Dukung Ekonomi Bangkit, Bahana TCW Kelola Reksadana Dana Abadi Makara Prima
Pemerintah tengah mempercepat realisasi anggaran belanja pemerintah dengan total anggaran Rp607,65 triliun
Pemerintah tengah mempercepat realisasi anggaran belanja pemerintah dengan total anggaran Rp607,65 triliun
Bareksa.com - Presiden Direktur Bahana TCW Investment Management, Edward Lubis, menegaskan Bahana TCW memiliki peran untuk membangun negeri, selain sebagai perusahaan aset management. Salah satunya dengan mengelola reksadana berjenis endowment fund (dana abadi), yakni Bahana Pendapatan Tetap Makara Prima. yang merupakan endowment fund yang bergerak untuk memberikan bantuan dana pendidikan bagi generasi penerus bangsa yang kurang mampu.
“Sebagai anak usaha badan usaha milik negara (BUMN), kami berusaha untuk menjadi perusahaan aset manajemen terpercaya dan juga membangun bangsa Indonesia. Kami bangga produk reksadana Makara Prima telah menjadi pilihan para investor untuk membantu generasi muda yang menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia ke depan,” ungkap Edward Lubis.
Sejak diluncurkan pada 2004, Bahana Makara Prima fokus pada alokasi aset obligasi pemerintah (mayoritas). Per 5 Agustus, Makara Prima telah memberikan return 7,54 persen yoy di atas suku bunga deposito perbankan dengan total dana kelolaan (AUM) Rp152,4 miliar.
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber : Bareksa
Tujuan investasi dari reksadana ini untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil dan optimal melalui investasi pada efek bersifat utang, yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia dan korporasi yang berdomisili di Indonesia, dan investasi pada efek bersifat ekuitas yang dicatatkan di Bursa Efek di Indonesia. Serta berinvestasi di efek bersifat utang yang dicatatkan di Bursa Efek luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dengan tujuan untuk menambah tingkat pengembalian dan peragaman (diversifikasi) portofolio.
Kebijakan investasi Makara Prima minimum 80 persen dan maksimum 100 persen pada efek bersifat utang, minimum 0 persen dan maksimum 20 persen pada setara kas dan atau instrumen pasar uang, serta minimum 0 persen dan maksimum 20 persen pada efek bersifat ekuitas.
Portofolio investasi Makara Prima berdasarkan fund fact sheet Juni 2020 di antaranya Obligasi Negara Republik Indonesia Seri FR0035, Obligasi Negara Republik Indonesia Seri FR0068, Obligasi Negara Republik Indonesia Seri FR0078, Obligasi Negara Republik Indonesia Seri FR0079, Obligasi Negara Republik Indonesia Seri FR0080 dan Obligasi Negara Republik Indonesia Seri FR0082.
Makara Prima - Investor Gathering
Bahana TCW, anggota Holding Perasuransian dan Penjaminan bersama dengan Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (ILUNI FEB UI) menggelar acara Makara Prima - Investor Gathering dengan tema “Survival & Revival of The Nation” secara virtual pada Kamis (6/8). Selain menjadi ajang pertemuan dan diskusi rutin para alumni FEB UI, acara kali ini membahas mengenai program pemerintah dan realisasi dalam pemulihan ekonomi akibat dampak krisis pandemi COVID-19 dan juga proyeksi pasar ke depan.
Acara ini mengundang , Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti, Komisaris Utama PT Trimegah Sekuritas Rizal Bambang Prasetijo, dan Kepala Makro Ekonomi dan Direktur Strategi Investasi Bahana TCW Budi Hikmat.
Dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Wakil Menteri Keuangan Suahasil mengungkapkan pemerintah tengah mempercepat realisasi anggaran belanja pemerintah dengan total anggaran Rp607,65 triliun. “Sekarang kita mengejar pencairan pemerintah untuk mewujudkan belanja pemerintah sekitar Rp2.700-an triliun. Kita meneliti bagian mana yang sudah memiliki anggaran, mana yang belum,” ungkap Suahasil.
