Dirut Sucor AM: Saat Pasar Turun, Selalu Ada Kesempatan Masuk Reksadana

Bareksa • 07 Feb 2020

an image
Presiden Direktur Sucor Asset Management, Jemmy Paul Wawointana. (Bareksa/AM)

Jemmy Paul optimis Sucor AM bisa meraih dana kelolaan Rp15 triliun tahun ini

Bareksa.com - Sepanjang tahun berjalan ini, pasar modal Tanah Air masih tertekan. Meski demikian, masih ada kesempatan untuk meraih untung dari investasi reksadana ke depan.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang jadi acuan pasar modal tercatat masih minus 4,96 persen per 6 Februari 2020. Hal ini ikut menekan kinerja reksadana berbasis saham, seperti reksadana saham dan campuran.

Namun, Presiden Direktur Sucor Asset Management, Jemmy Paul Wawointana, masih optimis dengan prospek reksadana ke depannya. "Selalu ada kesempatan di saat krisis. Jadi, buat investor agresif dan berorientasi jangka panjang, ini waktunya untuk masuk ke reksadana dengan underlying saham," ujarnya kepada Bareksa (7/2/2020).

Di sisi lain, tren suku bunga rendah juga menjadikan daya tarik reksadana berbasis obligasi masih menarik. Hal ini menjadi alasan kinerja reksadana pendapatan tetap setahun terakhir menjadi jawara di antara jenis reksadana lainnya.

Menurut data Bareksa per 5 Februari 2020, mayoritas reksadana jenis saham dan campuran anjlok setahun terakhir sementara reksadana pendapatan tetap dan pasar uang masih bertahan. Hal ini tercermin dalam Indeks Reksadana Saham yang anjlok 23,56 persen dan Indeks Reksadana Campuran yang turun 5,16 persen setahun terakhir.

Pada saat yang sama, Indeks Reksadana Pendapatan Tetap masih juara dengan kinerja positif 8,8 persen dan Indeks Reksadana Pasar Uang stabil naik 4,25 persen dalam setahun (per 5 Februari 2020).

Grafik Perbandingan Return Indeks Reksa Dana Saham, Pendapatan Tetap dan Pasar Uang Setahun

Sumber: Bareksa.com

Bagi investor dengan profil risiko hati-hati (konservatif) atau investor yang lebih suka menghindari risiko, maka disarankan untuk mengambil posisi di reksadana pasar uang. Langkah itu untuk mengantisipasi fluktuasi pasar di tengah minimnya sentimen positif pada pasar domestik.

Isu Negatif

Seperti diberitakan sebelumnya, beberapa isu negatif di industri reksadana cukup mengganggu perkembangan industri reksadana. Namun hal ini jangan menjadi alasan bagi masyarakat untuk berhenti berinvestasi, tetapi lebih waspada dalam mengambil keputusan.

Beberapa kasus reksadana yang cukup menyita perhatian adalah kasus gagal bayar PT Narada Aset Manajemen dan pembubaran enam reksadana milik PT Minna Padi Aset Manajemen. Kasus Minna Padi paling menghebohkan karena nilainya cukup besar, mencapai Rp6 triliun serta kasus lain yang belum terungkap.

Terkait kasus reksadana yang bermasalah tersebut, Jemmy mewanti-wanti para investor agar berhati-hati jika ada koreksi yang tajam pada sebuah produk reksadana saham. "Kalau ada koreksi tajam, misalnya dalam sehari jatuh lebih dari 5 persen, maka bisa dipastikan ada pengelolaan yang salah pada manajer investasi tersebut," urainya.

Selain itu, praktik berutang atau skema margin juga sama sekali tidak diperbolehkan dalam pengelolaan reksadana.

Terlepas isu negatif tersebut, Sucor AM masih positif dengan perkembangan industri reksadana ke depannya, terutama berkaitan dengan dana kelolaan (asset under management/AUM).

Dia masih yakin kepercayaan investor akan kembali. "Yang kita lakukan adalah tetap sosialisasi dan marketing campaign off and on the line. Selain itu, kita jelaskan selalu ada kesempatan di saat krisis."

Manajer investasi yang kini mengelola 43 produk reksadana ini positif dana kelolaan bisa bertumbuh hingga 50 persen pada 2020. Selain penerbitan produk baru, kinerja reksadana yang telah ada bisa mendorong target AUM hingga Rp15 triliun di akhir 2020.

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.