Bareksa.com - Bursa saham Tanah Air mengalami tekanan pada pekan lalu yang hanya berjalan tiga hari mengingat pada Kamis dan Jumat perdagangan diliburkan saat peringatan hari natal. Alhasil, dalam perdagangan yang hanya berlangsung Senin hingga Rabu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 1,79 persen ke level 6.008,71.
Capaian tersebut menghentikan rally IHSG yang sudah berlangsung selama 11 pekan beruntun dengan apresiasi hampir 24 persen. Investor asing juga terpantau banyak keluar dari bursa saham pada pekan lalu dengan membukukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp3,65 triliun di seluruh pasar.
Menurut analisis Bareksa, penurunan yang dialami IHSG pada pekan lalu cukup wajar mengingat indeks acuan pasar saham Indonesia tersebut telah melesat tinggi sehingga memicu pelaku pasar merealisasikan keuntungan, terlebih akan ada libur panjang sehingga banyak investor yang juga cari aman.
Selain itu, pada pekan lalu sentimen negatif juga cukup mendominasi sehingga tekanan pada IHSG sulit dihindari. Dari Inggris, Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengumumkan temuan varian baru virus corona bernama VUI 202012/01 atau dalam klaster pohon filogenetiknya (pohon kekerabatan berdasarkan data genetik) disebut sebagai varian B.1.1.7.
Varian baru tersebut dikabarkan memiliki 70 persen peluang penularan lebih tinggi dibandingkan dengan strain awalnya. Akibatnya, banyak negara-negara yang menutup perbatasannya dengan negeri the three lion.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah mengidentifikasi virus ini di Denmark, Belanda, dan Australia.
Inggris sendiri sudah memperketat pembatasan sosial sejak Rabu pekan lalu. Ibu kota Inggris dan sejumlah kota kini dalam status “high alert” dan akan dikenakan status level tiga yang lebih ketat. Beberapa negara juga sudah melarang penerbangan dari Inggris akibat mutasi virus corona tersebut.
Kondisi pasar saham yang mengalami tekanan pada pekan lalu, turut berdampak negatif terhadap kinerja reksadana berbasis saham. Hal tersebut tercermin dari pelemahan indeks reksadana saham yang anjlok 2 persen sepanjang pekan lalu.
Pelemahan pasar saham jelas menjadi tekanan bagi reksadana saham mengingat jenis reksadana ini mengalokasikan minimal 80 persen dari dana kelolaannya ke dalam aset bersifat ekuitas tersebut.
Sumber: Bareksa
Selain itu, indeks reksadana campuran mencatatkan kinerja terendah kedua dengan penurunan 1,33 persen. Kondisi tersebut dikarenakan reksadana campuran di Indonesia mayoritas berjenis agresif (banyak penempatan di saham), sehingga anjloknya bursa saham tentu akan berdampak negatif terhadap jenis reksadana ini.
Kemudian di peringkat ketiga, indeks reksadana pendapatan tetap juga terlihat mengalami koreksi 0,27 persen. Hanya indeks reksadana pasar uang yang berhasi positif pada pekan lalu dengan kenaikan 0,04 persen.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.