Bareksa.com - Manajer Investasi (MI) menyampaikan meski saat ini pandemi COVID-19 atau virus corona masih berlangsung, investor disarankan untuk terus bisa menyisihkan sebagian pendapatan yang diperoleh untuk diinvestasikan. Pandemi corona sudah ditetapkan Presiden Joko Widodo sebagai bencana nasional.
Berikut saran dari empat manajer investasi mengenai tips investasi di reksadana saat kondisi pasar keuangan dan saham tertekan akibat dihantam wabah corona. Empat MI itu dihubungi Bareksa secara terpisah.
Direktur Utama PT Trimegah Asset Management (Trimegah AM), Antony Dirga menyarankan bagi investor pemula dan investor menengah, untuk menyisihkan dana untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan juga keadaan darurat.
Alasannya, pandemi COVID-19 atau virus corona yang saat ini merupakan sesuatu yang unprecedented. "Jika masih dana yang tersisa untuk investasi, saran saya sekarang inilah saat yang paling tepat untuk memulai berinvestasi di reksadana saham. Banyak saham-saham underlying dengan valuasi yang sangat menarik," kata Antony.
Menurut dia, keadaan market seperti ini sebenarnya merupakan opportunity yang jarang sekali ada. "Jarang sekali kita mendapatkan kesempatan untuk berinvestasi pada saham-saham blue chip dengan valuasi yang sangat menarik seperti saat ini," lanjut Antony.
Hanya saja, ia menyampaikan, meski Trimegah Asset menyarankan supaya investor tetap aktif berinvestasi namun harus tetap disesuaikan dengan risk appetite dan time horizon mereka sendiri. "Reksadana saham sangat menarik pada level-level sekarang ini, mungkin rupiah averaging cost approach dapat digunakan untuk masuk perlahan-lahan ke reksadana saham," kata Antony.
Sementara itu Direktur Utama Bahana TCW, Edward Parlindungan Lubis menyatakan khususnya kepada investor ritel, untuk lebih konservatif. Perlu juga dibuat komposisi berinvestasi, misalnya pertama, 50 persen di reksadana pendapatan tetap berbasis Surat Berharga Negara (SBN) karena sudah koreksi lumayan sehingga potensi upside.
Kedua, 25 persen di reksadana saham yang berbasis big cap karena secara valuasi sudah murah. Alokasi masih konservatif mengingat volatilitas masih tinggi.
Ketiga, sisanya 25 persen di reksadana pasar uang untuk jaga-jaga kalau ada kesempatan mau menambah alokasi di reksadana saham ke depan.
Direktur Utama PT Danareksa Investment Management (Danareksa IM), Marsangap P Tamba menyatakan reksadana saham bisa jadi salah satu pilihan untuk dipilih investor pada saat ini.
"Untuk investor yang memiliki horizon investasi lebih panjang dan dapat menerima fluktuasi jangka pendek yang tinggi, reksadana saham memberikan entry point sangat menarik saat ini setelah terkoreksi cukup dalam," ucap Marsangap.
Ia menyampaikan reksadana memiliki konsep diversifikasi, jadi secara risiko lebih terkelola. Maka itu investor disarankan terus melakukan investasi.
Head of Investment Avrist Asset Management (Avrist AM), Farash Farich mengatakan pada saat ini, investor sebaiknya tetap melakukan investasi bertahap dan disesuaikan dengan jangka waktu kebutuhannya.
"Pasar uang untuk jangka pendek, saham jangka panjang, pendapatan tetap jangka menengah dan panjang," kata Farash.
Perlu diketahui, reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Jadi reksadana jenis apa yang akan kamu pilih dan tambah nilai investasinya? Demi kenyamanan berinvestasi pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko kamu.
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.