Berita Hari Ini : Target Pertumbuhan Ekonomi 1 Persen, Sukuk Global RI Laris
Taspen-BTN akuisisi jiwasraya, MI kembalikan kepercayaan reksadana, harga emas Antam turun
Taspen-BTN akuisisi jiwasraya, MI kembalikan kepercayaan reksadana, harga emas Antam turun
Bareksa.com - Berikut adalah perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 19 Juni 2020 :
Perrtumbuhan Ekonomi
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengubah lagi target pertumbuhan ekonomi Indonesia dari kisaran minus 0,4 persen sampai 2,3 persen menjadi 0,4 persen sampai 1 persen pada tahun ini. Revisi target utamanya karena memperhitungkan kemungkinan kontraksi ekonomi pada kuartal II 2020.
Promo Terbaru di Bareksa
"Proyeksi ekonomi untuk batas atas kami turunkan dari 2,3 persen menjadi 1 persen. Revisi agak turun karena kami melihat kontraksi cukup dalam di kuartal kedua," ungkap Ani, sapaan akrabnya, saat rapat dengan Badan Anggaran DPR, Kamis (18/6) dilansir CNN Indonesia.
Sebelumnya, bendahara negara memperkirakan laju ekonomi pada kuartal II 2020 akan jatuh di bawah realisasi kuartal I 2020 sebesar 2,97 persen. Proyeksinya, perekonomian anjlok ke minus 3,1 persen pada kuartal II 2020. Hal ini tak lepas dari dampak penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah di Indonesia. Kebijakan itu membuat aktivitas ekonomi masyarakat terhambat.
Alhasil, sambungnya, laju perekonomian secara keseluruhan tahun akan lebih rendah lagi pada tahun ini dari biasanya bisa mencapai 5 persen. Namun, perkembangan kondisi ekonomi yang terus berjalan masih membuka ruang yang tidak pasti pada proyeksi ekonomi tahun ini. "Tapi ini semua tergantung kemampuan kita untuk memulihkan ekonomi di kuartal III dan IV 2020 atau di semester II 2020," katanya.
Selain dari dalam negeri, mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu juga mengatakan revisi ini turut memperhitungkan ramalan dari berbagai lembaga ekonomi internasional. Seluruhnya menurunkan lagi proyeksi laju ekonomi Indonesia pada tahun ini. Berdasarkan proyeksi terbaru per Juni 2020, Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia akan mencapai 0 persen pada tahun ini. Lalu, OECD meramalkan ekonomi Indonesia akan jatuh ke kisaran minus 2,8 persen sampai minus 3,9 persen.
Kemudian, ADB memperkirakan pertumbuhan Indonesia akan anjlok sampai minus 1 persen. Sedangkan riset Bloomberg memproyeksi perekonomian nasional cuma bisa tumbuh 0,5 persen. "Maka perlu respons kebijakan untuk mendorong pemulihan agar kuartal III dan kuartal IV kembali tumbuh positif dan sepanjang 2020 dapat terjaga di zona pertumbuhan positif," pungkasnya.
Sebelumnya, BI juga menurunkan target pertumbuhan ekonomi Tanah Air dari semula di bawah 2,3 persen menjadi 0,9 persen sampai 1,9 persen pada tahun ini. Penurunan proyeksi utamanya juga mempertimbangkan rendahnya laju ekonomi pada kuartal II 2020.
Sukuk Global
Surat utang milik Pemerintah Indonesia kembali laris manis. Kali ini giliran surat utang syariah pemerintah alias Sukuk Negara. Di tengah kondisi pasar yang masih sangat volatil, Sukuk Global Pemerintah Republik Indonesia kebanjiran permintaan hingga oversubcribed (kelebihan) hampir 6,7 kali dibandingkan dengan target emisi.
Total pemesanan yang masuk atau orderbook mencapai US$16,66 miliar atau setara Rp233 triliun, sementara target pemerintah sebesar US$2,5 miliar atau setara dengan Rp35 triliun (kurs Rp14.000). Berdasarkan siaran pers Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Sukuk Global ini berdenominasi dolar AS dalam format - 144A /Reg S Trust Certificate.
Dilansir CNBC Indonesia, sukuk dengan akad wakalah ini dibagi dalam 3 seri yakni dengan tenor 5 tahun US$750 juta, 10 tahun US$1 miliar, dan tenor 30 tahun US$750 juta. Setiap seri telah diberikan peringkat Baa2 oleh Moody's Investor Service, BBB oleh S&P Global Ratings Services dan BBB oleh Fitch Ratings.
