IHSG Anjlok dan Pasar Obligasi Melemah, Reksadana Pendapatan Tetap Ini Menguat

Bareksa • 24 Mar 2020

an image
Pegawai PT Syailendra Capital sedang melayani nasabah. (Bareksa/AM)

Penurunan harga Surat Utang Negara (SUN) tercermin dari kenaikan imbla hasil (yield) empat seri acuan (benchmark)

Bareksa.com - Mengawali perdagangan pekan keempat Maret 2020, bursa saham Tanah Air kembali rontok dengan pelemahan 4,9 persen ke level 3.989,52. Ini menjadi pertama kalinya IHSG menutup perdagangan di bawah 4.000 sejak 27 Agustus 2013 silam.

Tak hanya di pasar saham, harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia juga ikut terkoreksi di awal pekan ini. Investor tampaknya masih melakukan aksi jual aset di seluruh bursa untuk uang tunai, bahkan aset safe haven tradisional ikut jatuh dan membuat dolar melonjak.

Penurunan harga Surat Utang Negara (SUN) tercermin dari kenaikan imbla hasil (yield) empat seri acuan (benchmark), yakniFR0081 (5 tahun) naik 0,15 persen, FR0082 (10 tahun) naik 0,185 persen, FR0080 (15 tahun) naik 0,535 persen, dan FR0083 (20 tahun) naik 0,252 persen.

Sebagai informasi, pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya ketika harga turun maka akan mengerek yield naik. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibandingkan dengan harga karena mencerminkan kupon, tenor dan risiko dalam satu angka

Selain itu, koreksi pasar obligasi pemerintah kemarin juga tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga melemah 0,75 persen.

Koreksi di pasar surat utang kemarin senada dengan pelemahan rupiah di pasar valas. Pada Senin (23/03/2020), rupiah bertengger di level Rp16.550 per dolar AS di pasar spot. Mata uang garuda melemah 4,09 persen dibandingkan dengan penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Hal itu mencerminkan investor global enggan untuk beralih ke aset berisiko (risk appetite) di tengah serangkaian stimulus pemerintah dan volatitas pasar yang masih cukup tinggi, sehingga membuat dolar AS semakin di atas angin.

Reksadana Pendapatan Tetap Ini Justru Positif

Di tengah pelemahan yang terjadi di pasar obligasi, ternyata masih ada produk reksadana pendapatan tetap yang mencatatkan kinerja positif pada perdagangan kemarin.

Berdasarkan reksadana yang dijual Bareksa, Syailendra Pendapatan Tetap Premium menjadi satu-satunya produk reksadana pendapatan tetap yang mencatatkan imbal hasil (return) positif pada perdagangan kemarin dengan kenaikan 0,06 persen.


Sumber: Bareksa

Reksadana yang dikelola oleh PT Syailendra Capital ini, hingga Februari 2020 telah memiliki dana kelolaan (asset under management/AUM) senilai Rp29,5 miliar.

Reksadana Syailendra Pendapatan Tetap Premium bertujuan memberikan hasil investasi yang optimum melalui investasi pada efek bersifat utang yang masih mempunyai potensi yang cukup besar untuk tumbuh dalam jangka menengah dan panjang dengan tetap memperhatikan ketentuan kebijakan investasi dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Mengacu kepada fund fact sheet-nya per Februari 2020, beberapa top holding assets dalam portofolio Syailendra Pendapatan Tetap Premium antara lain :
• BBNI_KOTA_MMA
• DOC-BBKP
• Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Global Mediacom Tahap I Tahun 2017 Seri A
• Obligasi Berkelanjutan I Antam Tahap I Tahun 2011 Seri B
• DOC-BNMKUN

Sebagai informasi, Syailendra Pendapatan Tetap Premium dapat dibeli di Bareksa dengan minimal pembelian awal Rp50.000. Reksadana yang diluncurkan sejak 24 Maret 2017 ini bekerja sama dengan bank kustodian PT Bank Central Asia Tbk.

Perlu diketahui, reksa dana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksa dana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Adapun reksa dana pendapatan tetap wajib menempatkan minimal 80 persen portofolionya dalam efek surat utang atau obligasi. Maka dari itu, reksa dana ini sangat terpengaruh dengan pasar obligasi.

(KA01/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.