Bareksa.com - Pasar saham Tanah Air masuk ke zona merah terseret bursa global yang tertekan isu penyebaran virus corona. Meski kondisi ini membuat sebagian besar investor panik, ternyata ada kesempatan untuk masuk ke reksadana dengan harga yang murah.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, pada sesi pertama perdagangan 28 Februari 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat turun 4,04 persen ke 5.311,96, level terendah sejak Januari 2017. Secara year to date hingga 27 Februari 2020, IHSG sudah turun 11,98 persen.
Grafik Pergerakan IHSG YTD 27 Februari 2020
Sumber: BEI, diolah Bareksa.com
Isu penyebaran virus corona masih menjadi sentimen utama yang menekan pasar global. Hingga laporan ini ditulis, sudah tercatat 83.361 kasus coronavirus di seluruh dunia, dengan jumlah kematian sebanyak 2.857 orang (tingkat mortalitas : 3,4 persen). Jumlah kasus baru di luar China, termasuk di Korea Selatan, Italia dan Iran membuat pelaku pasar global khawatir.
Namun, masyarakat investor tidak perlu panik dan langsung menarik dana dari instrumen investasinya, termasuk reksadana. Justru, momen ini bisa menjadi kesempatan langka untuk mendapatkan reksadana di harga (NAB/UP) yang murah.
Tim analis Bareksa menilai reksadana jenis pasar uang yang stabil untuk pemula dan investor yang ingin menaruh dana jangka pendek. Kemudian, reksadana indeks saham juga bisa jadi pilihan bagi investor agresif dan jangka panjang.
Sebagai informasi, reksadana pasar uang sangat defensif terhadap gejolak pasar saham karena menempatkan dananya ke dalam instrumen pasar uang. Instrumen pasar uang adalah efek utang yang jatuh temponya kurang dari setahun, misalnya sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito dan bisa juga obligasi selama jatuh temponya kurang dari satu tahun.
Sementara itu, reksadana indeks saham adalah reksadana yang dikelola secara pasif dengan mengacu pada indeks saham tertentu. Misal, reksadana BNP Paribas Sri Kehati mengacu pada Indeks Sri Kehati sehingga isi portofolionya sama dengan indeks tersebut.
Lalu, alasan tim analis Bareksa merekomendasikan reksadana indeks adalah dari sisi valuasi yang sudah murah. Artinya, harga saham sekarang ini sudah di bawah nilai fundamental saham-saham tersebut.
Berikut produk reksadana pilihan Bareksa pekan terakhir Februari 2020.
Top 5 Reksadana Pasar Uang Bareksa
1. Sucorinvest Money Market Fund
2. Syailendra Sharia Money Market Fund
Plus, alternatif untuk produk pasar uang syariah adalah Mandiri Pasar Uang Syariah Extra. Meski belum berusia setahun, reksadana pasar uang ini bisa dipilih karena memiliki kinerja dan daya tahan yang cukup baik. Tersedia tidak hanya di marketplace Bareksa, tetapi juga di Bareksa Umroh.
Top 3 Reksadana Indeks Saham Bareksa
1. Reksa Dana Indeks Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund
2. Reksa Dana Indeks BNP Paribas Sri Kehati
Ketiga reksadana indeks tersebut masuk dalam Top 3 pilihan Bareksa karena memiliki Sharpe Ratio yang tinggi. Rasio ini merupakan perbandingan antara excess return yang dihasilkan dibandingkan dengan total risiko portofolio reksadana.
Excess return yang dimaksud adalah selisih antara return portofolio dikurangi dengan return bebas risiko. Sementara total risiko dalam rasio ini tercermin dalam nilai Standar Deviasi (SD) yang meliputi risiko sistematis maupun risiko dari portofolio aset reksadana itu sendiri.
Semakin tinggi nilai sharpe ratio menunjukan semakin baik kinerja dari suatu reksadana. Begitu pun sebaliknya, semakin rendah nilai sharpe ratio menunjukkan semakin buruk kinerja dari suatu reksadana.
Kemudian, pilihan produk Top 5 dan Top 3 Reksadana Bareksa juga mengacu pada sejumlah parameter, yakni: correlation, standar deviasi, beating index, status suspend, dan related issue. Berikut penjelasannya.
1. Correlation
Correlation pada reksadana adalah pengukuran pergerakan reksadana terhadap Indeks Reksadana Bareksa. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi correlation-nya maka reksadana tersebut bergerak di arah yang sama dengan indeks.
2. Standar Deviasi
Standar Deviasi pada reksadana merupakan satuan risiko reksadana, yang menghitung penyimpangan rata-rata dari reksadana. Hal ini juga mencerminkan besaran return suatu reksadana jika standard deviasi dianggap sebagai proyeksi return ke depan. Angka standar deviasi pada reksadana yang jauh dari rata-rata diibaratkan memiliki risiko yang besar dan juga sebaliknya.
3. Beating Index
Beating Index merupakan seberapa sering kinerja produk Reksadana melampaui Indeks Reksadana Bareksa. Indeks Reksadana Bareksa merupakan rata-rata return reksadana per tipe Reksadana dalam periode tertentu.
4. Status Suspend
Status Suspend merupakan pernilaian terhadap produk yang pernah dihentikan sementara oleh pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maupun Bareksa. Penilaian ini merupakan cerminan penilaian dari sisi tata kelola (governance).
5. Related Issue
Seperti halnya status suspend, penilaian Related Issue merupakan penilaian seputar isu yang beredar di media maupun forum. Penilaian ini merupakan cerminan penilaian dari sisi tata kelola governance.
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Baca juga tips investasi saat portofolio minus akibat tekanan pasar di sini.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.