Sukuk Global ini diterbitkan melalui Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia III, sebuah badan hukum yang dibentuk oleh Pemerintah Republik Indonesia khusus untuk melakukan penerbitan SBSN. Penerbitan Sukuk Global kali ini akan dicatatkan di Singapore Stock Exchange dan NASDAQ Dubai (dual listing) serta akan dilaksanakan setelmen pada tanggal 23 Juni 2020, dengan imbal hasil (yield) sebesar 2,3 persen untuk tenor 5 tahun, 2,8 persen untuk tenor 10 tahun dan 3,8 persen untuk tenor 30 tahun.
Pemerintah kembali melanjutkan komitmen dalam pembiayaan berkelanjutan dengan mendedikasikan tenor 5 tahun sebagai Green Sukuk yang menunjukkan komitmen, leadership serta kontribusi pemerintah di komunitas global terkait pembiayaan perubahan iklim. Green Sukuk kali ini merupakan penerbitan Green Sukuk yang ketiga kalinya di pasar global, di samping penerbitan Green Sukuk Ritel di akhir tahun 2019.
Transaksi ini dilaksanakan sejalan dengan rencana pembiayaan pemerintah tahun 2020 termasuk untuk mengakomodir kebutuhan APBN dalam penanganan dampak pandemi Covid-19 sekaligus untuk memperkokoh posisi Indonesia di pasar keuangan syariah global dan mendukung pengembangan keuangan syariah di Kawasan Asia. Beberapa capaian penting dari penerbitan ini antara lain sukuk ini adalah pencapaian kupon terendah untuk tenor 5 dan 10 tahun untuk Sukuk Global.
Selain itu, ini merupakan penerbitan Sukuk Global Indonesia pertama untuk tenor 30 tahun dengan kupon terendah dalam penerbitan Sukuk di pasar keuangan global dan penerbitan Sukuk Global tenor 30 tahun terbesar di Asia serta oversubscribe sebesar 6,7 kali. "Dengan besarnya orderbook, pemerintah dapat menekan harga sampai 70 bps [basis poin] dari harga penawaran awal (initial price guidance) dan di bawah indikatif fair value," tulis Kemenkeu.
BNP Paribas, Dubai Islamic Bank, HSBC, Maybank dan Standard Chartered dipercaya sebagai Joint Lead Manager dan Joint Bookrunners. BNP Paribas dan HSBC bertindak sebagai Joint Green Structuring Advisor. PT Danareksa Sekuritas dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk bertindak sebagai Co-Manager untuk transaksi ini.
Asuransi Jiwasraya
Penyelesaian silang sengkarut keuangan di tubuh PT Asuransi Jiwasraya memasuki babak baru. Kemarin, PT Taspen Life, anak usaha PT Taspen, dan Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk mengumumkan telah mengakuisisi PT Jiwasraya Putra. Dilansir Kontan (19/6/2020), melalui akuisisi itu, Taspen Life memiliki 70 persen saham Jiwasraya Putra. Sementara BTN memiliki 30 persen saham.
Namun Direktur Utama Taspen Antonius Steve masih merahasiakan nilai pembelian Jiwasraya Putra. Dia hanya menyatakan Taspen Life membeli Jiwasraya Putra dari dana kelolaan investasi yang digunakan sesuai peruntukannya. Aksi korporasi ini juga sesuai dengan strategic asset allocation dalam aturan Menteri Keuangan.
Sebelumnya, sempat beredar kabar bahwa nilai penjualan Jiwasraya Putra bisa mencapai Rp3 triliun. Tapi harga yang ditawarkan premium. Artinya di atas Rp 3 triliun. "Kalau nilainya segitu (Rp 3 triliun) sama sekali tidak mengganggu likuiditas perusahaan karena Taspen harus investasikan seluruh portofolio sebesar lebih dari Rp250 triliun," ujarnya, kemarin.
Sebagai catatan, para nasabah premium Jiwasraya (JS Plan) boleh berharap haknya bisa kembali seiring penjualan aset Jiwasraya itu. Maklum, salah satu sumber pembayaran nasabah berasal penjualan Jiwasraya Putra. Adapun total kewajiban ke nasabah Jiwasraya nilainya lebih dari Rp 10 triliun.
Selain dari penjualan aset, Jiwasraya akan mendapatkan pendapatan dari hasil kerjasama bisnis dengan bekas anak usahanya itu. "Kami berkerjasama co-insurance dengan Jiwasraya Putra maupun dengan BTN," kata Hexana Tri Sasongko, Direktur Utama Jiwasraya.
Reksadana
Perusahaan-perusahaan manajer investasi (MI) bertekad mengembalikan kepercayaan (trust) masyarakat bahwa reksadana adalah produk investasi yang aman, mudah, terjangkau dan menguntungkan. Para MI berkomitmen untuk meningkatkan tata kelola perusahan yang baik (good corporate governance/GCG), menegakkan kode etik, serta menggencarkan sosialisasi dan edukasi. Mereka juga berjanji akan meningkatkan ketaatan (compliance) terhadap regulasi, lebih berorientasi investor (investor oriented), serta menjaga agar hasil investasi reksa dana aman dan memuaskan para investor.
