IHSG & Reksadana Saham Merosot Tajam YtD 2020, Begini Kinerja Reksadana Campuran

Bareksa • 14 Feb 2020

an image
Karyawan beraktivitas di dekat grafik pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (2/8/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 41.36 poin atau 0,65 persen ke level 6,340.18. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/wsj.

IHSG sudah merosot hingga 6,79 persen year to date per 13 Februari 2020

Bareksa.com - Kondisi bursa saham Tanah Air yang sejak awal tahun ini belum menunjukkan kinerja yang memuaskan, turut memberikan sentimen negatif terhadap kinerja reksadana yang menaglokasikan dana kelolaannya ke pasar saham, salah satunya jenis reksadana campuran.

Sejak awal tahun hingga Kamis (13/02/2020) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah merosot hingga 6,79 persen year to date (YtD). Hal itu membuat kinerja indeks reksadana berbasis saham seperti indeks reksadana campuran ikut terpangkas 3,95 persen YtD, meskipun jauh lebih baik dari indeks reksadana saham yang anjlok 9,6 persen YtD.


Sumber: Bareksa

Banyaknya tipe pelaku pasar yang agresif bermain di pasar saham dinilai menjadi salah satu penyebab utama kejatuhan indeks reksadana campuran. Berdasarkan pantauan Bareksa, instrumen investasi ini kebanyakan diisi oleh investor dengan profil agresif yang mencari keuntungan.

Profil tersebut pada umumnya memiliki portofolio yang didominasi pasar saham. Di sisi lain, kinerja pasar saham sedang tidak menguntungkan karena dipengaruhi oleh berbagai sentimen negatif terutama masalah virus corona yang dikhawatirkan bisa memberikan dampak ekonomi yang cukup merugikan.

Padahal dari sisi aset obligasi, reksadana campuran sebenarnya bisa menghasilkan kinerja yang baik. Keyakinan ini didukung dengan proyeksi penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia yang bisa berimbas pada penurunan imbal hasil (yield) obligasi. Hal itu selanjutnya berdampak pada kenaikan harga obligasi di Indonesia.

Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.

Karakteristik Reksadana Campuran

Seperti diketahui, reksadana campuran merupakan jenis reksadana yang mengalokasikan portofolionya pada saham, obligasi dan pasar uang dengan proporsi yang berbeda dari reksadana saham, pendapatan tetap, maupun pasar uang. Biasanya, proporsi dari saham dan obligasi lebih mendominasi reksadana ini.

Karena itu, jika suatu produk reksadana campuran lebih banyak mengalokasikan dana kelolaannya pada aset saham dalam kondisi pasar yang seperti ini, besar kemungkinan reksadana tersebut akan mencatatkan kinerja yang negatif.

Sebaliknya, jika suatu produk reksadana campuran justru lebih banyak mengalokasikan dana kelolaannya pada aset obligasi dalam kondisi pasar yang seperti ini, besar kemungkinan reksadana tersebut akan mencatatkan kinerja yang positif.

Reksadana campuran pada dasarnya cocok dipiliholeh investor yang tidak nyaman masuk ke pasar saham karena takut dengan risiko fluktuasi yang terlalu besar. Namun, mereka ingin mendapat keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan reksadana pendapatan tetap.

Reksadana campuran sering direkomendasikan buat pemodal atau investor yang ingin berinvestasi dalam jangka waktu menengah hingga panjang (3 hingga di atas 5 tahun). Jenis reksadana ini menjadi favorit, terutama bagi masyarakat yang baru mulai berinvestasi. Hal itu dikarenakan risikonya yang tidak terlalu besar, tetapi imbal hasilnya cukup menjanjikan.

Risiko investasi reksadana campuran dikatakan relatif lebih terdiversifikasi (terbagi-bagi), karena kebijakan investasinya yang fleksibel dan bisa menyesuaikan kondisi pasar. Contohnya, kalau bursa saham lagi cenderung turun (bearish), maka investasi bisa lebih difokuskan pada instrumen obligasi atau pasar uang.

Kemudian jika bursa saham lagi cenderung naik (bullish), maka porsi investasi di saham bisa ditingkatkan. Namun, dalam kasus seperti itu, kita melalui manajer investasi tidak bisa langsung mengalihkan seluruh investasi reksadana campuran ke pasar saham buat memetik keuntungan sebesar-besarnya, melainkan semua sesuai arahan kebijakan investasi dan kepiawaian masing-masing perusahaan manajer investasi dalam mengelola portofolionya.

Menurut aturan OJK, porsi investasi di reksadana campuran harus terbagi-bagi ke saham, obligasi dan pasar uang. Porsi masing-masing instrumen itu maksimal 79 persen dari nilai aktiva bersih atau nilai dana yang kita investasikan dalam portofolio reksadana campuran tersebut.

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

(KA01/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.