IHSG Menguat, Reksadana Pendapatan Tetap Ini Terbaik Pekan I Maret 2020

Bareksa • 09 Mar 2020

an image
Ilustrasi investor sedang merencanakan investasinya di reksadana pendapatan tetap (shutterstock)

Indeks reksadana pendapatan tetap menguat 0,95 persen sepanjang pekan lalu

Bareksa.com - Menutup pekan pertama di bulan Maret 2020, bursa saham domestik berhasil rebound dari pekan sebelumnya yang anjlok parah. Dalam periode 2 - 6 Maret 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mengakumulasi kenaikan 0,84 persen ke level 5.498,54.

Di tengah isu virus corona yang masih dominan menghantui pergerakan bursa saham Tanah Air, sentimen positif justru muncul dari penurunan suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS). Pada 3 Maret jelang tengah malam waktu Indonesia, bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan 50 basis poin (bps) ke level 1-1,25 persen.

Keputusan tersebut cukup mengejutkan karena diambil di luar rapat terjadwal. Semestinya rapat Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) baru berlangsung pada 17-18 Maret.

Pemangkasan Federal Funds Rate semakin menegaskan bahwa arah kebijakan moneter tahun ini adalah longgar alias akomodatif.

Saat suku bunga acuan bergerak turun, maka perlahan akan diikuti oleh penurunan suku bunga Pinjaman Uang Antar-Bank (PUAB). Jika bunga PUAB sudah turun, maka bank punya alasan untuk menurunkan suku bunga deposito. Setelah bunga deposito turun, harapannya suku bunga pinjaman bakal terpangkas.

Suku bunga kredit yang lebih rendah akan membuat emiten-emiten punya ruang untuk mengajukan kredit ke bank guna melakukan ekspansi.

Namun di sisi lain, sejatinya sentimen penurunan suku bunga sepertinya hanya euforia sesaat. Sebab, pasar masih agak khawatir akibat penyebaran virus corona yang semakin luas.

Jumlah negara yang terkena virus corona pun semakin bertambah. Pada awal pekan, total negara di luar China yang sudah melaporkan kasus corona adalah 64. Sekarang jumlahnya sudah lebih dari 90 negara.

Secara teori, penurunan suku bunga acuan memang akan mendorong permintaan. Saat suku bunga turun, dunia usaha dan rumah tangga bisa berekspaksi sehingga permintaan naik.

Namun masalahnya, penyebaran virus corona yang semakin meresahkan membuat aktivitas ekonomi menjadi terbatas. Pabrik-pabrik menghentikan produksi karena karyawan dirumahkan untuk mencegah penularan lebih luas. Produksi yang terhenti artinya pasokan barang di pasar akan langka. Hal ini lah yang mejadi persoalan, yakni dari sisi penawaran, bukan permintaan.

Reksadana Pendapatan Tetap Ini Melesat

Kondisi bursa saham yang menguat pada pekan lalu, turut memberikan sentimen positif bagi seluruh kinerja reksadana, tak terkecuali bagi reksadana pendapatan tetap.


Sumber: Bareksa

Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana pendapatan tetap menguat 0,95 persen sepanjang pekan lalu, hanya kalah dari indeks reksadana saham yang naik sedikit lebih tinggi yakni 0,98 persen.

Jika dilihat lebih rinci, berdasarkan reksadana yang dijual Bareksa, terdapat satu produk reksadana pendapatan tetap yang mencatatkan kenaikan cukup signifikan pada pekan lalu, yakni Majoris Obligasi Utama Indonesia dengan kenaikan 2,53 persen.


Sumber: Bareksa

Hingga Februari 2020, reksadana yang dikelola oleh PT Majoris Asset Management tersebut telah memiliki dana kelolaan (asset under management/AUM) senilai Rp24,35 miliar.

Majoris Obligasi Utama Indonesia bertujuan untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan nilai investasi yang optimal dan stabil melalui penempatan pada efek bersifat utang dalam jangka menengah dan panjang serta dengan risiko yang terukur.

Mengacu kepada fund fact sheet per Januari 2020, beberapa top holding asset dalam portofolionya yakni :

• Obligasi Negara Republik Indonesia Seri FR0052
• Obligasi Negara Republik Indonesia Seri FR0068
• Obligasi Negara Republik Indonesia Seri FR0071
• Obligasi Negara Republik Indonesia Seri FR0075
• Obligasi Negara Republik Indonesia Seri FR0079

Sebagai informasi, Majoris Obligasi Utama Indonesia dapat dibeli di Bareksa dengan minimal pembelian awal Rp100.000. Reksadana yang diluncurkan sejak 30 November 2015 ini bekerja sama dengan bank kustodian PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Sementara reksadana pendapatan tetap adalah jenis reksadana yang menginvestasikan sekurang-kurangnya 80 persen dari asetnya dalam bentuk efek utang atau obligasi. Obligasi atau surat utang ini bisa yang diterbitkan oleh perusahaan (korporasi) maupun obligasi pemerintah.

Tujuannya untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil. Risikonya relatif lebih besar daripada reksadana pasar uang tetapi lebih moderat dibandingkan saham sehingga cocok untuk jangka waktu 1 sampai 3 tahun.

Sesuai dengan karakternya, reksadana pendapatan tetap ini memiliki tingkat pengembalian hasil yang stabil karena memiliki aset surat utang atau obligasi yang memberikan keuntungan berupa kupon secara rutin.

Dalam jangka pendek dan menengah, nilai aktiva bersih (NAB) dari reksa dana pendapatan tetap cenderung naik stabil dan tidak banyak berfluktuasi (naik-turun). Karena itu, reksadana ini cocok untuk investor bertipe konservatif (risk averse).

(KA01/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.