Salah satu tantangan terbesar pemerintah dalam pencairan anggaran tersebut adalah dilema antara kecepatan pencairan dan penerapan tata kelola yang baik dan tepat. Karena itu, Suahasil mengatakan, pemerintah terus memproses secara detail dan mencari penyebab permasalahan, baik dalam dokumentasi anggaran, realisasi, atau desain kebijakan agar penyaluran anggaran bisa dilakukan secara cepat dan akurat.
Untuk itu, pemerintah terus mendorong lembaga dan kementerian untuk merealisasikan belanja negara. Salah satunya, mendorong kementerian PUPR untuk program infrastruktur yang padat karya dan dapat dijalankan secara bertahap (multi years) untuk membuat fleksibilitas dalam penggunaan anggaran.
Saat ini, realisasi penanganan COVID-19 dan program PEN pada perlindungan sosial telah mencapai 41,93 persen dari target Rp203,9 triliun dan kesehatan baru mencapai 7,83 persen dari target anggaran Rp87,55 triliun, dan sektoral dan PEMDA 7,9 persen yang sebesar Rp106,11 triliun.
Di sektor riil, pemerintah juga telah meluncurkan penjaminan kredit baik di sektor UMKM dan korporasi, guna mendorong penciptaan lapangan kerja dan produksi. Terkait peran Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas moneter dan bersama-sama menanggung beban (burden sharing), Destry Damayanti mengatakan, BI dan Kemenkeu pada akhirnya memiliki prosedur yang sudah sesuai untuk skema burden sharing.
“Prinsip utama yang diambil adalah mengikuti mekanisme pasar, tradeable dan terukur. BI fokus menjaga stabilitas di moneter terkait inflasi dan rupiah,” ungkap Destry.
Menanggapi pertumbuhan jumlah uang beredar (M1) pada Juni yang masih 8,2 persen yoy, Destry mengungkapkan salah satu penyebabnya karena sisi supply dan demand yang lemah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah dana pihak ketiga (DPK) pada Juni yang tumbuh 7,95 persen yoy dan kredit hanya tumbuh 1,49 persen.
Terkait proyeksi rupiah, Destry optimistis masih ada ruang penguatan hingga akhir tahun, dipicu dari sisi impor yang melemah dan sisi supply atau inflow dana asing yang masih terus masuk pada pasar obligasi.
Di Balik Capital Outflow Pasar Finansial
Meskipun sempat terjadi capital outflow di pasar finansial Indonesia, baik pasar obligasi dan saham pada Maret-April lalu, Rizal Bambang Prasetijo percaya bahwa investor asing masih tetap cinta terhadap Indonesia.
Hal ini terlihat dari data yang dikompilasi di 3 kelas aset yakni global bond, local currency bond dan pasar saham, di mana global investor masih ‘overweight’ terhadap Indonesia.
Menurut Rizal, capital outflow yang terjadi saat ini cenderung akibat permintaan pencairan ‘redeem’ portofolio para klien dari fund manager global. Namun, ia melihat investor asing masih optimistis terhadap pemulihan ekonomi Indonesia. Selain itu, investor asing cenderung mengurangi risiko ketimbang mengejar return yang paling tinggi, sehingga cenderung berinvestasi pada global government bond.
Selama ada kelebihan likuditas yang terjadi di global, Rizal optimistis momen terburuk di pasar finansial sudah terlewati.
“Sepanjang kelebihan likuiditas global masih ada, momen terburuk sudah lewat. Market menanti ekspektasi pertumbuhan di 2021 dan 2022, apakah kita memiliki proyeksi yang jelas atau tidak. Karena itu, saat ini investasi di obligasi masih lebih kuat dibandingkan saham,” ungkap Rizal.
***
Ingin berinvestasi yang aman di reksadana dan diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.