Bareksa.com - Reksa Dana Indeks Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund (SMSCI) berhasil membukukan imbal hasil 14,92 persen sebulan (per 23 Juni 2020). Reksadana ini berada di posisi dua dalam daftar reksadana return tertinggi sebulan terakhir di Bareksa dan tertinggi sebulan dibandingkan reksadana indeks lainnya yang tersedia di Bareksa. Reksadana indeks kelolaan PT Syailendra Capital itu juga berhasil mencetak return 22,96 persen dalam 3 bulan terakhir.
Kinerja Reksa Dana Indeks Syailendra MSCI Indonesia (per 23 Juni 2020)
Sumber : Bareksa
Reksadana indeks Syailendra MSCI atau biasa disingkat SMSCI yang diluncurkan pada Juni 2018 lalu ini, memang menunjukkan tren kinerja meningkat dalam beberapa bulan terakhir seiring dengan kinerja Indeks MSCI Indonesia. Per Mei 2020, SMSCI mengelola dana investor Rp582,6 miliar dan bisa dibeli Bareksa dengan minimum pembelian awal dan penjualan kembali hanya Rp50.000.
Sumber : Bareksa
Reksa Dana Indeks Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund bertujuan untuk memberikan hasil investasi yang optimum melalui investasi pada Efek bersifat ekuitas yang diterbitkan oleh korporasi yang ditawarkan melalui penawaran umum dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia yang berasal dari kumpulan efek yang terdaftar dalam MSCI Value Index serta dapat berinvestasi pada instrumen pasar uang dalam negeri dan/atau deposito, sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku di Indonesia.
Kebijakan investasi reksadana ini minimum 80 persen dan maksimum 100 persen pada efek bersifat ekuitas, kemudian minimum 0 persen dan maksimum 20 persen pada instrumen pasar uang.
Portofolio investasinya berdasarkan fund fact sheet Mei 2020 di antaranya saham Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Astra International Tbk, Bank Mandiri (Persero) Tbk, Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dan Unilever Indonesia Tbk.
Bagaimana kinerja reksadana indeks ini dibandingkan indeks acuan (benchmark) nya?
Fund fact sheet Mei 2020 menyebutkan tren kinerja reksadana indeks ini menyerupai tren kinerja indeks MSCI. Pada Januari 2020, Indeks MSCI dan Reksa Dana Indeks Syailendra MSCI sama-sama mencatatkan kinerja negatif 4,3 persen.
Kemudian pada Februari 2020, indeks MSCI mencatatkan return negatif 8,72 persen dan SMSCI minus 7,27 persen, pada Maret indeks MSCI -26,65 persen dan SMSCI -26,02 persen, pada April indeks MSCI -1,88 persen dan SMSCI -2 persen, serta pada Mei indeks MSCI positif 6,1 persen dan SMSCI 5,75 persen.
Sumber : fund fact sheet SMSCI Mei 2020
Strategi investasi reksadana ini didasarkan pada alokasi efek dari indeks acuan dengan pertimbangan likuiditas. Reksadana ini juga mempunyai kemampuan untuk mengambil posisi taktis terhadap benchmark dengan tujuan untuk mendapatkan harga terbaik atas saham-saham dalam portofolionya.
Reksadana indeks merupakan jenis reksadana yang pergerakannya meniru indeks tertentu. Indeks yang ditiru merupakan indeks yang berasal pasar saham maupun obligasi. Untuk pasar saham, biasanya indeks yang ditiru adalah indeks sektoral, indeks LQ45, indeks IDX30, indeks JII, dan indeks lainnya. Karena meniru pergerakan suatu indeks, maka komposisi portofolio dari reksadana indeks tergantung dari daftar efek yang masuk ke dalam indeks tersebut.
Proses peniruan indeks pada reksadana indeks umumnya dikategorikan menjadi dua, yaitu metode replikasi sempurna dan metode sampling. Pada metode replikasi sempurna, isi dan pembobotan portofolio akan sama persis seperti indeks yang dijadikan acuan reksadana tersebut. Tujuan utama dari reksadana indeks adalah membuat portofolio reksadana yang memberikan return yang hampir sama dengan indeks acuannya.
Jadi, bagus tidaknya reksadana indeks bukan diukur dari besar kecilnya return yang dihasilkan namun seberapa besar selisih return yang dihasilkan dengan return indeks acuannya.
***
Ingin berinvestasi yang aman di reksadana dan diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.