pemerintah dinilai akan memberikan dampak positif. Kebijakan itu antara lain mengenai UU Cipta Kerja yang dinilai akan sangat berarti bagi negara beberapa tahun ke depan. Selain potensi kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), bertambahnya investor ritel juga merupakan peluang bagi pertumbuhan pasar modal Tanah Air.
Bagi anda yang belum berani menghadapi volatilitas pasar saham, ada cara alternatif untuk tetap bisa merasakan potensi keuntungan pasar saham dengan menitipkan dana anda kepada manajer investasi dengan cara membeli produk reksadananya.
Promo Terbaru di Bareksa
Potensi IHSG dan Reksadana Saham
Untuk diketahui, reksadana saham adalah jenis reksadana yang menempatkan sebagian besar dananya (80 persen) ke dalam instrumen saham. Kita semua tahu bahwa saham adalah instrumen yang paling fluktuatif dan relatif sulit untuk diprediksi pergerakannya.
Adapun faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham juga bervariasi, mulai dari sentimen eksternal hingga kinerja perusahaan yang bersifat fundamental.
Sebagai contoh, dari ekternal, terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat direspons positif oleh pelaku pasar karena dinilai lebih “selow” dibandingkan pendahulunya yang acap kaliberseteru dengan mitra dagang.
Sebab sebagai ekonomi terbesar di dunia, ketika Amerika Serikat (AS) berkonflik, tentu dampaknyaakan terasa oleh negara lain seperti Indonesia yang menyebakan terjadinya aliran dana asing keluar dari pasar modal.
Dari sisi perpajakan, ada kemungkinan Biden menaikkan tarif pajak bagi korporasi dan perorangan kelas menengah atas. Dilihat dari sisi pasar modal, ketika tarif pajak naik, maka laba bersih emiten akanturun dan menyebabkan harga sahamnya secara valuasi terlihat menjadi mahal.
Hal ini diharapkan membuat investor luar negeri mencari negara lain dengan valuasi saham yang lebih murah di emerging market,termasuk Indonesia.
Faktor Internal
Dari internal, kenaikan kasus harian Covid-19 memang masih cukup mengkhawatirkan meskipun saat ini sudah mulai dijalankan program vaksinasi. Hal tersebut membuat Indonesia menerapkan PSBB yang lebih ketat per 11 Januari 2021.
Pembatasan waktu operasional selanjutnya akan berdampak pada kinerja perusahaan. Sebab dengan terbatasnya waktu usaha, maka pendapatan perusahaan berpotensi akan berkurang, karena tidak semua bisnis mampu melakukan kegiatan usahanya secara online.
Namun dibandingkan PSBB awal pada April – Mei tahun lalu, di mana sebagai contoh hanya supermarket yang diperkenankan untuk buka di pusat perbelanjaan, PSBB kali ini masih “lebih mending” karena semua toko diperbolehkan buka, hanya saja jam operasionalnya yang dibatasi sampai pukul 9 malam.
Kemudian suku bunga acuan yang saat ini di level 3,75 persen juga menjadi pemicu adanya perpindahan dana dari perbankan ke pasar modal. Sebab imbal hasil perbankan yang semakin kecil menyebabkan kebutuhan untuk mencapai target return tidak terpenuhi, sehingga investor mencari instrumen lain seperti saham.
Faktor internal lain yang menjadi game changer pada tahun 2021 adalah euforia Investor lokal. Pembukaan rekening saham pada tahun 2020 mencapai rekor dan masih terus berlanjut hingga 2021. Jika sebelumnya transaksi saham didominasi investor asing, saat ini transaksi saham sudah didominasi investor lokal dengan rasio 70 – 80 persen. Kondisi ini bisa menjadi penahan jika terjadi penurunan pada bursa saham akibat ditinggal oleh investor asing.
Berdasarkan beberapa kondisi di atas, untuk tahun 2021 IHSG diperkirakan bisa mencapai level 6.800. Dibandingkan penutupan tahun 2020 di level 5.979, maka diperkirakan reksadana saham bisa memberikan return sekitar 13 persen pada tahun ini.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.