AUM Industri Februari Anjlok Tertekan Corona, Reksadana Pendapatan Tetap Naik

Bareksa • 12 Mar 2020

an image
Ilustrasi investasi reksadana pendapatan tetap fixed income fund obligasi korporasi surat utang negara surat berharga yang disimbolkan dengan keyboard dan kunci

Indeks reksadana pendapatan tetap tahan banting dengan kenaikan tipis 0,05 persen pada Februari 2020

Bareksa.com - Dana kelolaan industri reksadana nasional pada Februari 2020 anjlok 3,12 persen secara year to date jadi Rp525,3 triliun. Berdasarkan laporan Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report Februari 2020 yang dirilis Bareksa, disebutkan asset under management industri reksadana Februari 2020 anjlok jika dibandingkan Desember 2019 yang sebesar Rp542,2 triliun. 

Laporan yang mengutip data OJK tersebut mengungkapkan, seiring penurunan dana kelolaan, jumlah unit reksadana di industri reksadana nasional pada bulan lalu juga menyusut 0,35 persen jadi 423,3 juta unit reksadana, padahal sejatinya jumlah produk reksadananya bertambah 0,05 persen jadi 2.213 produk.

Sumber : Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report February 2020

Penurunan dana kelolaan pada Februari 2020 seiring tekanan yang dialami pasar modal sepanjang bulan lalu akibat wabah virus corona COVID-19. Sentimen negatif wabah corona telah menghantam pasar modal di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Tercatat sepanjang bulan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan tersungkur minus 7,33 persen. Seiring anjloknya IHSG, kinerja reksadana berbasis saham yakni indeks reksadana saham dan indeks reksadana campuran masing-masing ambrol negatif 6,77 persen dan 3,35 persen. 

Indeks reksadana pasar uang bahkan stagnan dengan return net asset value (NAV) 0 persen. Hanya indeks reksadana pendapatan tetap yang masih tahan banting atau bertahan dengan kenaikan tipis 0,05 persen.


Sumber : Bareksa

Seiring kenaikan return NAV reksadana pendapatan tetap pada Februari 2020, jumlah dana kelolaan fixed income fund ini juga membukukan kenaikan tipis 0,66 persen secara year to date jadi Rp122,86 triliun. Pada Desember 2019, dana kelolaan reksadana pendapatan tetap Rp122 triliun.


Sumber : Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report February 2020

Meskipun dari sisi dana kelolaan mencatatkan kenaikan, namun sebenarnya jumlah unit reksadana pendapatan tetap tertekan 1,26 persen pada Februari 2020 jadi 78 juta unit dibandingkan 79 juta unit pada Desember 2019. Artinya sepanjang bulan lalu, reksadana yang mayoritas isi portofolionya merupakan surat utang ini membukukan kenaikan harga nilai aktiva bersih.


Sumber : Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report February 2020

Dalam daftar reksadana yang dijual di Bareksa, tercatat 10 besar reksadana pendapatan tetap return tertinggi membukukan keuntungan antara 0,48 persen hingga 1,29 persen sebulan pada Februari 2020.

Posisi pertama ditempati reksadana Schroder Income Fund dengan kenaikan return 1,29 persen, kedua Syailendra Pendapatan Tetap Premium 1,06 persen, dan ketiga Ganesha Abadi 0,93 persen. 

Top 10 Reksadana Pendapatan Tetap Return Tertinggi Februari 2020


Sumber : Bareksa

Sebagai informasi, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Sementara reksadana pendapatan tetap adalah jenis reksadana yang menginvestasikan sekurang-kurangnya 80 persen dari asetnya dalam bentuk efek utang atau obligasi. Obligasi atau surat utang ini bisa yang diterbitkan oleh perusahaan (korporasi) maupun obligasi pemerintah.

Tujuannya untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil. Risikonya relatif lebih besar daripada reksadana pasar uang tetapi lebih moderat dibandingkan saham sehingga cocok untuk jangka waktu 1 sampai 3 tahun.

Sesuai dengan karakternya, reksadana pendapatan tetap ini memiliki tingkat pengembalian hasil yang stabil karena memiliki aset surat utang atau obligasi yang memberikan keuntungan berupa kupon secara rutin.

Dalam jangka pendek dan menengah, nilai aktiva bersih (NAB) dari reksa dana pendapatan tetap cenderung naik stabil dan tidak banyak berfluktuasi (naik-turun). Karena itu, reksadana ini cocok untuk investor bertipe konservatif (risk averse).

Sebagian isi artikel ini merupakan cuplikan dari laporan bulanan Industri reksadana Bareksa: Mutual Fund Industry, Data Market – Monthly Report February 2020. Untuk berlangganan laporan ini silakan hubungi marketing@bareksa.com (cc: data@bareksa.com).

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.