Bareksa.com - Pasar Surat Utang Negara (SUN) pekan ini diperkirakan akan bergerak bervariasi dengan rentang pergerakan 35-80 basis poin (bps). Dalam kondisi yang masih fluktuatif tersebut, investor disarankan untuk memperbanyak obligasi jangka pendek.
Associate Director Head of Investment and Research PT Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico, mengatakan pada pekan ini ada beberapa sentimen yang akan mempengaruhi pergerakan SUN. Dari eksternal, investor akan menantikan rilis GDP Amerika Serikat (AS) dan initial jobless claims.
"Di tengah-tengah tekanan perlambatan ekonomi dunia, pertumbuhan ekonomi di AS akan sangat dinantikan," jelas dia di Jakarta kemarin.
Kemudian, data makro ekonomi Tiongkok juga akan menjadi perhatian investor karena ada penyebaran wabah virus corona yang bisa mengakibatkan pelemahan dan penurunan aktivitas ekonomi di Tiongkok. Data yang dinanti adalah PMI composite, manufacturing dan non manufacturing. Nico mengungkapkan, secara consensus, data-data tersebut akan menurun sehingga bisa menjadi sentimen negatif bagi Tiongkok.
Penyebaran virus corona diperkirakan juga akan menekan perekonomian Jepang. Sebelumnya, tingkat inflasi dan PMI composite, services, serta manufacturing Jepang dikonfirmasi mengalami penurunan. Ini menunjukkan kalau perekonomian Jepang sedang mengalami kontraksi.
"Data yang akan dinanti adalah jobless rate, job to applicant, serta tentu saja Retail Sales dan Industrial Production. Hal ini akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang situasi dan ekonomi yang terjadi di Jepang," kata dia.
Sementara dari dalam negeri, investor masih menunggu kepastian mengenai omnibus law. Investor juga menunggu dampak lanjutan dari penurunan suku bunga acuan yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI).
Dengan berbagai sentimen tersebut, SUN bergerak di rentang 35-80 bps. Adapun imbal hasil untuk SUN 5 tahun akan berada di 5,5-5,75 persen, tenor 10 tahun di 6,5-6,6 persen, tenor 15 tahun di 6,95-7,05 persen dan 20 tahun di 7,2-7,28 persen.
Dengan prediksi tersebut dan sentimen yang mempengaruhinya, investor disarankan untuk membeli obligasi jangka pendek dengan tenor 1-10 tahun. Adapun porsi dari obligasi jangka pendek sebanyak 75 persen dari portofolio dan 25 persen dari obligasi jangka panjang.
Lebih lanjut, Associate Director of Fixed Income PT Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengungkapkan, SUN diprediksi akan bergerak flat dengan yield SUN 10 tahun akan berada di 6,5-6,6 persen. Hal ini disebabkan karena pasar obligasi yang masih kuat di tengah penyebaran virus corona.
Menurut Ramdhan, sentimen yang mempengaruhi SUN tersebut adalah adanya penurunan bunga acuan BI dan juga dari hasil lelang SUN yang selama ini dilakukan.
"Dalam kondisi saat ini, investor sebaiknya membeli SUN yang likuid dengan tenor 5 dan 10 tahun," jelas dia.
Dalam kondisi variatif tersebut, reksadana pendapatan tetap yang memiliki underlying obligasi masih tetap membukukan kinerja yang positif dalam satu pekan. Dari 44 reksa dana pendapatan tetap yang ada di Bareksa, 43 di antaranya membukukan imbal hasil positif dalam sepekan, hanya satu reksadana pendapatan tetap yang membukukan imbal hasil negatif.
Bahkan di antara 44 reksadana pendapatan tetap tersebut, ada tiga reksadana yang bisa membukukan imbal hasil di atas 0,5 persen dalam sepekan.
Ketiga reksadana tersebut ialah Ganesha Abadi dari PT Bahana TCW Investment Management, Manulife Syariah Sukuk Indonesia dari PT Manulife Aset Manajemen Indonesia dan Schroder USD Bond Fund dari PT Schroder Investment Management Indonesia.
Return 3 Reksa Dana Pendapatan Tetap Sepekan (per 21 Februarai 2020)
Sumber : Bareksa
NAV 3 Reksa Dana Pendapatan Tetap 1 Tahun
Sumber : Bareksa
Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Selain itu, reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(K09/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.