Bareksa.com - Ingin memulai investasi di reksadana tapi memiliki penghasilan tidak tetap? Tenang. Ada strategi investasi yang bisa digunakan oleh mereka yang menerima penghasilan tidak tetap setiap bulan, seperti pemilik toko dan freelance atau pekerja lepas.
Sejatinya, ada dua strategi investasi yang dapat diterapkan dalam berinvestasi di reksadana yakni menyetor sekaligus (lump sum) atau dicicil secara berkala (dollar cost averaging). Nah, strategi lump sum inilah yang dapat dimanfaatkan bagi yang merasa berpenghasilan tidak tetap.
Investasi lump sum adalah menyetor sejumlah dana besar di awal investasi dan membiarkan uang investasi tersebut bergerak naik turun mengikuti perkembangan pasar, tanpa melakukan tambahan investasi (top up) sampai investor memutuskan untuk mencairkannya.
Pilihan strategi ini efektif memberikan hasil investasi yang baik, jika dilakukan dengan timing yang tepat yaitu saat harga-harga NAB (nilai aktiva bersih) sedang turun pada posisi terendah sehingga memungkinkan investor memperoleh lebih banyak unit investasi pada harga yang lebih murah.
Nah, karena sedang turun, secara logika investasi akan naik kembali (swing) lagi ke posisi sebelumnya bahkan lebih tinggi sehingga memberi hasil yang lebih maksimal.
Akan tetapi, posisi terendah tidak selalu dapat diprediksi dengan baik. Selain itu, investasi dengan model lump sum memerlukan modal yang cukup besar sehingga bisa menyulitkan sebagian calon investor, terutama yang memiliki alokasi investasi pas-pasan.
Sementara itu kelemahan investasi dengan cara ini adalah jika waktu yang digunakan untuk melakukan investasi kurang tepat dan investor tidak berorientasi jangka panjang. Makanya, ketika harga reksadana mengalami penurunan, kerugian yang dialaminya bisa lebih besar.
Karena sulitnya mengetahui waktu yang tepat itu, manajer investasi (MI) yang sudah berpengalaman puluhan tahun sekalipun sulit melakukannya secara konsisten. Karena itu, cara investasi ini sebaiknya dilakukan oleh investor yang berorientasi jangka menengah dan panjang serta siap menghadapi risiko penurunan harga.
Simulasi Lump Sum
Misalkan kamu seorang pekerja lepas yang baru saja mengerjakan suatu proyek dengan imbalan jasa pengerjaan cukup besar. Nah, dari total nilai itu, kamu bisa menyisihkan sekitar Rp25 juta khusus untuk diinvestasikan di reksadana pada marketplace Bareksa, dengan jangka waktu investasi 10 tahun.
Misalkan saja kamu menginvestasikan seluruh dana tersebut secara langsung pada Sucorinvest Flexi Fund yang per 6 Januari 2020, menduduki posisi pertama dari top 5 reksadana campuran return tertinggi di Bareksa. Yakni memberikan imbal hasil hingga 237,38 persen selama 10 tahun.
Top 5 Reksadana Campuran Return Tertinggi 10 Tahun (per 6 Februari 2020)
Sumber: Bareksa
Lalu, kamu bisa membuka laman Simulasi Investasi Reksadana Bareksa. Pada bagian isi rencana investasi, masukkan lama periode investasi yakni 10 tahun, nilai investasi awal yakni Rp25 juta, tentukan juga tanggal pada tambahan investasi setiap bulan yakni tanggal periode awal investasi serta, produk reksadana yang dipilih yakni Sucorinvest Flexi Fund.
Nah, dari hasil investasi anda, dapat diketahui bahwa setelah 10 tahun, kamu bisa berpotensi mendapatkan return investasi Rp32.776.855. Sehingga Rp25 juta yang kamu investasikan dengan cara lump sum, 10 tahun kemudian berpotensi menjadi Rp57.776.855.
Sumber : Bareksa
Perolehan investasinya cukup menarik bukan? Jadi tidak ada alasan lagi kan untuk berinvestasi demi kondisi keuangan yang baik di masa depan.
Namun perlu diingat, simulasi tersebut berdasarkan data historikal, yang tidak menjamin potensi imbal hasil akan serupa di masa mendatang. Imbal hasil reksadana di masa depan, bisa lebih rendah atau lebih tinggi tergantung kondisi pasar.
Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut, nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Sebagaimana dikutip dari Bursa Efek Indonesia (BEI), reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu, reksadana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.
Reksadana memberikan imbal hasil (return) dari pertumbuhan nilai aset-aset yang ada di dalam portofolionya. Imbal hasil ini potensinya lebih tinggi dibandingkan dengan deposito atau tabungan bank.
Jenis reksadana yang dipilih, bisa disesuaikan dengan karakter kita apakah seorang high-risk taker, medium-risk taker, atau low-risk taker. Jika kurang berani untuk mengambil risiko rugi, bisa memilih reksadana pasar uang.
Sementara jika cukup berani tapi masih jaga-jaga untuk tidak terlalu rugi, bisa coba fixed income (reksadana pendapatan tetap) atau balanced (reksadana campuran). Jika cukup berani ambil risiko, bisa berinvestasi di reksadana saham (equity).
Perlu diketahui soal reksadana, selain aman karena diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), reksadana juga berpotensi memberikan imbal hasil optimal, bukan objek pajak, serta sangat berpeluang bisa mengalahkan angka inflasi.
Demi kenyamanan berinvestasi pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko kamu ya.
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.