IHSG Naik Tipis Tapi Reksadana Saham Melesat Pekan I Agustus, Ini 10 Produknya

Bareksa • 10 Aug 2020

an image
Karyawan pialang trader memantau grafik pergerakan harga saham melalui layar komputer laptop di Kantor Mandiri Sekuritas, Jakarta, Rabu (15/7/2020). Pada penutupan perdagangan Rabu (15/7), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,07 persen atau 3,324 poin ke level 5.075,798. ANTARA FOTO/Reno Esnir

10 besar reksadana return mingguan tertinggi pekan I Agustus 2020, 9 di antaranya dihuni oleh reksadana saham

Bareksa.com - Membuka pekan pertama di bulan Agustus tahun 2020, pasar saham Indonesia terlihat belum begitu bergairah. Dalam periode 3 – 7 Agustus 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya mampu mengakumulasi kenaikan 0,11 persen.

Namun jika dibandingkan dengan kinerja bursa saham di kawasan Asia, performa IHSG masih lebih baik dibandingkan dengan indeks utama saham bursa Hong Kong (Hang Seng Index), Thailand (SETi), Filipina (PSEi) dan juga Malaysia (KLCI).

Sepanjang pekan lalu juga investor asing terlihat keluar dari pasar saham Tanah Air yang tercermin dari aksi jual bersih (net sell) Rp3,3 triliun (keseluruhan pasar).

Pada pekan pertama Agustus ini, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data yang sangat dinantikan pelaku pasar yakni pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk kuartal kedua tahun 2020 pada Rabu (5/7/2020). Hasilnya jauh lebih mengecewakan dari yang diperkirakan.

Sepanjang periode April-Juni 2020, output perekonomian domestik mengalami kontraksi 4,19 persen secara kuartalan (QoQ) dan minus 5,32 persen secara tahunan (YoY). Angka tersebut jauh lebih rendah dari konsensus yang memproyeksikan PDB Indonesia -2,83 persen QoQ dan -4,53 persen YoY.


Sumber : BPS

Konsumsi domestik yang anjlok signifikan menjadi pemicu utama kontraksi perekonomian dalam negeri. Di sisi lain pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) yang terus merebak dan bahkan cenderung meningkat membuat prospek ekonomi menjadi penuh ketidakpastian.

Dengan catatan ekonomi yang -5,32 persen YoY di kuartal kedua, artinya gerbang resesi sudah terbuka, dan Indonesia bisa saja terkena ancaman tersebut di kuartal III 2020.

Sebagai informasi, suatu negara dikatakan mengalami resesi ketika PDB tumbuh negatif selama dua kuartal beruntun secara YoY, sementara jika negatif dua kuartal beruntun secara QoQ, maka baru disebut sebagai resesi teknikal.

Menurut Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani mengatakan bahwa sektor-sektor penopang perekonomian yang pada kuartal II ini ikut terkontraksi dalam akan sulit pulih dengan mudah. Karena itu, jika upaya pemerintah tidak maksimal maka Indonesia bisa masuk ke jurang resesi.

Reksadana Saham Dominasi Imbal Hasil Mingguan

Di sisi lain, kondisi IHSG yang cenderung melemah sepanjang pekan lalu nyatanya secara umum tidak terlalu berdampak negati terhadap kinerja reksadana yang berbasiskan saham dalam portofolionya.


Sumber: Bareksa

Hal itu terlihat dari pergerakan indeks reksadana saham dan indeks reksadana saham syariah yang masing-masing masih mampu mencatatkan penguatan 2.77 persen dan 2,1 persen.

Berdasarkan data reksadana yang dijual di Bareksa, dari 10 besar reksadana dengan imbal hasil (return) mingguan tertinggi pada pekan I Agustus 2020, 9 di antaranya dihuni oleh produk reksadana saham, kemudian 1 produk lainnya merupakan reksadana campuran.


Sumber: Bareksa

Produk-produk tersebut bahkan mencatatkan return yang terbilang cukup tinggi yakni berkisar 1,38 persen hingga 3,09 persen. Posisi pertama hingga kelima di antaranya ditempati BNP Paribas Solaris dengan imbal hasil 3,09 persen, TRIM Syariah Saham (2,5 persen), TRIM Syariah Berimbang (2,33 Persen), Manulife Greater Indonesia Fund (2,22 persen) dan Manulife Saham Andalan (2,05 persen).

Peringkat keenam hingga ke-10 yakni Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS dengan imbal hasil 1,95 persen, Bahan Icon Syariah (1,67 persen), Eastspring Investments Value Discovery Kelas A (1,5 persen), Manulife Syariah Sektoral Amanah Kelas A (1,4 persen) dan Manulife Saham SMC Plus (1,38 persen).

Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut, nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Sebagaimana dikutip dari Bursa Efek Indonesia (BEI), reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu, reksadana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.

Reksadana memberikan imbal hasil (return) dari pertumbuhan nilai aset-aset yang ada di dalam portofolionya. Imbal hasil ini potensinya lebih tinggi dibandingkan dengan deposito atau tabungan bank.

Jenis reksadana yang dipilih, bisa disesuaikan dengan karakter kita apakah seorang high-risk taker, medium-risk taker, atau low-risk taker. Jika kurang berani untuk mengambil risiko rugi, bisa memilih reksadana pasar uang.

Sementara jika cukup berani tapi masih jaga-jaga untuk tidak terlalu rugi, bisa coba fixed income (reksadana pendapatan tetap) atau balanced (reksadana campuran). Jika cukup berani ambil risiko, bisa berinvestasi di reksadana saham (equity).

Perlu diketahui soal reksadana, selain aman karena diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), reksadana juga berpotensi memberikan imbal hasil optimal, bukan objek pajak, serta sangat berpeluang bisa mengalahkan angka inflasi.

Demi kenyamanan berinvestasi pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko kamu ya.

Simak ulasan tips untuk memaksimalkan keuntungan berinvestasi di reksadana : Tips Menabung di Reksadana Agar Tujuan Investasi Dapat Tercapai

(KA01/AM)

***

Ingin berinvestasi yang aman di reksadana dan diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.