Bareksa.com - Sejumlah perusahaan manajemen investasi semakin gencar mengembangkan produk exchange traded fund (ETF) tahun ini. Perusahaan-perusahaan tersebut akan merilis produk ETF baru yang diharapkan bisa menopang perolehan dana kelolaan (asset under management/AUM) secara keseluruhan.
Perusahaan pertama adalah PT Avrist Asset Management yang menargetkan AUM Rp350 miliar dari produk ETF tahun ini. AUM tersebut akan dicapai dengan pengembangan produk ETF baru dan ETF yang sudah ada.
Direktur Avrist Asset Management, Agra Pramudita, mengatakan pihaknya akan merilis produk ETF syariah dengan underlying obligasi pemerintah pada semester II 2020. Dari produk ini, perseroan menargetkan dana kelolaan Rp100 miliar.
Perseroan optimistis bisa mencapai target tersebut karena produk ini adalah ETF syariah bond pertama yang ada di pasar. "Permintaannya juga ada, terutama dari institusi syariah, sekalian kami juga ingin memperkenalkan kepada pihak ritel," kata dia di Jakarta, kemarin.
Selain menghimpun AUM dari produk baru, perseroan juga akan mengembangkan produk ETF yang sudah ada, yakni Avrist ETF Fixed Rate Bond I (XAFA) bersama dengan PT Mandiri Sekuritas. Tahun ini, perseroan menargetkan AUM Rp250 miliar dari XAFA.
Mantan Presiden Direktur Avrist Asset Management Hanif Mantiq mengatakan pihaknya menerbitkan XAFA untuk memperbesar basis investor ritel di pasar obligasi. Sebab selama ini, investor ritel tidak bisa mengakses pasar obligasi karena minimnya dana yang kurang dari Rp1 miliar.
Sementara itu, Ketua Tim Pengelola Investasi Avrist Asset Management Tubagus Farash menuturkan, produk ETF XAFA ini akan memberikan imbal hasil sebesar 6,7 persen.
“Investor akan mendapat pembagian hasil investasi secara berkala setiap 6 bulan serta memiliki kemungkinan capital gain,” kata dia.
Secara total, Avrist AM menargetkan AUM Rp8 triliun tahun ini. Nilai ini meningkat dibandingkan target tahun 2019 yang sebesar Rp5 triliun.
Selain melalui pengembangan produk ETF, perseroan juga akan meluncurkan produk lain untuk mendukung target AUM. Perseroan berencana meluncurkan produk reksadana pasar uang dengan nilai tukar dolar Amerika Serikat. Saat ini, Avrist sedang memproses rencana penerbitan produk reksadana baru tersebut.
Tidak hanya Avrist yang gencar mengembangkan ETF. PT Indo Premier Investment Management (IPIM) juga giat mengembangkan ETF dengan penerbitan dua produk ETF baru tahun ini.
Director Head of ETF Trading Desk Indo Premier Investment Management Alexander Salim mengatakan saat ini pihaknya sedang memproses penerbitan dua produk baru tersebut. Setelah penerbitan dua produk ini, perseroan juga berkemungkinan untuk menerbitkan beberapa produk lagi.
Sampai saat ini, Indo Premier IM telah menerbitkan 11 reksadana ETF. Dari produk-produk itu, Indo Premier membukukan AUM Rp7,2 triliun. AUM ini memiliki market share 68 persen dari total dana pengelolaan ETF berbasis saham yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Direktur Indo Premier IM, Noviono Darmosusilo mengatakan pengembangan produk ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Produk ETF ini semakin digemari oleh para investor, baik investor ritel maupun institusi karena banyak memiliki keunggulan.
"ETF memiliki keunggulan berupa kemudahan transaksi, transparasi penuh, fleksibitas tinggi, dan perhitungan harga NAB saat selama jam bursa, serta kecepatan eksekusi melalui penerapan teknologi," kata dia.
Kemudian PT BNI Asset Management juga meluncurkan reksadana BNI-AM ETF MSCI ESG Leaders Indonesia pada awal 2020. Dari produk itu, perseroan menargetkan AUM Rp1 triliun.
Presiden Direktur BNI Asset Management, Reita Farianti, mengatakan reksadana ETF ini merupakan reksadana ETF kedua yang diterbitkan oleh perseroan. Sebelumnya BNI-AM telah menerbitkan Reksa Dana BNI-AM Nusantara ETF MSCI Indonesia Equity Index dengan ticker XBNI pada tahun 2018. XBES juga merupakan reksadana ETF ke-39 yang telah dicatatkan dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sebagai informasi, sejak Januari 2020, sudah ada 40 ETF yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan dana kelolaan senilai Rp14,2 triliun atau setara dengan US$1 miliar. Nilai ini meningkat pesat, hingga 300 persen dibandingkan 2017 dengan hanya 10 produk ETF.
Sementara itu, terdapat 6 reksadana indeks dan ETF yang ada di Bareksa. Adapun keenam reksa dana tersebut adalah Reksa Dana Indeks BNP Paribas Srik Kehati, RB Sri Kehati Index Fund, Reksa Dana Kresna Indeks 45, Reksa Dana Indeks Avrist IDX30, Principal Index IDX30 dan Reksa Dana Indeks Syailendra MSCI Indonesia Value Index.
Keenam reksadana tersebut masih membukukan imbal hasil negatif dalam setahun, namun kinerjanya masih lebih baik dibandingkan IHSG yang menurun 19,52 persen dalam waktu setahun.
NAV Reksa Dana ETF 1 Tahun
Sumber : Bareksa
Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Adapun reksadana indeks adalah reksadana yang dikelola untuk mendapatkan hasil investasi yang mirip dengan suatu indeks yang dijadikan acuan, baik itu indeks obligasi maupun indeks saham. Dalam pengertian lain, reksadana indeks juga bisa diartikan sebagai jenis reksadana yang kinerjanya mengacu pada indeks tertentu, bisa indeks saham bisa juga indeks obligasi. Meski begitu, cara kerjanya berbeda dengan reksadana konvensional yang berfokus pada saham dan obligasi.
Berbeda dengan reksadana konvensional yang berusaha mengalahkan kinerja tolok ukurnya (benchmark), justru target dari reksadana indeks adalah menyamainya. Jadi, daripada dikelola secara aktif, pendekatan dari reksadana indeks adalah secara pasif dengan menyusun portofolio investasi menyerupai indeks acuannya.
Kemudian ETF ialah reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek. Artinya ETF merupakan produk investasi yang menggabungkan dua karakteristik produk sekaligus, yaitu reksadana berbentuk terbuka (open ended fund) dan saham (common stock). ETF dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu ETF aktif dan pasif. ETF aktif adalah ETF yang dikelola secara aktif oleh manajer investasi (MI) berdasarkan kriteria dan pemilihan efek yang ditentukan oleh MI sehingga kinerja ETF bergantung kepada kinerja MI tersebut.
ETF pasif adalah ETF yang dikelola secara pasif dengan pemilihan efek mengacu kepada suatu indeks tertentu sehingga kinerjanya merupakan cerminan dari kinerja dari indeks acuan tersebut.
(K09/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.