Bareksa.com - Natal sudah di depan mata. Selain saat Imlek dan Lebaran, tradisi pemberian angpau juga berlangsung saat Natal.
Tak ayal, kebutuhan akan uang tunai jelang dan saat Natal pun biasanya melonjak. Bank Indonesia (BI) pada hari ini (17/12) menyampaikan permintaan uang tunai saat libur Natal 2019 dan Tahun Baru 2020, akan meningkat 7,2 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Nah terkait adanya potensi lonjakan kebutuhan uang tunai, BI menyiapkan uang tunai sebesar Rp105 triliun, untuk memenuhi kebutuhan uang kartal (uang kertas dan logam) selama libur Natal 2019 dan Tahun Baru 2022. Triliunan uang dimaksud, terdiri atas uang pecahan besar sebesar Rp 100,7 triliun dan uang pecahan kecil sebesar Rp 4,3 triliun.
Untuk memudahkan masyarakat mendapatkan uang tunai khususnya uang terbitan terbaru, BI menyiapkan 1.414 titik layanan penukaran yang di seluruh Indonesia, termasuk daerah 3T (terdepan, terluar, dan terpencil). Layanan penukaran uang tunai bisa diperoleh melalui jaringan kantor BI maupun jaringan perbankan.
"Kami terus mendorong masyarakat untuk menukarkan uangnya di lokasi penukaran resmi. Ini juga untuk mencegah risiko beredarnya uang palsu," ujar Junanto Herdiawan, Direktur Departemen Komunikasi BI dalam keterangan tertulis kepada media hari ini.
Modal Liburan
Menghabiskan masa-masa liburan khususnya liburan hari raya keagamaan seperti libur Natal plus Tahun Baru, bersama keluarga dengan tenang nan nyaman tentu harapan semua orang. Namun, bagi sebagian orang, libur hari raya keagamaan justru seperti momok menakutkan bagi kondisi keuangan.
Kondisi tersebut tak lain karena tidak adanya perencanaan keuangan yang matang. Jalan pintas menggunakan uang untuk membiayai kebutuhan yang lain atau bahkan, menggunakan kartu kredit hingga mengajukan kredit tanpa agunan (KTA), dipilih oleh sebagian orang.
Jika benar salah satu dari tiga opsi tersebut dipilih, maka bersiaplah untuk menanggung dampaknya di kemudian hari. Terlebih, jika kewajiban membayar beban bunga serta kemampuan bayar pun terbatas.
Makanya, selain perlu menyiapkan rencana tujuan mengisi liburan ke mana serta seberapa besar uang ampau yang akan dibagikan, perlu juga menyiapkan dana atau uangnya jauh-jauh hari. Ada yang menyebutkan, idealnya anggaran tahunan untuk liburan 5 persen hingga 15 persen dari pendapatan setahun.
Jadi, misalnya pendapatan setahun Rp108 juta atau Rp9 juta per bulan. Sebut saja misalnya, kamu berencana mengalokasikan 10 persen dari pendapatan per tahunmu atau setara Rp10,8 juta, untuk membiayai liburan Natal dan tahun baru termasuk membagi-bagikan angpau.
Nyicil Investasi
Tapi, misalnya saja kamu termasuk orang dengan perencanaan keuangan yang baik. Katakanlah kamu menargetkan bisa memiliki Rp10,8 juta untuk modal libur Natal dan memberi angpau ke para sepupu, seperti asumsi ideal kebutuhan biaya liburan dari gaji selama setahun.
Misalkan lagi, kamu mengumpulkan dananya justru nabung investasi reksadana melalui marketplace Bareksa. Nabung investasi reksadana dipilih karena kamu sudah paham ada potensi keuntungan optimal serta, imbal hasilnya juga bebas pajak karena bukan objek pajak.
Salah satu jenis reksadana yang bisa dipertimbangkan adalah reksadana pasar uang. Reksadana pasar uang mampu memberikan potensi imbal hasil (return) lebih tinggi daripada tabungan bank dan cocok untuk investor dengan risiko rendah dengan jangka waktu pendek yakni sekitar 1 tahun.
Berdasarkan daftar reksadana pasar uang yang dijual di Bareksa, top 5 reksadana pasar uang return tertinggi mampu memberikan imbal hasil 6,80 persen hingga 7,36 persen dalam 1 tahun terakhir (per 16 Desember 2019). Artinya secara rata-rata top 5 reksadana tersebut memberikan imbal hasil 7,10 persen per tahun.
Perlu diingat, nilai imbal hasil tersebut adalah berdasarkan kinerja historikal, sehingga tidak menjamin kinerja imbal hasilnya akan serupa dalam satu tahun ke depan.
Top 5 Reksadana Pasar Uang Tertinggi 1 Tahun Terakhir (per 16 Desember 2019)
Kemudian kamu gunakan tools Kalkulator Investasi Bareksa untuk mengetahui kebutuhan investasi bulanan yang dibutuhkan untuk bisa membiayai kebutuhan libur Natalmu sebesar Rp10,8 juta.
Dalam kolom Kalkulator Investasi Bareksa, kita masukkan target dana yang ingin kita kumpulkan, jangka waktu investasi, serta return atau imbal hasil per tahun yang diharapkan. Kemudian klik tombol hitung.
Dari total kebutuhan dana yang kamu perlukan Rp10,8 juta, kamu langsung membaginya selama 12 bulan karena untuk modal libur Natal tahun depan. Sehingga kamu mengalokasikan Rp900 ribu per bulan atau setara Rp30 ribu per hari.
Dengan menabung Rp30 ribu per hari atau Rp900 ribu per bulan, maka dalam 1 tahun atau 12 bulan dan investasi awal Rp100 ribu, kamu berhasil mengumpulkan dana pokok investasi Rp10,9 juta. Nilai itu masih berpotensi bertambah karena kita berpeluang memperoleh imbal hasil investasi Rp359.933.
Total dana pokok dan imbal hasil investasi yang bisa kamu peroleh bisa mencapai Rp11.259.933 juta, lebih besar dibandingkan asumsi kebutuhan modal untuk libur Natal serta membagi-bagikan angpau.
Cukup mudah cara untuk mengumpulkan dana dan mendapatkan imbal hasil optimal. Tertarik untuk mencoba?
Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito. Sementara itu, reksadana syariah hanya bisa berinvestasi pada efek yang masuk dalam pengelolaan secara syariah.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. (hm)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.