Bareksa.com - Industri reksadana di Indonesia mengalami sedikit koreksi pada November 2019. Hal itu tercermin dari menurunnya nilai dana keloaan (asset under management/AUM).
Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), AUM industri reksadana tercatat Rp544,42 triliun per November 2019, atau turun 1,6 persen dibandingkan bulan Oktober 2019 yang sebesar Rp553,21 triliun.
Penurunan dana kelolaan yang dicatatkan pada November 2019, menghentikan rally yang sudah terjadi sebanyak lima kali secara beruntun sejak bulan Juni 2019.
Namun jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu yang sebesar Rp507,09 triliun, maka hingga November 2019 AUM industri reksadana Tanah Air masih tercatat tumbuh 7,36 persen.
Sumber: OJK, diolah Bareksa
Di sisi lain, penurunan AUM industri reksadana secara keseluruhan tidak merubah posisi tiga teratas produk reksadana dengan AUM tertinggi, yang semuanya kompak memiliki AUM di atas Rp7 triliun. Lantas bagaimana kinerja tiga produk tersebut sepanjang tahun ini? Berikut ulasannya.
1. Schroder Dana Prestasi Plus
Reksadana saham Schroder Dana Prestasi Plus bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan investasi modal dalam jangka panjang pada saham, dengan kebijakan investasi minimum 80 persen dan maksimum 100 persen pada efek bersifat ekuitas, serta maksimum 20 persen pada efek bersifat utang dan/atau instrumen pasar uang.
Per Oktober 2019, reksadana saham yang lahir pada 25 September 2000 ini punya top 5 portofolio di antaranya :
• PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) (saham)
• PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) (saham)
• PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) (saham)
• PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) (saham)
• PT United Tractors Tbk (UNTR) (saham)
Dari sisi return, sejak awal tahun hingga 9 Desember 2019, Schroder Dana Prestasi Plus mencatatkan kinerja -5,09 persen year to date (YtD).
Namun investasi di reksadana saham sejatinya akan lebih maksimal dengan tujuan jangka panjang (lebih dari 5 tahun). Hal itu tercermin dari return 10 tahun Schroder Dana Prestasi Plus yang mencapai 103,2 persen.
2. Danamas Stabil
Reksadana pendapatan tetap Danamas Stabil bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang stabil dan optimal dalam jangka menengah dan panjang dengan tingkat risiko yang relatif rendah melalui penempatan dana investasi pada efek bersifat utang.
Per Oktober 2019, reksadana pendapatan tetap yang lahir pada 28 Februari 2005 ini punya top 5 portofolio di antaranya :
• Oto Multiartha (idAA+) (Obligasi)
• PLN (idAAA) (Obligasi)
• Mayora Indah (idAA) (Obligasi)
• Waskita Karya (idA-) (Obligasi)
• Obligasi Pemerintah (Obligasi)
Dari sisi return, sejak awal tahun hingga 9 Desember 2019, Danamas Stabil mencatatkan kinerja 6,86 persen YtD. Namun investasi di reksadana pendapatan tetap akan lebih maksimal dengan tujuan jangka menengah (antara 1-3 tahun). Hal itu tercermin dari return 3 tahun Danamas Stabil yang mencapai 22,34 persen.
3. Mandiri Investa Pasar Uang
Reksadana pasar uang Mandiri Investa Pasar Uang bertujuan untuk memberikan tingkat likuiditas yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan dana tunai dalam waktu yang singkat sekaligus memberikan tingkat pendapatan investasi yang menarik
Per Oktober 2019, reksadana pasar uang yang lahir pada 17 Maret 2005 ini punya top 5 portofolio di antaranya :
• Bank Exim (Obligasi)
• Bank Jawa Tengah (Deposito)
• Bank Nagari (Deposito)
• Indosat (Obligasi)
• Bank Sulutgo (Deposito)
Dari sisi return, sejak awal tahun hingga 9 Desember 2019, Mandiri Investa Pasar Uang mencatatkan kinerja 5,37 persen YtD. Investasi di reksadana pasar uang memang akan lebih optimal dengan tujuan jangka pendek (sekitar 1 tahun). Hal itu tercermin dari return 1 tahun Mandiri Investa Pasar Uang yang mencapai 5,68 persen.
Perlu diketahui, reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Jenis investasi ini baik untuk pemula yang belum terlalu memahami dunia saham, obligasi dan instrumen investasi lainnya, karena dalam skema investasi reksadana akan ada manajer investasi (MI) yang membantu mengelola uang Anda.
Reksadana juga merupakan jenis investasi yang tidak membutuhkan banyak modal, karena uang tersebut akan digabungkan dengan uang orang lain yang kemudian dikelola bersama demi memperoleh keuntungan. Bahkan saat ini, banyak reksadana yang dapat dibeli hanya dengan Rp100.000.
Selain disarankan bagi pemula, jenis investasi yang satu ini juga memang dikenal menguntungkan untuk investasi jangka panjang (misalnya saja untuk investasi dana pensiun). Dengan demikian, tak jarang investor kawakan juga memilih reksadana dalam berinvestasi.
Sebagai informasi, mayoritas reksadana saham di Bareksa bisa dibeli dengan modal Rp100.000 saja. Jadi dengan modal minimal, investor bisa juga menikmati keuntungan maksimal.
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.