IHSG Pekan Keempat Maret 2020 Melonjak, Reksadana Ini Melesat

Bareksa • 30 Mar 2020

an image
Warga melintas di samping layar yang menampilkan layar grafik informasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (13/3/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambrol tertekan sentimen virus corona. ANTARA FOTO/Galih Pradipta

Dalam periode 23 – 27 Maret 2020, Indeks Harga Saham Gabungan melesat 8,35 persen ke level 4.545

Bareksa.com - Mengakhiri pekan keempat Maret 2020, bursa saham Tanah Air akhirnya berhasil rebound setelah sekian lama tertekan, bahkan dengan kenaikan yang fantastis. Dalam periode 23 – 27 Maret 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 8,35 persen ke level 4.545,57.

Walaupun di dua hari awal perdagangan pekan lalu masih sempat tertekan akibat pandemi COVID-19 yang terus menyebar, namun di dua hari berikutnya IHSG mampu menguat tajam berkat stimulus besar-besaran dari Amerika Serikat (AS).


Sumber: Johns Hopkins University & Medicine

Wabah COVID-19 ini sendiri terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Sejauh ini hingga 30 Maret 2020 pagi, COVID-19 telah menyebar hingga ke 177 negara dan wilayah kedaulatan di seluruh dunia, menginfeksi 718.685 orang. Angka kesembuhan mencapai 149.076 orang, sedangkan angka kematian mencapai 33.881 jiwa.

Wabah yang sudah resmi dinyatakan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) ini memang masih menjadi penekan utama bursa saham global pada pekan lalu.

Banyak negara menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown) guna meredam penyebaran COVID-19, sehingga aktivitas ekonomi berkurang drastis. Akibatnya, perekonomian global melambat signifikan, resesi di beberapa negara bukan lagi kemungkinan, tetapi sudah hampir pasti terjadi.

Lembaga pemeringkat internasional, Moody's Investor Services memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia atau G-20, akan terkontraksi tajam di tahun ini.

Moody's memperkirakan, PBD riil sepanjang tahun 2020 dari negara-negara G-20 secara rata-rata akan minus 0,5 persen, jauh di bawah perkiraan pada proyeksi awal November lalu dengan estimasi pertumbuhan sebesar 2,6 persen.

Guna memerangi COVID-19 dan meminimalisir dampaknya ke perekonomian, bank sentral dan pemerintah negara-negara yang terpapar menggelontorkan stimulus moneter dan fiskal. Stimulus dengan nilai fantastis dari AS di pekan lalu mampu membuat bursa saham global melesat termasuk IHSG.

Pemerintah AS dan Senat menyepakati paket stimulus senilai US$ 2 triliun. Nilai tersebut dua kali lipat dibandingkan nilai perekonomian Indonesia. Pada Jumat waktu AS, Presiden AS Donald Trump menandatangani undang-undang sehingga pemerintah AS bisa menggelontorkan stimulus senilai US$2 triliun guna memerangi Covid-19.

Reksadana Berbasis Saham Melesat

Kondisi bursa saham yang naik tajampada pekan lalu, turut memberikan dorongan hebat bagi seluruh kinerja reksadana secara umum, terutama yang berbasis saham.

Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham menjadi yang terdepan dengan melesat 6,42 persen, kemudian disusul oleh indeks reksadana campuran yang naik 3,01 persen.


Sumber: Bareksa

Adapun berikutnya indeks reksadana pendapatan tetap dan indeks reksadana pasar uang masing-masing bertambah tipis 0,09 persen dan 0,06 persen. Seperti diketahui, karakteristik reksadana saham memang memiliki potensi risk dan return yang paling tinggi dibandingkan jenis reksadana lainnya.

Sesuai namanya, reksadana saham adalah jenis reksadana yang menginvestasikan sekurang-kurangnya 80 persen dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat ekuitas atau saham. Karena mayoritas portofolionya ada di efek saham, maka sifat dan pergerakan reksadana ini mirip dengan sifat dan pergerakan saham.

Reksadana saham ini memiliki fluktuasi tinggi, artinya bisa naik dan turun dalam jangka waktu cepat. Akan tetapi, dalam jangka waktu panjang, reksadana jenis ini berpotensi tumbuh lebih tinggi dibandingkan jenis produk lain.

Tujuan investasi reksadana saham adalah untuk pertumbuhan harga saham atau unit dalam jangka panjang. Risikonya relatif lebih tinggi dari reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap, tetapi memiliki potensi tingkat pengembalian yang paling tinggi (high risk high return).

Maka itu, investasi di reksadana saham cocok untuk investasi jangka panjang, di atas 5 tahun. Contoh tujuan keuangan jangka panjang adalah untuk pendidikan anak, liburan ke luar negeri, atau persiapan dana pensiun.

Mengingat sifatnya yang high risk high return, tentu saja jenis reksadana ini cocok untuk investor yang memiliki profil risiko tinggi atau agresif. Pemilik profil risiko agresif sangat siap untung dan juga siap rugi (risk taker). Orang dengan profil risiko agresif siap kehilangan sebagian besar bahkan seluruh dana investasinya demi imbal hasil yang besar.

(KA01/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.