Hal itu terungkap dalam diskusi panel bertajuk Reksa Dana, Masihkah Menarik? yang digelar Majalah Investor bekerja sama dengan Infovesta, di sela penganugerahan Reksa Dana Terbaik 2020 secara virtual di Jakarta, Kamis (18/6). Direktur Infovesta Utama, Parto Kawito mengungkapkan, menyusul munculnya sejumlah kasus di industri reksa dana, seperti MI kena sanksi OJK atau kasus Jiwasraya, paradigma para pelaku industri reksadana harus digeser ke hal-hal berorientasi investor (investor oriented).
Ketika ada kasus likuidasi atau suspensi produk reksa dana, kata Parto, pihak yang paling merugi adalah investor. “Investor seharusnya dapat kompensasi saat ada kasus suspensi reksa dana,” tandas dia dilansir Investor Daily (19/6/2020).
Parto Kawito menjelaskan, untuk meningkatkan jumlah investor dan dana kelolaan reksa dana selama pandemi, strategi jitu yang bisa dilakukan MI adalah memperbanyak agen penjual melalui pemanfaatan teknologi. “Tapi perlu ditekankan, yang menjadi perhatian saat ini sebenarnya adalah menjaga kepercayaan investor,” ucap dia.
Dengan munculnya sejumlah kasus yang merugikan investor reksa dana, menurut Parto, edukasi menjadi kurang efektif. “Kalau investor dididik secara teori, dijanjikan dananya aman dan mereka dilindungi aturan, lalu kenyataannya justru dirugikan, mereka bisa kapok,” ujar ucap dia.
Direktur Utama Mandiri Manajemen Investasi, Alvin Pattisahusiwa mengungkapkan, kepercayaan investor merupakan hal paling utama dalam mengelola reksadana. Membangun kepercayaan yang kuat harus didahului pengetahuan yang mapan terhadap produk investasi tersebut. “PR kita semua sebagai MI adalah terus meningkatkan literasi dan edukasi kepada investor dan calon investor. Ini snagat penting karena kepercayaan dibangun dari pengetahuan yang mendalam terhadap industri reksa dana sendiri,” ujar dia.
Direktur Utama Sucorinvest Asset Management, Jemmy Paul Wawointana mengaku optimistis industri reksa dana punya prospek cerah, Apalagi jumlah investor reksa dana terus meningkat dari tahun ke tahun. Sejumlah kasus yang sempat membelit beberapa MI justru membuat kesadaran masyarakat dalam berinvestasi meningkat, terutama pada reksa dana.
“Munculnya beberapa kasus, seperti kasus Jiwasraya yang melibatkan sejumlah MI membuat orang lebih aware tentang investasi. Jadi, tidak cuma asal beli, tapi juga mengetahui produk investasinya,” tegas dia.
Industri reksa dana, menurut Jemmy Paul, tengah memasuki fase pemulihan setelah mengalami kontraksi akibat pandemi corona dan kasus Jiwasraya. Meski dari Februari hingga April 2020 nilai AUM mengalami koreksi berkelanjutan, memasuki semester I-2020 total AUM di Sucorinvest berangsur pulih.
Harga Emas
Harga emas Antam hari ini turun Rp5.000 menjadi Rp895.000 per gram, meski harga emas dunia mulai menanjak pagi ini setelah turun pada perdagangan kemarin. Dikutip dari Reuters, harga emas pagi ini naik tipis 0,09 persen ke posisi US$1.724,17 per ons, setelah kemarin turun 0,1 persen. Sementara emas berjangka turun 0,04 persen ke posisi US$ 1.724,1 per ons.
"Emas melepaskan keuntungan sebelumnya karena beberapa positif laporan dari Beijing bahwa mereka mulai mengendalikan wabah. Data klaim pengangguran semakin baik. Situasi ekonomi mungkin menjadi lebih baik pada akhirnya," kata Edward Moya, Analis Pasar Senior di Broker OANDA dilansi Katadata (19/6/2020).
Klaim awal untuk tunjangan pengangguran di sejumlah negara bagian AS turun selama 11 minggu berturut-turut, mendorong klaim menjauhi rekor 6,867 juta pada akhir Maret. Namun, langkah pemulihan pasar tenaga kerja AS tampaknya masih tersendat. Di Tiongkok, kekhawatiran akan 'gelombang kedua' pandemi agak mereda, seperti yang dikatakan seorang ahli medis Beijing bawah wabah baru mulai terkendali.
Kendati demikian, infeksi yang terus meningkat di seluruh dunia menjadi pendorong harga emas. Logam mulia sempat mendekati level tertinggi dalam sepekan terakhir di awal sesi perdagangan kemarin.
(*)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.