Bareksa.com - Bursa saham Tanah Air mengalami pergerakan yang positif di perdagangan pekan kedua Desember 2020. Sepanjang periode 7–11 Desember 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat 1,98 persen ke level 5.938,32. Pada pekan lalu, IHSG bahkan sempat menyentuh level psikologis 6.000 meskipun masih malu-malu dan belum mampu ditutup di atas level tersebut.
Sentimen positif mengenai vaksin Covid-19 memang sedang membanjiri pasar modal baik dalam negeri maupun global. Mulai dari perkembangan vaksin Pfizer yang sudah disetujui di Inggris untuk penggunaan darurat dan mulai digunakan oleh masyarakat, hingga dari dalam negeri dimana vaksin Sinovac sudah tiba di Tanah Air.
Seperti diketahui, vaksin Covid-19 buatan Sinovac yang juga diuji klinis di dalam negeri dan dipesan Indonesia akhirnya mendarat di Tanah Air. Sebanyak 1,2 juta dosis vaksin yang diangkut menggunakan pesawat milik maskapai PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), pesawat jenis Boeing 777-300ER tersebut mendarat di Bandara Soekarno-Hatta pukul 21.25 WIB pada Ahad (6/12/2020).
Vaksin diangkut dengan menggunakan kontainer khusus bertuliskan ENVIROTAINER berkode RAP81179PC. Tampak beberapa petugas langsung menyemprot kontainer yang baru tiba tersebut. Envoritainer merupakan sebuah perusahaan global yang dikenal menyediakan penyimpanan dengan pengaturan suhu untuk produk farmasi termasuk obat-obatan dan vaksin.
Pengangkutan vaksin memang tidak bisa sembarangan. Vaksin harus disimpan dengan suhu tertentu agar tetap berkhasiat. Termasuk vaksin COVID-19 Sinovac yang harus disimpan dalam suhu tertentu agar saat disuntikkan ke masyarakat memberikan daya kebal terhadap virus Corona baru atau SARS-CoV-2.
Kehadiran vaksin Covid-19 di Tanah Air tersebut pun mendapat sambutan dari RI-1 Joko Widodo (Jokowi). 1,2 juta vaksin COVID-19 ini merupakan sebuah kabar baik bagi masyarakat Indonesia. Diharapkan, dengan adanya vaksin ini, upaya pemerintah dan masyarakat mengendalikan virus Corona bisa terwujud.
Di sisi lain, peguatan IHSG pekan lalu sebenarnya sempat dihantui kabar negatif dari dalam negeri di mana Pemerintah melalui Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, akhirnya memutuskan menaikkan tarif cukai rokok di 2021. “Kita akan menaikan cukai rokok 12,5 persen (rata-rata) di 2021,” kata Sri Mulyani, Kamis (10/12/2020).
Sontak saja para pelaku pasar merespons hal ini dengan melakukan aksi jual besar-besaran di saham-saham rokok seperti PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM).
Anjloknya saham-saham rokok ini berhasil menjadi pemicu merahnya IHSG pada perdagangan Kamis pekan lalu, mengingat kedua saham rokok ini tergolong berkapitalisasi pasar besar sehingga kontribusinya terhadap IHSG sangat terasa.
Kondisi pasar saham Indonesia yang masih mencatatkan kenaikan cukup tinggi pada pekan lalu, turut mendorong kinerja reksadana saham yang memang mengalokasikan sedikitnya 80 persen portofolionya ke dalam aset berupa ekuitas tersebut.
Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham berhasil menguat 2,16 persen, sementara indeks reksadana saham syariah melesat 3,34 persen.
Sumber: Bareksa
Berdasarkan reksadana yang tersedia di Bareksa, top 10 imbal hasil (return) pada pekan lalu didominasi oleh produk reksadana saham dengan 9 produk, sementara 1 lainnya merupakan produk reksadana campuran.
Top 10 Reksadana Return Tertinggi Pekan Kedua Desember 2020 (per 11 Desember 2020)
Sumber: Bareksa
Kenaikan yang dicatatkan 10 produk tersebut sepanjang pekan lalu juga cukup tinggi dengan kisaran 2,73 persen hingga 4,22 persen, jauh mengungguli IHSG yang hanya naik 1,98 persen dalam periode yang sama.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Reksadana saham adalah reksadana yang mayoritas aset dalam portofolionya adalah instrumen aset saham atau efek ekuitas. Reksadana jenis ini berisiko berfluktuasi dalam jangka pendek tetapi berpotensi tumbuh dalam jangka panjang.
Maka dari itu, reksadana saham yang agresif disarankan untuk investor dengan profil risiko tinggi dan untuk investasi jangka panjang (>5 tahun). Demi kenyamanan berinvestasi, pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko Anda.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.