Bareksa.com - Bank Dunia merilis laporan terbarunya bertajuk Aspiring Indonesia : Expanding the Middle Class, yang mengulas soal kelas menengah menjadi motor pertumbuhan ekonomi. Dalam 50 tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,6 persen per tahun sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat yang sebelumnya miskin.
Seperti dikutip CNBC Indonesia, mereka yang masih miskin pada 1993, 80 persen di antaranya tidak lagi miskin pada 2014. Kelas menengah di Indonesia terus tercipta. Laporan Bank Dunia menyebutkan jumlah penduduk yang masuk kategori kelas menengah di Indonesia, setidaknya mencapai 52 juta. Satu dari lima penduduk Indonesia berstatus kelas menengah.
Para kelas menengah inilah yang menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Konsumsi di kelompok ini tumbuh 12 persen per tahun sejak 2002 dan menyumbang separuh dari konsumsi rumah tangga.
Karena itu, Bank Dunia menilai, kunci bagi Indonesia untuk naik kelas menjadi negara berpendapatan tinggi adalah memperbanyak penduduk kelas menengah. Jadi pertumbuhan ekonomi harus mampu mengangkat mereka yang miskin jadi kelas menengah.
Cara Cegah Jadi Miskin
Andai bisa memilih, tentu tidak ada orang yang mau masuk kategori miskin dan atau menjadi miskin. Akan tetapi, jika sudah bekerja dan bekerja ternyata masih saja nyaris masuk kategori miskin, sebaiknya jangan lantas berputus asa.
Bagi yang sudah masuk daftar kelas menengah versi Bank Dunia, jangan senang dulu. Sebab Anda harus tetap bekerja dan berusaha menyiapkan masa depan agar tidak jatuh miskin di masa depan. Cara logis untuk mencegah jadi miskin adalah dengan menabung atau investasi.
Berinvestasi dengan tujuan tidak hanya untuk mengamankan kebutuhan kita di masa depan, melainkan juga agar pertumbuhan aset kita bisa mengalahkan inflasi.
Tersedia banyak instrumen investasi yang menguntungkan serta aman karena diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Salah satunya ialah reksadana. Dengan investasi di reksadana kita tidak hanya berpeluang meraih keuntungan lebih tinggi dibandingkan hanya menabung biasa di bank, namun juga berpeluang mengalahkan inflasi.
Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut, akan diinvestasikan oleh manajer investasi (MI) ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Reksadana bisa memberikan potensi keuntungan yang lebih tinggi daripada hanya menabung di celengan atau di bank.
Reksadana yang dipilih, bisa disesuaikan dengan karakter Anda apakah seorang high-risk taker, medium-risk taker atau low-risk taker. Jika Anda kurang berani untuk mengambil risiko rugi, bisa memilih reksadana pasar uang.
Jika Anda cukup berani tapi masih jaga-jaga untuk tidak terlalu rugi, bisa coba fixed income (reksadana pendapatan tetap) atau balanced (reksadana campuran). Terakhir, jika Anda cukup berani ambil risiko, bisa berinvestasi di reksadana saham (equity).
Sebelum memilih jenis reksadana, pastikan lebih dahulu tujuan keuangan dan profil risiko kamu.
Simulasi Investasi Reksadana
Katakan kamu memilih untuk berinvestasi di reksadana campuran untuk jangka menengah panjang di atas 3 tahun atau 5 tahun. Kamu menyisihkan uang Rp500.000 setiap bulan selama 5 tahun ke depan untuk mengumpulkan modal usaha atau tambahan dana pensiun.
Basarkan daftar reksadana yang dijual di Bareksa, top 5 reksadana campuran return tertinggi mampu memberikan imbal hasil 31,05 persen hingga 63,11 persen dalam 5 tahun terakhir (per 29 Januari 2020). Secara rata-rata top 5 reksadana tersebut memberikan imbal hasil 44,35 persen dalam 5 tahun atau 8,87 persen per tahun.
Top 5 Reksadana Campuran Return Tertinggi 5 Tahun (per 29 Januari 2020)
Sumber: Bareksa
Kemudian, kamu bisa gunakan tools Kalkulator Investasi Bareksa untuk mengetahui bagaimana potensi hasil investasimu setelah 5 tahun berinvestasi.
Dalam kolom Kalkulator Investasi Bareksa, Anda bisa menyebutkan investasi awalmu yang misalkan saja Rp500.000, kemudian investasi reguler Rp500.000 per bulan dengan jangka waktu investasi yakni 5 tahun atau 60 bulan. Kemudian kamu masukkan return atau imbal hasil per tahun yang diharapkan yakni 8,87 dan klik tombol hitung.
Sumber: Bareksa
Setelah berinvestasi Rp500.000 per bulan selama 5 tahun ditambah investasi awal Rp500.000 maka terkumpul dana pokok investasi Rp30.500.000. Tidak hanya itu, danamu berpotensi meraih imbal hasil Rp6.978.417 juta, sehingga danamu berhasil tumbuh menjadi Rp37.478.417.
Dengan dana itu bisa kamu gunakan beragam kebutuhanmu menyiapkan modal usaha, tambahan dana pensiun, biaya pendidikan anak, atau kebutuhan lainnya yang lebih urgent. Nah, jika dalam 5 tahun mendatang kamu masih tergolong usia produktif, cara yang sama dan atau mungkin memilih bentuk reksadana lainnya bisa kamu lakukan sebagai persiapan lanjutan jelang usia pensiun ataupun menyiapkan kebutuhan dana untuk lainnya.
Sementara jika kamu ingin mendapatkan hasil investasi yang jauh lebih besar, kamu tinggal menambah besaran alokasi investasi reguler alias dana yang kamu sisihkan dari pendapatan tiap bulan.
Namun perlu diingat, simulasi tersebut berdasarkan data historikal, yang tidak menjamin potensi imbal hasil akan serupa di masa mendatang. Imbal hasil reksadana di masa depan, bisa lebih rendah atau lebih tinggi tergantung kondisi pasar.
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.