Budi Hikmat : IHSG Oversold Akibat Wabah Corona, Saatnya Jadi Investor Sejati!
Krisis adalah waktu terbaik untuk menghasilkan uang, sekiranya punya dana menganggur dan ada keberanian
Krisis adalah waktu terbaik untuk menghasilkan uang, sekiranya punya dana menganggur dan ada keberanian
Bareksa.com - Kepala Makro Ekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management, Budi Hikmat menyatakan dengan belajar dari pengalaman melintasi krisis sebelumnya, dirinya fokus memantau indikator fear and distrust di pasar keuangan. Sebab secara teknis, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah memasuki kelebihan jual (oversold) seperti yang ditunjukkan oleh level IHSG yang anjlok lebih rendah dari proyeksi laba.
Selain itu Budi memantau Bloomberg Fear and Greed Indicator di mana untuk IHSG telah lebih rendah ketimbang yang terjadi tahun 2008. Hal yang sama terjadi pada indeks SPX yang bahkan lebih dalam ketimbang IHSG. “Dengan berbagai matriks ini, saham boleh diyakini sudah murah. Ini dapat menjadi moment of truth bagi investor yang berani untuk mengambil posisi untuk keuntungan jangka panjang,” ungkap Budi Hikmat dalam keterangannya (17/3).
Akhir pekan lalu (15/3), Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) kembali memangkas suku bunga hingga mendekati 0 persen dan menyuntikan likuiditas atau operasi quantitative easing (QE) hingga US$700 miliar. Aksi pemangkasan suku bunga itu, tercatat telah terjadi sebanyak dua kali dalam bulan Maret ini. Langkah pre-emptive The Fed ini sebagai upaya menghadapi risiko disrupsi ekonomi akibat pandemik COVID-19.
Promo Terbaru di Bareksa
Meski begitu, aksi The Fed kembali membuat pasar bereaksi negatif. Dow Futures turun 1.000 poin pada perdagangan di Wall Street yang dibuka Senin pagi. Indeks S&P 500 terpangkas 11,98 persen pada Senin (16/3). Para analis global menilai aksi The Fed tak cukup semata-mata dengan menurunkan suku bunga, tapi harus ada langkah nyata yang diambil pemerintah AS untuk meredam disrupsi ekonomi akibat pandemik ini.
Di samping itu, harga minyak dunia juga anjlok menjadi USD 33,9 per barel selama pekan lalu, atau telah terpangkas 48,7 persen secara year to date (ytd). Hal ini dilatarbelakangi oleh tak tercapainya kesepakatan antara Rusia dengan Arab Saudi mengenai usulan pemangkasan produksi. Risiko perang minyak ini berpotensi menimbulkan konflik geopolitik.
Di Indonesia, IHSG telah anjlok sekitar 26,11 persen sejak awal tahun (YtD), atau berada di level 4.690,65 pada Senin lalu (16/3). Sementara nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS melemah 7,22 persen (YtD) tembus 14.925 pada Selasa (17/3). Saat penutupan pasar spot, pada Selasa (17/3/2020), US$1 dihargai Rp15.160 atau melemah 1,74 persen dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya dan berada di posisi terlemah sejak November 2018.
Terhadap Bloomberg Fear and Greed, Budi memperkuat analisis dengan rasio Z score. Jika Z score ini lebih kecil dari minus 3 (-3) artinya, fear sudah berlebihan dan nilai saham sudah terbilang murah untuk kembali dikoleksi. Sementara, jika di atas dari plus 3 (+3) atau positif, berarti tingkat greed lebih besar yang menyarankan untuk aksi ambil untung. Meski demikian, investor disarankan tetap waspada dengan mencermati perkembangan pasar keuangan di AS dan berinvestasi secara bertahap.
“Pengalaman mengajarkan bahwa krisis adalah waktu yang terbaik untuk menghasilkan uang, sekira orang punya uang menganggur dan ada keberanian. Pertimbangan mengambil risiko secara terukur. Jika benar, investor akan bahagia. Namun jikapun keliru, seorang bisa lebih bijaksana. Terutama bagi investor muda, belajarlah untuk berani. Tak ada yang bisa menggantikan pengalaman”, tutur Budi Hikmat
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.