THR PNS dan Swasta Segera Cair, Ini Alasan Pentingnya Investasi di Reksadana
Untuk memitigasi volatilitas pasar yang masih tinggi, baiknya dilakukan secara bertahap
Untuk memitigasi volatilitas pasar yang masih tinggi, baiknya dilakukan secara bertahap
Bareksa.com - Kepastian pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) Lebaran bagi abdi negara, terbit. Presiden Joko Widodo pada Selasa (12/5/2020), telah menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2020 tentang Pemberian Tunjangan Hari Raya 2020 kepada PNS, Prajurit TNI, Anggota Kepolisian, Pegawai Non-PNS, dan Penerima Pensiun atau Tunjangan.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyampaikan untuk THR tahun ini pemerintah mengalokasikan anggaran Rp29,382 triliun. Jumlah itu lebih rendah jika dibandingkan dengan anggaran THR tahun lalu yang sebesar Rp40 triliun.
"Jadi total THR dicairkan pada jumat (15/5/2020) Rp29,382 triliun," ujar dia. Anggaran THR dimaksud, terdiri dari untuk PNS pusat, TNI dan Polri Rp6,775 triliun, pensiunan Rp8,708 triliun, serta PNS daerah Rp13,898 triliun.
Promo Terbaru di Bareksa
Kementerian Keuangan menyampaikan PNS atau ASN yang mendapatkan THR, hanyalah PNS level eselon III ke bawah dan itu pun besarannya tak penuh sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan eselon I, II, serta pejabat lainnya tidak mendapatkan THR.
Di sisi lain, pemberian THR bagi pegawai swasta, mengacu pada peraturan tenaga kerja yang umumnya, diberikan maksimal tujuh hari sebelum hari raya.
Investasi Reksadana
Direktur Utama PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW), Edward Parlindungan Lubis menyampaikan sebagian dana THR Lebaran pada tahun ini baiknya bisa diinvestasikan. Terlebih, kemungkinan pengeluaran untuk Lebaran tahun ini menurun karena tidak ada acara mudik dan perayaan besar.
"Jadi ada baiknya dimanfaatkan alokasinya untuk investasi," kata Edward kepada Bareksa.
Pendapat senada dikatakan Direktur Utama PT Trimegah Asset Management (Trimegah AM), Antony Dirga. Mengalokasikan sebagian dana THR untuk investasi juga sebagai bekal mempersiapkan keuangan di masa depan.
"Kita tidak tahu berapa lama keadaan pandemi ini akan berlangsung. Sebaiknya ada sebagian dari dana THR yang disisihkan untuk keadaan emergency jikalau situasi pandemi berlanjut lebih panjang," kata Antony.
Dia melanjutkan jika masih ada dana THR yang tersisa, untuk investor dengan risk appetite tinggi dan time horizon yang panjang, investasi di reksadana saham sangat menarik. Alasannya, "karena valuasi yang murah," imbuhnya.
Hanya saja, Antony mengingatkan untuk memitigasi volatilitas pasar yang masih tinggi, baiknya dilakukan secara bertahap. "Investasi ini (reksadana saham) bisa dilakukan dengan cara mencicil atau dengan metode rupiah cost averaging," kata Antony.
Reksadana saham (equity fund) adalah jenis reksadana yang menginvestasikan sekurang-kurangnya 80 persen dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat ekuitas. Tujuannya untuk pertumbuhan harga saham atau unit dalam jangka panjang. Risikonya relatif lebih tinggi dari reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap, namun memiliki potensi tingkat pengembalian yang paling tinggi.
Keuntungan Reksadana
Investasi reksadana mendatangkan pelbagai peluang keuntungan. Investor reksadana dapat melakukan diversifikasi investasi tanpa harus memiliki modal yang besar.
Sebagai contoh, investor dengan dana terbatas dapat memiliki portofolio obligasi, yang tidak mungkin bisa dimiliki jika investor tersebut tidak mempunyai dana yang besar. Di marketplace Bareksa, sejumlah produk reksadana bisa dibeli dengan modal hanya Rp100.000. Bahkan, ada produk yang minimum pembelian Rp50.000 dan Rp10.000.
Melalui reksadana, akan terkumpul dana dalam jumlah besar sehingga manajer investasi dapat melakukan diversifikasi pada produk investasi di pasar modal maupun di pasar uang. Dengan kata lain, investasi dilakukan pada berbagai produk investasi seperti saham, obligasi, deposito, sesuai dengan kebijakan dari masing-masing jenis reksadana yang dikelola.
Melalui reksadana pula investor awam sekalipun dapat ikut merasakan manisnya keuntungan berinvestasi di pasar modal. Seperti berinvestasi pada saham, dalam hal menentukan saham-saham apa yang baik untuk dikoleksi bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Hal tersebut memerlukan pengetahuan dan keahlian khusus yang tidak semua investor memilikinya.
Dengan berinvestasi di reksadana, investor pun tidak perlu repot-repot untuk memantau kinerja investasinya. Sebab, hal tersebut telah ditangani oleh manajer investasi profesional yang sudah berpengalaman dalam hal pengelolaan dana.
Risiko Reksadana
Seperti halnya wadah investasi lainnya, di samping mendatangkan berbagai peluang keuntungan, reksadana juga mengandung berbagai potensi risiko. Sebagai contoh, risiko berkurangnya nilai unit penyertaan. Risiko yang dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek saham, obligasi, atau surat berharga lainnya yang masuk dalam portofolio reksadana ini dapat diminimalisir oleh manajer investasi (selaku pengelola) dengan prinsip diversifikasi yang diterapkan.
Adapun risiko likuiditas adalah risiko menyangkut kesulitan yang dihadapi manajer investasi jika sebagian besar investor reksadana melakukan redemption (penjualan kembali) atas unit-unit yang dimiliki. Kondisi seperti ini dapat berpeluang membuat manajer investasi kesulitan dalam hal menyediakan uang tunai atas redemption tersebut.
Apapun pilihan investasi yang dipilih, penting selalu diingat, selalu sesuaikan instrumen investasi dengan profil risiko dan target investasi kamu. Jadi, mau pilih reksadana saham atau reksadana pasar uang atau reksadana pendapatan tetap, atau justru reksadana campuran sebagai sarana menginvestasikan sebagian dana THR Lebaran tahun ini?
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.