BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

IHSG Naik 6,8% Sebulan, Apa Saja Faktor Penggerak Reksadana Indeks Saham?

23 Juni 2020
Tags:
IHSG Naik 6,8% Sebulan, Apa Saja Faktor Penggerak Reksadana Indeks Saham?
Wartawan menunjukkan laman pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Jumat (5/6/2020). IHSG ditutup menguat 31, 078 poin atau 0,63 persen ke posisi 4.947, 78. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Di Bareksa, sebulan terakhir reksadana indeks saham mencatat imbal hasil (return) hingga 18,91 persen

Bareksa.com - Sebulan terakhir, pasar modal Indonesia terpantau menguat seiring dengan sejumlah faktor pendorong, baik dari global maupun dalam negeri. Hal ini turut membuat investasi berbasis saham, termasuk investasi reksadana juga menguat.

Dalam sebulan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi acuan pasar modal Tanah Air, telah menguat 6,82 persen dan ditutup di level 4.942,27 pada Jumat 19 Juni 2020. IHSG sempat menyentuh area 5.000 pada penutupan 8 Juni 2020.

Indeks LQ45, yang berisikan saham-saham likuid serta berkinerja fundamental baik, naik lebih tinggi daripada IHSG dengan penguatan sebesar 11,33 persen dalam sebulan terakhir.

Promo Terbaru di Bareksa

Sementara itu, Indeks Reksa Dana Saham Bareksa mencatat peningkatan 6,62 persen dalam sebulan hingga 19 Juni 2020.

Grafik Perbandingan IHSG, LQ45 dan Indeks Reksa Dana Saham Bareksa

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Research Analyst Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta menjelaskan ada berbagai faktor atau sentimen yang menggerakkan pasar modal Indonesia. Setidaknya ada tiga sentimen yang datang dari dalam negeri dan tiga sentimen dari luar negeri atau global.

"Faktor pertama adalah pembukaan kembali ekonomi atau reopening. Langkah ini diharapkan bisa mendorong aktivitas ekonomi dan menarik kembali kepercayaan pelaku pasar kepada pemerintah," ujar Nafan dalam wawancara video bersama Bareksa.

Kedua, Nafan menjelaskan, pemerintah juga telah menganggarkan stimulus sebesar Rp677 triliun untuk penanganan Covid-19 sekaligus mendorong aktivitas ekonomi. Bank Indonesia juga telah menggelontorkan stimulus berupa quantitative easing (pelonggaran likuiditas) untuk perbankan senilai Rp583 triliun.

Stimulus yang diberikan pemerintah tersebut menambah kepercayaan investor, sehingga mereka kembali masuk ke pasar modal, termasuk investor asing.

Sentimen pendorong pasar ketiga dari dalam negeri adalah kinerja keuangan perusahaan (emiten) yang diperkirakan masih memberikan laba sepanjang kuartal kedua ini. Selain itu, para emiten juga telah mengambil langkah pembelian saham yang beredar di pasar (buyback) demi menjaga harga saham mereka.

Sementara itu, sentimen penggerak pasar saham dari luar negeri adalah pertama pembukaan kembali kota-kota setelah penguncian (lockdown) di wilayah Eropa dan Amerika Serikat. "Hal ini mendorong optimisme bahwa ekonomi akan kembali berjalan setelah Covid-19," jelas Nafan.

Kedua, stimulus bank sentral AS The Fed yang mencapai US$3 triliun pada Maret dan akan diperluas kembali sebesar US$3 triliun. Bank sentral Eropa (ECB) juga diberitakan akan memberikan stimulus terbesar dalam sejarah, mencapai EUR1,35 triliun untuk menggenjot ekonomi pasca resesi akibat Covid-19.

Ketiga, seiring dengan pembukaan kembali setelah lockdown di Amerika Serikat, tingkat pengangguran berkurang. Lapangan kerja (nonfarm payroll) di AS juga meningkat 2,5 pada Mei yang merupakan berita positif bagi pasar.

Untuk ke depannya, Nafan memandang masih terbuka peluang bagi pasar saham untuk kembali naik seiring dengan perkembangan terkait vaksin dan obat-obatan untuk Covid-19 serta komitmen pemerintah untuk mengatasi dampak dari pandemi ini.

Dalam jangka pendek, IHSG memiliki peluang untuk naik dan menguji level 5.000-5.400, atau peningkatan hingga 9,8 persen dari penutupan 4.918 pada hari ini (22/6/2020). "Fase uptrend terbuka lebar. Secara teknikal IHSG bisa naik ke level resistance 5.000-5.400," kata Nafan.

Sebagai informasi, investor yang sudah ahli dan memiliki banyak waktu untuk memantau portofolionya bisa langsung investasi saham. Akan tetapi, investor yang memiliki waktu terbatas dan modal yang terbatas bisa memanfaatkan potensi investasi saham, dengan cara membeli reksadana indeks yang mengacu pada indeks saham.

Adapun reksadana indeks adalah reksadana saham yang meniru portofolio indeks acuannya. Misal, reksadana indeks ada yang mengacu pada LQ45, maka isi portofolio reksadana tersebut sama dengan saham-saham dalam LQ45.

Berdasarkan data marketplace Bareksa, dalam sebulan terakhir reksadana indeks saham mencatat imbal hasil (return) 13,97-18,91 persen hingga 19 Juni 2020. Enam reksadana yang tersedia di Bareksa tersebut mengalahkan rata-rata reksadana saham (Indeks Reksa Dana Saham), IHSG dan LQ45 dalam sebulan terakhir.

Tabel Return Reksadana Indeks Bareksa (per 19 Juni 2020)

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Perlu diingat, seperti halnya investasi saham atau reksadana saham, investasi reksadana indeks saham memiliki risiko pergerakan pasar yang cepat. Sehingga, investasi reksadana indeks saham disarankan untuk investor dengan profil risiko agresif yang bisa menerima risiko tinggi (risk taker) serta untuk investasi jangka panjang (di atas lima tahun).

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua